Sabtu, 28 Januari 2012

Sorry My Friend 3 Last Part

Karya : Vhenna
*Cerita Ini Hanya Fiktif*



Gue melihat Dicky keluar dari ruang Reza. “Reza sadar, dia mau ketemu sama Chika.” Ucapnya. Gue segera memajukan kursi roda gue memasukki ruangan Reza.

“Kenapa Za?” Tanya gue ketika telah berada di samping Reza.

“Via udah sadar?” Degg..! hati gue terasa hancur. Di saat genting seperti ini dia sempat-sempatnya menanyakan Via?. Gue terdiam, gak tau apa yang harus gue bilang. Gue benci semua ini. Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Reza.

“Via meninggal.” Ucap Bisma lemas. Gue tersenyum. Mereka mau membohongi gue lagi? Gue yakin, tadi itu sandiwara Via aja. Mana mungkin, belum sampai se-jam dia menelphon gue, kondisinya udah kayak gitu. Dan sekarang meninggal? Gak masuk akal.

“Kamu senyum Chik?” Tanya Bisma. “Kenapa? Kamu seneng Via meninggal?” Sambungnya. Pertanyaan gak penting. Gue gak seneng, tapi gue lega. Akhirnya, gue bisa memulai hidup baru gue tanpa ada bayangan Via lagi. Gue melihat ke Reza, wajahnya pucat, terlihat dia memejamkan matanya.

“Siapa yang nusuk loe?” Tany gue ke Reza. Bisma terlihat kaget dengan pertanyaan ini, bukannya gue membalas pertanyaan Bisma, tapi gue malah bertanya ke Reza. Reza membuka matanya, tapi dia mengalihakan pandangannya, dia gak melihat ke gue. “SIAPA.!!?” Tanya gue yang geram, Suara gue menjadi serak karna masalah ini, mungkin karna gue kebanyakan teriak dan menangis.

“Via..” Jawab Reza datar. “Tapi..”
“STOP..!” Gue tersenyum lagi, sejujurnya gue mau tertawa kencang, agar ruangan ini menggema. Kayak gini mereka masih sempet ya peduli sama Via? Gilla..! semua ini Gila..!“Aku mau liat sendiri mayatnya Via.” Ucap gue, gue gak mau mereka membohongi gue lagi.


Bisma mendorong gue ke kamar sebelah Reza. Gue menemukan mayat yang cantik disana, tapi entah kenapa. Bukan senang yang gue dapat, tapi terngiang di otak gue, saat dia masih jadi sahabat gue dulu. Gambaran dirinya saat menangis di pundak gue karena masalah Bisma, masih sangat jelas. Gue sedih..? gak..! gak boleh.!
***###

Semua orang yang gue kenal berkumpul di pemakaman ini. Makam dengan tanah yang masih basah menutupi tubuhnya, bunga di atasnya yang masih sangat segar, menunjukkan makam ini masih baru. Makam yang menjadi tempat terakhir sahabat sekaligus musuh besarku itu. Sekarang apa yang harus aku rasaka?senang? atau sedih? Entahlah..! kenyataan ini sangat pahit. Mengapa tak aku yang berada dalam makam itu. Dikubur dengan tanah, sepi, sunyi, dan lambat laun lenyap di makan cacing, dan ular-ular dalam tanah.

Aku berusaha meyakinkan hatiku, agar lebih tegar lagi. Agar aku bisa menerima kenyataan yang aku alami sekarang. Berusaha mensyukuri nikmat, bahwa aku masih hidup hingga detik ini, untuk berbuat lebih baik lagi.

“Gue mau menjelaskan semuanya Chik.” Ucap seorang lelaki dengan kursi roda, infuse-Nya masih terlihat di punggung tangan kirinya. “Via memang nelphon loe di samping gue pada saat itu. Dia menelphon sambil menuruni tangga dan memotong apel yang di pegangnya. Namun, dia gak hati-hati. Dia terpeleset dan memeluk gue, hingga tangannya yang masih memegang pisau, menyayat perut gue. Pisau itu berhasil merobek perut gue, untungnya gak terlalu dalam. Gue ngerasa ngilu banget, darah terus mengalir, sempet gue raba, dan gue menemukan luka sobekkan itu, tau gak rasanya apa Chik?” Tanya Reza. Tapi gue menggeleng pelan.

“Sakit banget Chik, apalagi saat gue rasain sakitnya ketika gue cabut pisau itu, dan memasukkan telunjuk gue ke dalamnya, entah apa yang gue sentuh saat itu. Perihnya bener-bener luar biasa Chik. Loe tau itu untuk apa?” Gue menatap lekat mata Reza, dan menggeleng, “HAL GILA…!”

Reza tersenyum. “ Untuk loe. Untuk sakit yang loe rasain karena ulah gue. gue yang menyuruh kakak-kakak loe buat bawa Via ke luar negri,karena dokter bilang Via masih bisa hidup lebih lama lagi, agar gak di jahatin sama loe. Dan gue juga yang bikin Via hadir lagi dalam kehidupan loe. Gue yang bawa Via balik ke Indonesia. Gue fikir dengan cara gue bantu loe, loe akan berpaling ke gue. Tapi ternyata, cinta loe hanya untuk Bisma. Gue dan yang lain biarkan Via senang untuk beberapa hari sebelum kematiannya, karna dia gak mungkin nyelakain loe.”

Lagi-lagi gue menggeleng lemah. Kenapa Reza melakukan ini semua. “Gue tau, dalam hati loe, pasti loe tanya kenapa. Iya kan?” Lagi-lagi Reza tersenyum. “Karna gue kecewa sama loe yang gak pernah sadar akan cinta gue selama ini. Tapi, akhirnya gue juga menyesal Chik. Saat itu, gue menyuruh Via membalas dendamnya ke loe, tapi ternyata gue gak sanggup liat air mata loe, dan Via juga begitu. akhirnya gue putisin agar menyudahkan dendam konyol ini.” Reza menyelesaikan Bicaranya. Reza kembali pergi ke Rumah Sakit di antar Dicky, karna dia memang belum pulih betul.

“Ini surat dari Via sebelum dia pergi.” Morgan memberikan surat berwarna oranye, kesukaan gue. “Gue udah bilang, semua ini akan berakhir.” Ucapnya dan tersenyum meninggalkan kami semua.
***###
Gue memegang erat surat itu hingga dalam kamar. Gue memutuskan membaca bersama kakak-kakak gue dan Bisma, juga Dicky. Tulisan tangan yang sangat amat gue kenal, berbaris dalam untaian dalam kertas oranye ini.

Untuk : My Friend ‘Chika’
Maaf jika ku hadir kembali dalam kehidupanmu yang baru.
Maaf jika ku membuatmu membeci kehidupanmu lagi.
Maaf jika kau menganggapku telah merebut kebahagiaanmu.
Tapi sadarkah kau? Kau yang telah mempunyai segalanya.
Mempunyai ke tiga orang kakak yang sempurna dan menyayangimu,
Mempunyai seseorang yang aku cintai, tetapi dia justru memilihmu.
Aku yang seharusnya iri padamu Chika.
Aku tertawa melihat wajahmu yang ketakutan saat ku muncul.
Kau tau mengapa?
Karna aku berpura-pura, aku hanya ingin membuat mu jera, dan bersekongkol dengan kakak-kakakmu,
Juga Bisma, Kekasihmu… agar kau menyangka aku akan membunuhmu.
Lucu bukan? Tentu.! Aku takkan melakukan hal bodoh itu.
Tadinya aku memang mau merencanakan sesuatu bersama Reza. tapi, ku urungi niat itu.
Ingatlah Chika, kau sahabatku, dan akan terus jadi sahabatku.
Selamanya…

Gue lipat kembali kertas oranye itu, Gue tempelkan di dada, memejamkan mata, dan membiarkan ingatan gue melayang tentang Via.
“Sekarang kamu tau kan? kita kayak gini, bukan karna benci sama kamu.” Terdengar bisikkan Bisma.

“Iya Pah,” Selamat Tinggal Via, maafkan sahabatmu yang selalu melukaimu ini. Bayangmu takkan terlupa, kebaikanmu, kan ku kenang, tawamu, kan menghiasi, seluruh hari-hari dalam kehidupanku, esok, lusa dan seterusnya. Bisma memeluk tubuh gue erat. Gue rasakan ada butiran yang terjatuh hangat di pundak. “Kembali tersenyum Hinataku.” Gue tersenyum, meski rasanya masih pahit karna Via.
Sekarang, Via benar-benar benjadi kenangan. Via telah pergi selamanya.
**##
Via Said..
Ku Biarkan nyawaku terbang bersama luka-luka ini…
Meski sangat sakit ku rasakan, tapi tawanya kan menghapus luka ini perlahan.
Aku yakin, dia adalah sahabat yang baik,entah mengapa hatiku begitu menyayanginya.
 Ku ingin melihat tawanya kelak,.
Ku ingin menyaksikan kebahagiannya,
Ku ingin ada di sampingnya meski dia tak menyadari..
Karna ku kini.. Telah di alam berbeda..



-TAMAT-

Sorry My Friend 3 Part 4

Kali ini gue bener-bener bingung. Apa gue harus ke rumah sakit atau gak? Tapi, mendengar ucapan cowok itu yang amat sangat khawatir, gue mutusin buat jalanin kursi roda gue ke ruang tengah. Tapi siapa yang antar?

Gue gak mungkin minta bantuan kakak-kakak gue buat antar kan? Apalagi Bisma. mereka kan udah bohongin gue. Kalau Morgan? Gak mungkin.! Sekarang Via adiknya kembali datang. Dia pasti lebih nurut sama Via. Masa gue sendiri sih? Gue kan lumpuh. Sama siapa gue nanti? Apalagi kalau ketemu Via dijalan.

Cekreekk..
Seseorang membuka pintu kamar gue.
“Mah, kamu udah dapet telepon atau sms dari Dicky belum?” Tanya Bisma yang tengah berdiri sambil memegangi gagang pintu.

“Udah, kenapa?”

“Mau ikut aku ke rumah sakit?”

Gimana nih? Ikut gak yah? Sebenernya siapa sih yang sakit? Tapi gue gak mau banyak tanya dulu, gue mengangguk pada Bisma. Meskipun gue masih belum tau siapa yang sakit.
*#*#*#

Gue turun di Rumah Sakit biasa. Bisma mendorong gue ke sebuah lorong. Hey..! gue tau jalan lorong ini. Lagi-lagi jalan menuju ruang UGD? Kenapa di kehidupan gue selalu dibayang-bayangi dengan ruang UGD?

Gue melihat seseorang terbaring lemah disana? Ragu memang menebaknya, tapi ternyata benar..! Reza dirumah sakit sekarang. Pertanyaan gue. ‘Kok Bisa?’.

“Kenapa Reza bisa ada di sini Ky?” Tanya gue ke Dicky yang berdiri tepat di samping gue. Gue menggelengkan kepala gue. tetes demi tetes air mata jatuh. Kenapa? Kenapa Reza? Kenapa masalah gue gak behenti juga?

“Perutnya ditusuk pisau Chik.” Jawab Dicky lemah.

“Siapa yang nusuk ky?” Dicky diam. Dia hanya tertunduk. Entah kenapa, gue meresa kalau Dicky gak mau lihat gue. “SIAPA? JAWAB..!!?” Gue membentak. Gue lihat Dicky dan Bisma bergantian. Bisma terdiam, justu dia ikut tertunduk. “Bis..” Gue memegang ujung kaos Bisma

Terlihat Bisma menghela nafasnya. “Hufff… Nanti kamu tau kok.” dia mengelus rambut gue pelan.

Nanti gue tau? Gue mau tau sekarang.! Gue gak mau nanti. Kenapa sih mereka semua gak pernah jujur? Emang mereka anggap gue apa?

“Kita ke UGD sebelah yuk..” Ajak Bisma. tanpa menunggu jawaban dari gue, dia mendorong kursi roda gue ke luar. Hey…!! Siapa lagi di UGD sebelah?

“Bis.. sebentar.” Gue menghentikan dorongan tangan Bisma di kursi roda.

“Kenapa?”

“Siapa yang ada di UGD sebelah?”

Gue mendongakkan kepala gue ke atas, agar gue bisa lihat wajah Bisma. “Nanti kamu liat sendiri.” Ucapnya tanpa ada senyum. Dari tadi gue emang gak liat Bisma senyum.

Bisma membuka UGD yang berdampingan dengan UGD ruangan Reza dirawat. Awal yang gue perhatikan adalah kakinya. Yah..! dari ujung kaki hingga kemudian kepala yang semuanya terbaring di kasur menyedihkan itu.

Di sekitar tubuhnya, gue lihat banyak selang yang menempel. Wajahnya yang biasa gue lihat ceria, sekarang pucat pasi. Bibirnya putih, dan tangannya dingin. Seakan aliran-aliran darah tak lagi aktif berjalan. Tuhan.. kenapa semua ini?

“Dia belum sampai sejam berada disini. Aku juga dapat kabar ini, saat kita di jalan menuju Rumah Sakit. Dia ditemukan di samping Reza.” Bisma menjelaskan. Gue alihkan pandangan gue sejenak melihat sosok laki-laki yang berdiri tegap di samping gue sekarang. Dia terlihat menghapus air matanya.

“Gak mungkin Bis..” Gue menggeleng lemah. Gue gak mampu berfikir lagi sekarang. Alam sadar gue hilang. Gue memegangi Kepala gue yang sakit, sakit banget. gue kembali memutar ingatan ketika dir el kereta. Kenapa saat itu gue gak mati aja? Lebih baik gue mati.! Dibandingkan gue hidup dengan situasi kayak gini. Gue wanita yang mencoba kuat. Tapi akhirnya gue juga lemah. Lemah, dan tak berguna seperti sekarang.

“GUE MAU PULANG…!!!” Gue berkata sekencang mungkin. Terserah jika akhirnya Dokter datang dan memaksa gue keluar. Gak peduli dengan Bisma yang bingung dengan tingkah gue kayak gini. Gak peduli apapun yang ada dalam fikiran orang.

Gue menjalankan kursi roda secepat mungkin. Namun nihil.! Tetap aja terkejar oleh lari Bisma.

“Jangan kayak gini.”  Bisma memohon. Apanya yang jangan? Sikap gue? Gue gak peduli. Bisma memaksa kursi roda gue berbalik. Dia mengembalikan gue ke ruangan itu. Walaupun sekarang gue Cuma ada di depan pintu.

Isak tangis gue masih amat terdengar jelas. Bisma menekukkan lututnya di hadapan gue  “Dengerin aku Chik.” Gue mengalihkan pandangan dari wajah Bisma. “CHIKA..!!” Bentaknya. Sakit rasanya mendengar bentakkan itu. Membuat hati yang telah hancur, kini terasa benar-benar tak ada serpihan lagi. Semuanya hilan. Hambar..!

“A..Aku.. hiks. ng..Gak.. hiks.. sang. gup lagi Bis.”

“Ini pasti berakhir chik, pasti.” Dia menatap gue lekat. Mencium kening gue, dan kemudian memeluk tubuh gue.

“Iya.. ini pasti berakhir.” Suara lelaki dewasa mengagetkan gue.

Siapa yang menusuk Reza?
Siapa yang terbaring di kasur samping kamar Reza?
Siapa yang datang?
*Maaf beribu maaf kalau jelek ya...
Tunggu di part terakhir yang mungkin agak banyak.

Sorry My Friend 3 Part 3

Karya : Vhenna
*Cerita ini hanya Fiktif*



******

Gue menjalankan kursi roda ke arah jendela. Agar gue bisa liat pemandangan di samping rumah.
Hapuslah air matamu..uh..uh..
Terdengar bunyi hp gue. Gue melihat nama yang tercantum,private number. Nomor siapa nih? Kok gak di kenal?
Sebelum music itu berkumandang lagi, gue segera menekan tombol hijau yang ada di sebelah kiri.
“Hallo Assalamualaikum.” Sap ague dengan nada selembut-lembutnya. Karna jika suara gue lebih besar lagi, maka dia akan mudah menebak jika gue sedang sedih. Gue gak mau siapapun tau, cukup kakak-kakak gue dan Bisma aja.

“Hallo Chika sayang..” Sambut suara di seberang. Tampaknya gue kenal suara ini. Ini suara Via.! Iya.. Pasti ini Via. Cewek yang udah bikin gue jatuh kemarin.

“Ngapain loe telepon gue?”

“Gak ngapa-ngapain. Udah belum nangisnya? Kalau belum gue mau bilang sesuatu.”

“Mau bilang apa?”

“Mau bilang, kalau gue bakal rebut kembali hak gue yang di ambil loe. Gue akan buat Bisma kembali sama gue.”

“Gak akan.! Bisma milik gue. bukannya loe udah meninggal?”

“Gak.! Gue masih hidup. Kakak-kakak loe itu bohong, Bisma juga bohong. Kasian banget ya loe dibohongin. Malah gue tinggal di salah satu Rumah Sakit yang ada di Singapura. Sama orang tua loe yang lagi dinas lagi.”

“Gak mungkin.!” Gue menggelengkan kepala gue. Gak mungkin mereka semua bohongin gue. Gak mungkin Bisma da kakak-kakak gue yang lain sejahat itu. Ini pasti akal-akalan dia aja.

“Kenapa gak mungkin? Apa loe datang waktu acara kematian gue? Jadi mana loe tau kalau gue udah mati atau belum? Atau karna mereka yang bilang? Inget Chika, mereka semua udah bohongin loe. Buktinya gue ada di hadapan loe. Buat balas semua yang udah loe lakuin ke gue. Termasuk, rebut kembali kekasih gue. NGERTI?”

“Bisma gak akan kembali ke loe..!!” Gue berteriak sekencang mungkin.

“Liat aja nanti. Apa yang akan dilakuin Bisma sama cewek lumpuh yang gak bisa apa-apa? Dia itu cuman kasian sama loe.”
Tuutt…
Via menyudahkan pembicaraannya begitu saja. Tapi benar apa kata Via. Apa bisa gue lakuin? Sekarang gue cuman cewek lemah dan gak bisa apa-apa. Apa mungkin Bisma setega itu?  Gue sayang Bisma. Gue gak mau kehilangan dia. Kenapa mereka semua bohong? Kenapa mereka menyembunyikan Via?

Cekrekk…
Pintu kamar gue terbuka, gue menoleh pelan. “Ngapain kalian?” Tanya gue ketika kak Ilham, Kak Rafa, Kak Rangga dan Bisma mesuk ke dalam kamar.

“Kamu gak pa-pa sayang?” Tanya kak Rangga.

“Menurut kalian?”

“Kita..” Kak Ilham menggantung kata-katanya.

“Silahkan keluar. Aku gak butuh pembohong kayak kalian.” Ucap gue pelan. Gue masih bisa menahan air mata gue yang siap berkejar-kejaran di pipi.

“Pembohong apa sih maksud kamu mah?” Pintar sekali Bisma. Dia memasang muka tak bersalah sama sekali. Wajahnya tampak bingung. Padahal gue yakin. Bisma pasti tau.!

“Kalian sembunyiin Via kan?” Kali ini air mata gue gak sanggup gue tahan lagi. Seketika mereka keluar dengan berlari riang dari mata gue.

“Ki.. kita..” Kali ini kak Rafa menjawab, namun dia gak berani lihat ke gue. semua tertunduk. Mereka Diam.! Itu pasti benar. Pasti mereka melakukannya.

“YES Or NO KAK..!!??” Gue berteriak, suara gue menggema sangat nyata. Biarkan mereka tau kekecewaan gue ke mereka.

“Yes..” Mereka menjawab kompak.

“Sekarang kalian pergi.” Hati gue remuk mendengarnya, mereka benar-benar tega.! Tak tahukah mereka perasaan gue sekarang? “PERGI CHIKA BILANG…!!!” Gue berteriak sekencang mungkin, saat gue melihat mereka masih berdiri di tempat yang sama.

****
 “Maafin kakak Chik.. tapi, kita punya alasan.” Kak Ilham membuka suaranya, setelah semua orang pergi. Entah kenapa kak Ilham tak ikut keluar dari kamar gue.

“Alasan apa lagi? Alasan karna kakak mau lindungin Via dari aku? Supaya aku  gak bunuh Via? Itu maksud kakak?” Kak Ilham diam, dia tak menjawab pertanyaan gue. sebegitukah mereka menilai gue? sejahat itukah gue?

“Pergi kak. Please,ijinin Chika sendiri kali ini.” Gue memohon tanpa melihat wajah kak Ilham. Tapi, suara langkah kakinya terdengar jelas, bahwa ia telah berjalan menjauh dari tempat gue.

Hapuslah air matamu..uh..uh..
Lagi-lagi ada telepon. Gue lihat layar hp gue. masih private number. Pasti Via lagi.! Gue menghapus air mata, dan mulai mengatur pernafasan, agar suara gue tak terdengar sedih.
Setelah nafas gu mulai stabil, Gue segera menekan tombol hijau di keyboard hp.
“Ngapain lagi loe Vi?”

“Vi? Aduh Chika, gu bukan Via.” Jawab suara lelaki di seberang sana.

“Terus siapa?”

“Gak penting.! Yang penting sekarang, gue tungguloe di Rumah Skit tempat loe di rawat kemarin. PENTING..!”

Tutt.. tutt.. tutt..

Huh..!! mati lagi telephonnya.
RUMAH SAKIT LAGI? Hidup gue gak jauh-jauh dari Rumah Sakit.
Akh siapa lagi sih yang  telephone gue?Gue tau sih dengan suaranya, tapi agak kurang yakin.
Terus gimana lagi yang akan terjadi?
Apa yang bakal di lakuin Via lagi?
MAAF kalau BANYAK dan JELEK..
hehehe.. Gak konsen bikinnya, kan sibuk. (tapi koko banyak?)

Sorry My Friend 3 Part 2

Karya : Vhenna
*Cerita ini hanaya Fiktif*



Gue tersadar di ruang yang gak asing lagi. Dimana lagi kalau bukan kamar gue? Tempat yang kini akan menjadi teman gue saat gue susah. Gue menemukan kepala. Kepala kak Ilham, tepat di tangan gue, gue mengelus rambutnya. Rasanya bener-bener lega banget. lega bahwa gue mempunyai dia sebagai kakak gue.

“Kemu udah sadar de?” Kak Ilham bertanya cemas setelah bangun dari tidurnya. Matanya yang sayu, menunjukkan dia seperti kelelahan.

“Udah kak.. Keman yang lain? Terus kok aku bisa ada di sini sih?”

“Kemarin kita temuin kamu pingsan di taman, yang lain udah pada pulang.”

“Kemarin..” Gue mencoba mengingat-ingat. Kemarin gue mendengar suara cewek. Dan gue kenal suara itu. Tapi rasanya gak mungkin.! Sudahlah, mending gue tanya ke kak Ilham.  “Kemarin aku denger orang yang bisikkin sesuatu, terus dia dorong aku.”

“O-Oh.. itu, yaudahlah. Kamu lupain aja ya sayang. Tidur lagi, masih jam 2 pagi.” Dari mana kak Ilham tau ini jam 2 pagi? Di kamar ini, gak ada jam dinding. Kak Ilham juga keliatan gak peke jam tangan kok. Terus matanya kok sayu banget? bisma mana, lagi? Apa karna sekolah, Jadi dia gak temenin gue?

“Kakak tau ini jam 2 pagi dari mana? Mata kakak juga sayu banget. kakak baru tidur ya..?”

“Lupain ya.. sekarang yang penting kamu tidur aja. Besok kakak mau kamu sekolah.”

“Oh, iya deh kak. Tapi, besok pagi kakak jawab pertanyaan aku ya..!”

“Gak janji..” Kak Ilham mengecak-acak rambut gue. “Kakak malam ini tidur disini gak pa-pa kan?”

Gue mengangguk, kenapa sih kak Ilham? Dia sekarang tidur di kursi samping tempat tidur gue. Tangannya juga megang tangan gue kenceng banget. kak Ilham kayak gak mau kehilangan gue. dia aneh.!
**
Gue menuju ke ruang keluarga dengan pakaian yang siap berangkat ke sekolah, baru jam 6 pagi memang. Tapi gak tau kenapa, hari ini gue semangat banget ke sekolah. Gue mau membuka lembaran baru lagi kali ini.

Gue liat di ruang keluarga kak Ilham,Kak Rangga, dan Kak Rafa sedang menonton TV,rupanya mereka menginap semalam. Tapi mata mereka juga sama, sayu, seperti mengantuk. Atau? Mereka habis menangis? Entahlah..!
“Kakak gak pada tidur ya? Kok matanya sayu semua sih?”

“Gak kok.! Kita tidur nyenyak sayang.” Kak rafa tersenyum.. kemudian memperhatikan pakaian gue yang telah rapi sekolah. “Kamu…” Ucapnya menggantung.

“Mau sekolah kak. Kaki aku yang lumpuh, tapi cita-cita aku gak lumpuh kan?” Gue berkata mantap. Padahal gue berbohong. Cita-cita? Apa cita-cita gue? hobby gue, minat dan bakat gue aja gue gak tau kok.

Mereka saling berpandangan. “Kamu dirumah aja ya sayang…” Kak Rangga memohon. Kenapa sih ni?

“Tapi kan kak..”

“Kalau masalah Bisma, biar kakak yang suruh Bisma ke sini sekarang. Biar dia bisa jagain kamu.”

“Kak, please. Aku mau sekolah.” Semua terdiam. Mereka hari ini benar-benar aneh.
**

“Hallo Sayang..” Bisma menyapa gue yang hampir setengah jam menunggunya. “Kamu yakin mau sekolah?” Lanjutnya.

“Iya dong.. Kamu temenin aku terus kan di sekolah?”

Bisma melihat ke arah kakak-kakak gue. mereka semua mengangguk dan tersenyum seperti dipaksa.

“Kalau gitu gue cabut dulu ya guys..” Bisma berpamitan ke kakak-kakak gue.

“Tha.. tha kakak…” Gue melambaikan tangan dari jendela, setelah mobil Bisma melaju pelan.

“Daaahh..” jawab mereka bersamaan. Lagi-lagi senyumnya terlihat memaksa.
**
Gue sampai di sekolah,dengan tatapan aneh para pelajar lain. Tapi tak apalah, gue gak peduli sama omongan orang lain. Gue gak peduli apapun yang akan orang omongi, yang penting Bisma ada di samping gue sekarang.

“Eh Chika… kita ketemu lagi ya? Gimana permainan kamu? selesai? Berakhir kayak gini? Kasian… hahahaha…” Suara tawanya menggema. Gue tau, suara itu? Suara yang mendesah di telinga gue sebelum gue jatuh. Benar dugaan gue.

“Permisi ya.. cewek gue bukan yang dulu. Dia gak suka main-main sama orang stress kayak loe.” Bela Bisma.

“Bukannya cewek loe dulu juga stress ya? Liat aja, gara-gara dia stress kehilangan loe. Dia sampai rela bunuh diri. Cewek bego.” Dia berkata lantang.

“Bis.. pulang.” Gue menatap ke depan tanpa arah.


“Iya…”
**
“Kamu pulang de? Udah kakak duga, kamu pasti gak akan betah di sekolah.”
Gue gak peduli dengan omongan Kak Ilham. Gue terus memutarkan jari-jari gue ke roda yang menempel di pinggir-pinggir kursi yang gue duduki.

Dengan langkah agak jauh, gue cuman denger Bisma yang bilang. “Di dalam mobil dia diem aja.” Hanya itu. Gak ada lagi yang gue denger. Karna gue langsung masuk ke dalam kamar.
****

Kenapa? Siapa? Dan kenapa?
Kenapa kakak-kakak Gue dan Bisma?
Siapa cewek itu?
Kenapa Chika jadi cewek yang lemah?

Kalau ada salah penulisan. Salahkan ke admin lain.
#Gakmaukenasalah. :-P

Sorry My Friend 3 Part 1

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hany Fiktif*


Seharusnya ini yang last part. Tapi karna terlanjur, yaudah deh, gak pa-pa. maaf ya kalau jelek or kebanyakan, aku ngerjainnya Subuh.
I HOPE U LIKE.


Bisma terlihat agak marah. Dia gak lagi senyum seperti tadi.
“ Kenapa?”

“Kenapa manggil aku sasuke-kun?”

Ya ampun.! Gue lupa. Sasuke-kun kan panggilan buat Morgan. Kenapa gue jadi mikirin Morgan ya? Aduuhh… Chika Bodoh.!

“Hhehe.. maaf Naruto. Aku lupa.”

“Kita tinggal ya…” Dicky yang dari tadi diam ikut bicara.

“Iya.. kenapa gak dari tadi sih?” Jawab Bisma, sekaligus bertanya balik.

“Maunya.” Dicky neloyong kepala Bisma dan pergi keluar di ikuti Reza dan Salwa.

“Pah, apa dengan kejadian itu. Rasa percaya kamu gak akan ada lagi buat aku?” Tanya gue. Gue gak mau kalau sampai Bisma gak percaya lagi sama dia.

“Maksudnya?”

“Ya… apa dengan peristiwa kemarin, kamu gak akan percaya sama kata-kata yang aku ucapin?”

Gue bisa lihat raut wajah Bisma yang tersenyum. Kenapa dia senyum? Kenapa gak jawab pertanyaan gue? “Mah, aku percaya kamu, dan akan selalu percaya sama kamu. asal kamu janji, gak akan ada lagi kebohongan dan rahasia antara kita.”

“Aku janji.” Gue menunjukkan jari kelingking gue, menunggu Bisma melingkarinya. Tapi Bisma malah menepis.

“Kayak anak kecil.” Iiiihhh.. Bisma.!!! kenapa dia bilang kayak anak kecil sih?

“Jangan manyun gitu ah.. emang kayak anak kecil tauk.” Gue masih cemberut, tapi Bisma selalu punya ide. Dia merebahkan badannya di kasur gue. Jadi dia tidur tepat di samping gue. Bisma memiringkan tubuhnya menghadap ke gue. Jantung gue deg-degan banget, hati gue cenat-cenut, peluh gue menetes, padahal AC di kamar cukup dingin. Ahh Bisma mau ngapain sih?

“Aku gak bisa suruh kamu tatap aku kayak kemarin-kemarin kalau aku duduk di situ.” Maksudnya? Apa maksudnya tatapan yang memaksa gue selalu maafin dia? Yang selalu bikin gue tenang?

Bisma menarik dagu gue. Bisma… aduh, gue gak bisa ngomong. Gimana saat orang yang kita cintai, tiduran di hadapan kita sekarang. Sedangkan jarak wajah gue ke wajah dia. Gak sampai 5 centi.

Desahan nafas Bisma jelas terasa berhembus ke wajah gue. “I Love You Hinata.” Ucapnya kemudian.

Gue gugup. Bisma tuh selalu bisa bikin gue kayak orang linglung. “Hemm.. I Love You too Naruto.” Jawab gue dengam mata tertutup, gue gak mau liat Bisma, entar gue gak bisa ngomong gara-gara gugup lagi.

“Melek dong ahh.. gak enak banget sih diliatnya.”Ikh… suara ‘Ahh’ nya tuh mendesah banget, kenapa sih nada bicaranya harus kayak gitu?

Gue coba membuka mata gue perlahan. –huuuaaa- sekarang makin dekat lagi, ‘kakak… Chika deg-degan..’ Gue membatin. Gue memejamkan mat ague lagi.

“Yeh.. baru juga sedetik, kok merem lagi sih mah?”

Tau ahh gelap.! Dia gak tau apa gue deg-degan kayak gini?
“Mah…” Lagi-lagi Bisma berkata mendesah. Bikin gue gak tahan. Gue masih gak bisa buka mata. “Hahahaha” Terasa Bisma yang melepaskan pegangannya di dagu gue. Dan suaranya agak jauh sekarang.  Gue coba ,e,buka mat ague, Bisma emang gak terlalu dekat sekarang. “ Kamu lucu deh, kenapa tadi aku gak photo muka kamu lagi kayak gitu aja ya? Hahaha.. linglung banget muka kamu mah.”

Ikh.. apaan sih? Masa muke gue dibilang kayak orang linglung sih? Tapi mungkin iya sih. Tapi kan Bisma sendiri yang bikin gue linglung.

“Ikh.. papah, aku fikir kamu mau ngapain.” Ahhh.. aku Keceplosan.! Tuh kan Bisma mulai natap gue lagi.

“Emang kamu mau apa?” Bisma tersenyum.

“Eng-nggak pa-pa kok.” Bisma natap gue lagi. Dia menarik dagu gue yang tadi baru di lepas, dan lagi-lagi mendekatkan wajahnya. Tapi kali ini gue gak mejamin mata. Tunggu aja keberanian Bisma sampai mana. Jujur..! meskipun kita terlihat mesra, tapi gue dan Bisma cuman baru sekali ciuman.

“Ngapain kalian?” Morgan datang mengagetkan. Ahh.. padahalkan gue dikit lagi kena bibirnya.

“Biasa orang pacaran. Ngapain lagi?” Bisma menjawab kemudian bangkit berdiri di samping Morgan.

“Ohh..”

“Ngapain Gan?” Tanya gue. Kayaknya Bisma gak suka deh liat Morgan datang.

“Gak, cuman liat keadaan loe aja. Gue ke ruang tamu lagi ya..” Morgan meninggalkan kamar gue.

“Ke taman belakang yuk mah, boring di sini terus.”

“Ayo..”

Bisma mengambil kursi roda gue, dia membopong tubuh gue, hingga duduk di kursi roda. Bisma mendorong kursi roda gue ke taman belakang rumah.

“Aku tinggal dulu ya.. mau ngambil photo. Aku mau kita photo-photo disini.”

“Iya..”

Gue memperhatikan bunga-bunga yang mulai tubuh. Dari belakang gue mendengar jejak langkah seseorang. “Pah,” gue panggil Bisma dan gak ada jawaban. Apa itu bukan Bisma? dia meraih pegangan tangan di krsi roda gue. “Ayo Chika, kita mulai dari awal permainannya.” Dia mendorong kursi roda gue hingga gue terjatuh. Kepala gue kayak terbentur sesuatu yang keras. Entah batu atau apa, rasanya ngilu bercampur sakit yang teramat sangat.


Siapa orang itu? Nantikan di part selanjutnya.

Sorry My Friend 2 Last Part

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Siang ini, gue sampai rumah, bersama kak Ilham, kak Rafa, dan Kak Rangga. Entah kenapa, sejak kejadian 3 bulan yang lalu, pikiran gue seakan kosong. Yang gue fikirin, kenapa gue gak mati aja saat itu. Gue malu sama perbuatan gue selama ini.

“Kamu gak mau ngomong sesuatu?” Kak Ilham menekuk lutut di hadapan gue, mungkin untuk mensejajarkan tingginya. Rupanya mereka benar-benar menginginkan kata keluar dari mulut gue.

Semenjak gue sadar dari peristiwa itu, gue emang gak pernah bicara sepatah katapun. Suara gue mungkin telah habis untuk menangis. “Kak…” Gue memegang pergelangan tangan kak Ilham yang hendak berdiri.

“Kenapa?” Kak Ilham tampak gembira, matanya berbinar. Gue mengalihkan pandangan ke kak Rafa dan kak Rangga, mereka juga kelihatan bahagia. Sebegitukah mereka sayang sama gue?

“Aku mau minta maaf, sama kalian semua.”

“Sayang, kita udah maafin kamu dari dulu. Maafin kita juga, kalau selama ini sikap kita salah sama kamu.” Kak Rangga angkat bicara.

Gue tersenyum kecil, sebenernya gue berharap ada Bisma. Tapi gimana kondisinya? sampai sekarang gue gak tau.

Kak Ilham mendorong kursi roda gue menuju kamar, kali ini dia nempatin gue di kamarnya yang ada di lantai bawah, karna jika di lantai atas, mungkin sulit.

Kak Rafa membaringkan gue di kasur, “Istirahat ya adikku.”

“Iya kakak-kakak ku.. Makasih ya.. Makasih udah selalu ada buat Chika, meskipun Chika udah jahat.”

“Sejahat apapun kamu, kamu adalah adik kami. Kami tinggal ya..” Kak Rafa mengelus rambut gue, dan menyuruh kak Rangga dan kak Ilham mengikuti langkahnya di belakang meninggalkan gue.

Gue gak bisa tidur, gue mau lihat Bisma, dia satu-satunya penyemangat gue.
“Siang mamah..” Seseorang memanggil gue. Siapa yang panggil gue mamah? Cuman Bisma yang boleh.! Gue mengalihkan pandangan gue ke pintu kamar.

“Bisma…” Gue berkata lirih. Bisma datang bersama Salwa,Reza, dan Dicky. Hah Salwa? Di saat gue sakit dia masih sempet sama Salwa?

“Gimana keadaan kamu?”

“Kamu gak marah sama aku Bis?”

“Kok Bis sih? Mana papahnya? Katanya mau manggil papah sampai mati? Gak jadi nih?”

“Aku.. minta maaf.”

“Aku yang minta maaf, coba saat itu aku gak bohongin kamu. Coba saat itu, aku gak bohongi perasaan aku sendiri, kamu gak akan jadi kayak gini.”

“Aku yang minta maaf, aku udah bikin kamu celaka, tapi aku juga gak ngerti.”

Bisma melirik ke arah Reza, “Jadi gini Chik, waktu kamu pulang sekolah bareng Morgan, aku udah jalanin misi kita buat rusakkin remnya Salwa, tapi…” Sekarang berganti, Reza yang melirik Bisma.

“Tapi, aku gak percaya. Kak salwa udah manggil kakak-kakak kamu ke sekolah. Karna kak Salwa bilang Reza ikut terlibat, Akhirnya aku mutusin buat ngendarain mobil kak Salwa sama Reza, buat buktiin omongan kak Salwa tentang cewek dan sahabat aku itu salah.. Yah, walaupun akhirnya ternyata benar.”

“Maafin aku Bis, maafin aku Za, Maaf juga Wa.” Gue berkata sendu.

“Kita udah maafin kamu kok.” Bisma tersenyum. “Makanya kita jenguk kamu ke sini.”

“Kenapa kamu sempet mukulin Reza?”

“Aku kesel aja sama si Jae, masa dia kerja sama sama istri aku gak bilang-bilang. Kerja samanya jahat banget lagi. Sampe mau buat kakak aku celaka.”

“Ka-kak?” Siapa yang di maksud Bisma? Salwa?

“Iya Salwa tuh kakak kandung aku, habis ini kamu pasti mau tanya lagi.” Jawab Bisma, dia seperti tau apa yang gue fikirkan. Tapi kenapa dia gak pernah bilang? “Karna kamu benci sama kakak aku, jadi aku rahasiain ini semua. aku takut kamu juga benci sama aku.” Tuh, kan.! Bisma tuh bisa baca fikiran kali ya? Kok dia tau apap yang gue fikirin. Udah ah.. bodo.!

“Maafin gue ya Wa, gue udah punya niat jahat sama loe. Gue cuman kesel liat loe deket sama Bisma.”

“Iya.. gak pa-pa kok, gue ngerti banget. Loe takut kehilangan Bisma kayak loe kehilangan Ilham. Gue juga minta maaf, waktu itu gue cuman jadi temen curhat Ilham, tentang adiknya yang udah di temukan. Tapi, kita malah jadi akrab, tanpa mikirin perasaan loe.”

Gue tersenyum, akhirnya semua masalah selesai. Tapi, fikiran gue masih ganjil. Gue takut Bisma gak bisa nerima kondisi gue yang sekarang, gue takut, kejadian 3 bulan lalu meninggalkan kenangan dalam buat gue, kenangan gak akan gue lupain. Dimana saat gue berhadapan dengan maut, tapi Morgan menarik tubuh gue. Naas, kaki gue tersangkut di rel kereta. Dan membiarkan kereta itu menindas sepasang kaki gue.

Kaki gue harus di amputasi, hal ini juga yang membuat gue gak pernah bisa mengeluarkan kata-kata. Yang bisa gue keluarkan hanya air mata, bila mengingat kejadian indah saat kaki gue masih ada. Tapi mungkin ini, adalah ganjaran yang tepat buat gue. Gue gak pernah buka mata, akan kasih sayang mereka.

“Kamu mau pah. Nerima kondisi aku yang kayak gini?”

“Aku mencintai kamu apa adanya, Hinata-san.”

“Huuuaaa.. Sasuke-kun.”

Kini gue buka lembaran baru tentang hidup gue. Terimalah apa yang kalian dapat, dendam, itu beresiko ntuk kalian sendiri pada akhirnya…



Maaf ya kalau endingnya jelek... :-D

Sorry My Friend 2 Part 6

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Mobil berhenti di area parkir yang cukup luas. Heii..! tempat ini kan? Gak mungkin. Mau ngapain gue ke sini? Kak Ilham kan udah sembuh. Terus ngapain gue ke Rumah sakit ini?

“Ngapain kita di sini kak? Kakak kan udah sembuh.”

“Ikut aja.”

Gue turun dari mobil mengikuti Kak Ilham dan yang lain dari belakang. Gue ke lantai 4, tempat UGD. Kenapa di UGD? Siapa yang sakit?
“Masuk.!” Perintah kak Rafa. Gue menurut. Gue memasukki ruangan itu, tapi kenapa Salwa memasukki ruangan sebelah? Siapa di sana? Sebelum masuk, gue sempet liat bacaan di depan pintu ruangan itu. Bacaan yang sama, sama-sama berwarna merah dan ada 3 huruf, UGD. Ruang UGD di tempat ini, memang hanya untuk 1 orang. Mungkin, perlu banyak Ruangan lagi untuk antisipasi.

Gue melihat seseorang yang gue kenal, Reza.. kenapa Reza bisa ada di kasur itu?

“Sehabis kecelakaan yang kamu buat itu, kondisi Bisma lebih parah di banding Reza. darah di kepala bahkan badannya bercucuran banyak banget. tapi Bisma gak mau tau, dia terus mukulin Reza yang udah pingsan, kita sendiri gak bisa lerai, tapi akhirnya semua berhenti waktu Bisma pingsan.” Jelas Dicky yang dari tadi udah gue liat di depan ruangan. Kecelakaan yang gue buat? Gak mungkin gue tega nyelakain Bisma. Dan Reza gak mungkin nyelakain dirinya sendiri. Gue yakin,Itu bukan perintah gue.! Sumpah itu bukan perintah gue.!

“Gak mungkin. Mana Bisma sekarang?”

“Diruang sebelah.” Jawab kak Rafa.

“Tinggalin aku sama Reza.”
Mereka menurut, meninggalkan gue dan Reza di ruangan yang paling gue  benci ini.

“Za, gue gak ngerti sama semua ini. Kenapa Bisma tega mukulin loe? sahabat baiknya sendiri. Kalau ini emang salah gue, dan bener yang buat kalian kayak gini tuh gue, gue minta maaf za. Maaf banget za.” Air mata gue menetes. Entah kenapa gue gak kuat lagi tahan butiran bening ini. Reza yang selama ini membantu merencanakan misi-misi gue. Gue sendiri gak ngerti kenapa Reza mau. Dia emang sahabat terbaik gue. Dan sekarang dia harus berbaring di kasur ini, yang menurut mereka, ‘karna gue’.

Tangan Reza yang sedari tadi gue genggam bergerak, gue tatap wajahnya yang pucat, gue liat bibirnya yang bergetar, seakan ingin bicara. Gue segera menekan tombol yang ada di ruang itu, tombol untuk memanggil dokter. Dan Gue memanggil orang-orang yang berkumpul depan ruangan. Mereka memasukki ruangan itu. Entah di bolehkan atau tidak oleh dokter. Mengumpulkan orang sebanyak ini dalam ruang UGD.

 “Chik-ka. Ma-afin Za, ud-da-h ga-ak bis-sa ban-tu Chik-ka. Re-za pas-ti ud-dah bu-at Bis-ma ben-ci sa-ma Chik-ka” Ucap Reza terbata-bata. Suaranya pelan, hampir tak terdengar.

Gue tatap sendu wajahnya. Kenapa dia minta maaf? Kenapa Reza? Gue yang salah, udah hancurin persahabatan kalian. “Maksud Eja apa? Eja terlalu baik sama Chika, Eja rela jadi kambing hitam Chika. Eja rela berbuat dosa demi Chika, kenapa Eja yang minta maaf? Harusnya Chika.” Deraian airmata ini gak bisa gue tahan lagi. Maaf Ja, maafin Chika.

“Kar-na, Ej-ja Suk-ka sam-ma Chik-ka. Tap-pi,  mer-rek-ka sem-mua teg-ga sam-ma Chik-ka. Ej-ja Cum-man ma-u Chik-ka bah-hag-gia.” Mendengar ucapannya itu, Gue tertegun. Air mata ini semakin deras lagi. Lebih sakit di bandingkan harus rela di tampar kak Rafa. Segitu baiknya pengorbanan Reza ke gue. Rasa Cintanya dari dulu gak pernah gue sadari.

Gue melihat ke belakang, gue lihat Dicky yang menangis, sedang yang lain hanya berkaca-kaca.
“Kal-lau, Ej-ja ud-dah gak ad-da, jag-ga dir-ri Chik-ka baik-baik ya..” Gue mau menjawab, tapi dokter terlanjur datang, dan memerintahkan kami segera keluar ruangan.

“Gak keruangan Bisma Chik?” Dicky bertanya, dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

“Apa Bisma mau liat gue?”

“Coba dulu.” Dicky membukakan pintu UGD sampingnya, tempat Bisma di rawat. Gue melihat Bisma yang belum sadar, sedangkan Salwa di sampingnya, tak berhenti menangis.

“Salwa..” Dicky memberi isyarat agar Salwa meninggalkan gue dan Bisma sendiri.

Gue duduk di samping kirinya, tangan kiri gue menggenggam erat tangannya. Sedangkan tangan kanan gue, gue pakai untuk membelai rambutnya. “Pah, papah bangun ya.. bangun. Mamah janji akan berubah, mamah gak akan jahat lagi. Mamah gak tau, apa yang akan terjadi kalau gak ada papah. Papah tau kan? Mamah sayang sama papah lebih dari apapun, Papah tau kan? Cuman papah yang bisa bikin mamah tenang. Mamah janji, akan jadi mamah yang baik selamanya buat papah, sampai saatnya kita benar-benar memanggil mamah-papah dalam ikatan pernikahan. Bahkan sampai mati pah.”

Gue mencium tangannya lama, lama sekali. Membuat tangannya yang di hias jarum infuse itu basah karna air mata. Entah perih atau tidak rasanya. Tapi yang pasti lebih perih hati gue saat ini. Tak ada tanggapan dari Bisma, gue mencium keningnya. Bisma tersadar, sama seperti reza, mulutnya bergetar seakan ingin bicara. “Bu-at ap-pa kam-mu ke sin-ni?” Bisma berkata persis seperti reza, terbata-bata. Tapi Bisma mengalihkan pandangannya, dia gak mau lihat gue. Dan pertanyaan itu? sukses membuat perih itu makin nyata.

“Maafin aku Pah, maafin aku..”

“Gak per-lu, leb-bih ba-ik, kam-mu per-gi dar-ri sin-ni. Ak-ku ben-ci sam-ma kam-mu.”

“Pah.. mamah gak ngerti kenapa semua ini bisa terjadi, maafin mamah kalau ini emang perbuatan mamah.  Mamah tau papah gak benci sama mamah, buktinya pas mamah cium kening papah, papah sadar.”

“Gak us-sah lag-gi kam-mu pang-gil ak-ku pap-pah, kit-ta ber-ak-hir” kata-kata Bisma ini adalah kata-kata yang paling menyakitkan, lebih menyakitkan di banding apapun. Entah ada berapa kerikil yang menghantam, entah ada berapa pedang yang menusuk, dan entah ada berapa tangan yang mencabik di sini. Di hati gue ini.

Gue mundur, perlahan namun pasti. Gue mencoba kuat, tapi gak bisa.
“Sat-tu lag-gi” Ucap Bisma setelah gue 2 langkah berjalan mundur.
“Jik-ka, ak-ku mat-ti. Jang-ngan had-dir di pem-mak-kam-man ku.”

Perasaan gue gak bisa gue artiin lagi, rasanya gue lebih baik mati. Gue membalik badan, berlari, dan terus berlari ke arah Pemukiman yang padat penduduknya. Gue tau mereka mengejar gue. Gue melihat rel kereta yang sepi. Tak ada 1 pun yang menyebranginya, entah karna apa. Ataukan karna akan ada kereta menyebrang? Gue berjalan di rel itu, berjalan dengan kekosongan hati. Berjalan khilaf, tak menghiraukan seruan orang yang menyuruh gue minggir. Tak peduli suara tangisan Kak Rafa, Kak Ilham, Kak Rafael, dan siapapun itu. Tak menghiraukan suara kereta yang semakin mendekat. Tak peduli bagaimana keadaan gue selanjutnya. Gue terus berjalan tenang.

Bagaimana selanjutnya cerita hidup gue?
Apa yang mereka bilang kalau gue penyebab kecelakaan Bisma dan Reza?
Akankah Kondisi Bisma dan Reza membaik?

Tunggu di part terakhir.

Sorry My Friend 2 Part 5

 “Kenapa Sih? Kanapa kakak gak jadi nampar Chika? Tampar aja sampe kakak puas. Apa lagi salah Chika?” Gue berkata sendu.

“Masih tanya kamu kenapa? Gak kapok kamu sering Kak Rafa pukul, padahal seharusnya wanita itu gak boleh kena pukulan, apalagi dengan kakaknya.” Kak Rangga membela Kak Rafa yang sudah mulai geram.

“Jelas boleh, aku kan cuman adik angkat kalian.” Jawab gue ketus.

“Kakak juga gak nyangka kamu lakuin ini semua ke kakak Chik, apa salah kakak sama kamu? masalah sakit hati kamu dulu? Kamu bilang kamu udah maafin kakak kan? Muna..!” Kak Ilham datang dengan kursi roda. Mungkin karna kondisinya yang masih lemah, ikut memaharahi. Oke..! Bagus Salwa, loe berhasil.!

“Kalian semua kenapa? Apa yang di bilang cewek murahan ini?” Gue bertanya geram.

“Hati-hati kamu Chika, kita lihat dengan mata kepala kita sendiri. Bukan karna Salwa.” Lagi-lagi kak Ilham membela, “Sekarang jujur sama kakak, maksud kamu apa celakain kakak? Apa salah kakak sama kamu?” Sambungnya kemudian.

“Apa? Oke aku jujur sekarang sama kalian semua. buat kak Ilham, kakak tau gimana sakitnya aku waktu tau kakak selingkuh sama Salwa dulu? Kakak tau gimana rasa sakit hati aku waktu kakak dulu coba misahin aku dan Bisma,? Gimana rasanya waktu kakak dulu membentak aku? Membuat tangan kak Rafa bisa berkali melayang ke pipi aku. Dan lebih sakitnya lagi, ketika aku tau kakak adalah kakak kandung aku, tapi selama ini kakak membela Via mati-matian. Itu sakit hati yang akan selalu membekas. Gak akan pudar.” Gue mengutarakan perasaan gue selama ini. Perasaan sakit, kecewa, perih, menyatu.!

“Jadi itu alasannya, akmu belum bisa maafin kakak.?”

“Gak, aku benci kehidupan ini, kenapa Via yang diberi penyakit itu? Via yang jelas-jelas punya ribuan orang yang menyayanginya. Kenapa bukan aku? Yang gak perdah dipeduliin sama sekali.”

Semua terdiam. Dimana Bisma? Bisma yang selalu memberi gue kenyamanan di saat-saat seperti ini. Bisma yang selalu bisa menenangkan gue saat emosi gue mulai gak terkontrol. Bisma, please.. bantu aku.. “Buat kak Rafa sama Kak Rangga, aku minta maaf.” Sebenarnya, gue sayang mereka semua, tapi betapa sakit hatinya gue jika ingat kejadian-kejadian itu.

“Chik, jujur.. kakak, dan kak Rafa kecewa banget sama kamu. kita salah mendidik kamu selama ini.”  Kak Rangga menghampiri gue.

“Maafin Chika kak, Chika gak tau sma siapa lagi Chika berbagi. Kumpulan benci itu, sekarang berkumpul membentuk dendam. Maaf,!” Ingin rasanya gue memeluk kak Ilham, kak Rafa dan Kak Rangga. Gue mau merasakan lagi. Merasakan kehangatan.! Gue akui, pembalasan gue ke kak Ilham telah berakhir, walau rasa benci itu masih ada.

“Sampai kapan dendam ini berakhir?”

“Gak tau.. mungkin selamanya.”

“Chik.. Mamah sama papah kita, dan mamah dan papah kamu, pasti kecewa banget.”

“Aku gak peduli. Bukan urusan aku.” Gue berlari ke lantai atas. Buat apa lagi gue disini? Dengerin ucapan yang gak bermutu itu? Malas.! Gue mau kasih sayang mereka. Kasih sayang yang jarang gue dapetin.

“Bener, kamu gak tau akibat ulah kamu?” Ucap kak Ilham setengah berteriak, karna gue hampir sampai kamar.

“Maksudnya apa?”

Semua terdiam, kenapa sih? Si Salwa juga nangis terus. Cewek cengeng.!

“Apa sih maksud kalian? Emang aku berulah apalagi?”

“Loe gak sadar apa? Emang bukan loe yang berbuat, tapi temen loe, atas perintah loe.” Salwa membuka mulut.

“Alaah… loe, kak Rafa, kak Rangga dan kak Ilham, emang selalu berfikir semua yang salah itu datang dari gue”

“Habis loe tau, loe bakal nyesel bilang semua ini.”

“Udahlah, Kalau kamu mau ini jelas, ikut kami sekarang. Dan kalau kamu nekat gak ikut, penyesalan itu ada di hati kamu selamanya.” Ujar kak Rafa.

“Oke aku ikut.”

Gue turun dari anak-anak tangga itu. Mengikuti langkah kaki mereka menaiki mobil-mobilnya. Memang sekarang di depan rumah gue ada 4 mobil, termasuk mobil Morgan. Kak Rafa, Kak Rangga membawa mobil pribadi mereka, sedangkan Kak Ilham menaikki mobilnya dengan supir, dan gue pastinya. Biar aja Salwa naik Ferrari htam Morgan.

“Kemana kita kak?” Tanya gue ke kak Ilham saat di perjalanan.

“Liat aja nanti, yang pasti ke tempat permainan kamu.”

Maksudnya? Tunggu di  part selanjutnya.

Sorry My Friend 2 Part 4

Bisma menarik tangan gue menjauhi Salwa yang tersenyum puas. Mungkin karna melihat gue yang di bentak Bisma.

“Apa-apaan sih loe Bis?” Gue melepaskan tangan yang di genggamnya, saat berada di belakang sekolah.

“Gak pa-pa kok mah, Papah males aja kalau mamah ngurusin Salwa.” Apa? Gak masuk akal, apaan nih? Bener-bener ada yang gak beres.!

“Maksud loe apa? Loe suka sama Salwa? Tega loe ya..?” Tanya gue. Gue emosi saat itu. Siapa yang gak emosi? Jika pacar yang dicintainya di rebut orang untuk ke 2 kalinya, dan orang yang sama pula.

“Buka gitu mah, tapi…” Kata-kata Bisma menggantung.

“Tapi apa? Udah deh pah.” Gue bersiap melangkahkan kaki, mnamun Bisma mencegah. Dia mencengkram pergelangan tangan gue. “ APA LAGI?”

“Kamu ngomong kayak gitu mah? Gak salah? Aku suka mah sama kamu, aku sayang sama kamu.”

“Ini juga yang kamu bilang dulu sama Via? Waktu kamu selingkuh sama aku, dan ninggalin Via.”

“Apaan sih? Kenapa Via lagi yang di bahas?” Bisma agak membentak.

“Iya, dulu kamu bilang ini sama Via, sekarang sama aku. Iya kan?”

“Gak mungkin lah.”

“Terus apa yang kamu bilang waktu Via sakit dulu? Waktu dia pingsan di taman, terus kalian pelukan?” (Part 2 season 1)

“Gak penting..!!”

“Berarti bener.”

“Sekalipun bener, mungkin itu karma buat kamu.”

Brengsek..! Gue melangkahkan kaki menjauhi tempat Bisma. Ini bener-bener gak beres, kenapa sih Bisma itu? Ada yang salah lagi dari Gue? Maksudnya apa Karma? Karma, dia pikir lagu Coklat?

Gue berjalan menuju kelas . sikap Bisma yang kadang baik, kadang egois. Membuat gue sedikit capek.! Tapi gue sayang Bisma.

“Sakura kok sendirian aja di kelas? mana Bisma?” Morgan menghampiri gue yang baru aja duduk.

“ TAUK..!”

“Marahan nih ceritanya?”

“Iya kali.”

Baru beberapa kata yang Gue ucapin, bel masuk berbunyi. Mau gak mau, gue harus duduk di samping Bisma lagi. Anehnya, selama jam pelajaran berjalan, dia gak ucapin permintaan maaf, atau sejenisnya. Membuat gue BeTe. Basa-basi aja kayaknya Bisma males banget deh.

“Chik, pulang bareng gue aja yuk. Loe berantemkan sama Bisma? Nanti loe malah pulang sendiri lagi.” Morgan menawarkan tumpangan setelah melihat gue keluar kelas tanpa Bisma. Boleh juga. Bisma kan gak mungkin antar gue sekarang.

Gue mengangguk, mengganti kata ‘Iya’. Gue ikuti langkah Morgan menuju mobil Ferrari hatamnya. Kenapa gak Ferrari merah aja? Kan keren.!

“Kita makan dulu ya Chik. Lapar kan?” Tanya Morgan, ketika kami dalam perjalanan pulang.

“Lumayan,”

Gue dan Morgan pergi ke café Cempaka yang berada di pinggir jalan. Entah kenapa, ini mengingatkan gue ke kak Rafa dan Kak Rangga. Gue kangen mereka.


Kau buatku gerah.. rah.. rah.. rah..
Ini lebih dari sekedar rasa.
Atau ilusi semata.. ta.. ta.. ta.
Kau buat ku bergairah..rah..rah..rah..

Belum selesai lagu itu mengalun, Morgan menganggakat telephonnya. Kenapa harus ada yang berhubungan dengan telephon di depan gue.! Dia gak tau apa, kalau setiap ada telepon, pasti gue mau miliki kantung doraemon.!

Morgan keluar dari café itu dengan tergesa-gesa. Mobilnya kali ini melaju sangat cepat, entah kenapa setelah mengangkat telepon itu dia berubah menjadi dingin. Bukan dingin seperti batu es. Tapi dingin, seperti patung.! Ahh, gak nyambung..!

Gue berhenti di halaman rumah gue. Ternyata banyak mobil juga, sekitar 3 mobil. Mobil-mobil itu gak asing. Gue segera berlari memasuki rumah, mereka? Mereka kenapa?

“Kamu puas sekarang? Kamu puas Chik?” Salwa bicara, sambil menangis. Hey..! dia menangis? Kenapa?

“Kakak gak nyangka kamu kayak gini Chik, kakak salah nilai kamu yang kakak fikir udah berubah. Kamu keterlaluan.” Tangannya dia gerakkan ke atas. Tapi kemudian, dia menurunkan lagi, mengepalnya, dan mengatur pernafasan.

Kenapa sih semua ini? Apa lagi yang salah sama gue.? Kalaupun Salwa cerita, mereka gak mungkin langsung percaya gitu aja. Pasti mereka butuh bukti.

Kenapa ini semua Terjadi?
Mengapa Bisma bersikap acuh ke gue?
Dan kemana hp gue? Oh.. tidak..! tertinggal di tangan Bisma.

Sorry My Friend 2 Part 3

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*


-----------

Ting… Tong…

Bel rumah gue berbunyi. Gue turun dari kamar gue di lantai 2 dan segera membukakan pintu.
“Hallo mah, nih makanannya..” Bisma berdiri tepat di hadapan gue dan menyodorkan kantung plastik yang di bawanya.

“Ngapain kesini? Bawa makanan lagi?”

“Ohh.. jadi gak suka? Maunya Morgan yang bawain?”

“Apaan sih? Gak penting banget omongan lo dari tadi.”

Bisma meraih tangan gue. Dia memberikan kantung plastik itu kemudian mulai beranjak pergi.

“Aku besok gak bisa jemput kamu, berangkat sendiri aja ya..” Bisma tersenyum dan berlalu dengan mobil BMW hitamnya.
Anenya kambuh lagi.!
 ***
“Pagi mah..” Bisma menyambut gue dengan senyum cerianya. Saat gue baru duduk disampingnya.

“Pagi..” Jawab gue seperlunya.

“Jutek banget sih?.”

“Gak mikir apa tentang yang kemarin? Cowok aneh.”

“Mamah… mamah.. masa gitu aja marah?. Papahkan belum selesai lanjutinnya.”

Apa lagi sih Bisma? Lanjutan, dia pikir cerita. “Lanjutan apa?.” Ucapan gue masih agak malas.
Bisma meraih dagu gue. Menariknya, hingga wajah gue tepat berada di wajahnya. Memaksa gue melihat pandangannya yang menyejukkan.

“Aku relain kamu jadi Sakuranya Sasuke Morgan. Tapi, kamu harus jadi Hinata di hati Uzumaki Bisma.”

Hahahaha.. Bisma, dia membuat gue gak berhenti tertawa. Uzumaki Bisma? Bukankah heharusnya Uzumaki Naruto? Pelesetan yang seru.! Gak ada lagi sakura-sasuke, yang ada hanya Naruto dan Hinata.

Gue berhenti tertawa, dan gantian gue yang menarik wajah Bisma, bisa gue lihat jelas tingkahnya yang mulai tak terkontrol saat gue tersenyum ke arahnya. Sesekali menggaruk-garuk kepala, dan mengalihkan pandangannya, tapi selalu gagal. Karna gue kembali menatapnya.

“Udah dong mah, papah malu.”

“Oh malu pacaran sama Mamah nih ceritanya?.”

“Yeh.. bukan itu atuh mah, ini kan di sekolah. Nanti kalau mau pacaran, dirumah aja ya..”

“Hahaha.. si papah.”


Hari ini pelajaran sekolah seperti menghilang. Bagaimana tidak? Baru sekolah lagi, eh.. guru 4 jam pertama gak masuk. Al hasil, gue asyik bercanda dengan Bisma,Dicky, dan Reza.
****

Teeeenn.. Tennn…

Bunyi yang bagi gue seperti suara klakson mobil itu terdengar jelas.
“NAHHH..!!!” Reza berteriak.

“Kenapa sih loe jae?” Dicky menjawab dengan sedikit kesal.

“ udah istirahat tuh, ayo ah ke kantin.” Reza mengajak kami menuju kantin.

“Gak ah.. Loe berdua aja ke kantin, gue sama Bisma di sini.” Gue melirik kea rah Bisma.

“Yaudah deh, bye…”  Dicky dan Reza menjauh dan hilang dari kelas.

“Mamah ke toilet dulu ya pah..” Gue berpamit ke Bisma yang di sambut dengan senyumannya, sambil terus memainkan hp gue.

“Hpnya Papah pinjem ya..”

“Iya…” Gue mulai melangkah meninggalkan Bisma. Menjauh, dan semakin jauh. Tapi di toilet gue bertemu dengan Salwa. Masih ingat Salwa? Gadis yang merebut Ilham dari gue dulu, saat gue belum tau kalau Ilham kakak kandung gue. Gadis yang menampar gue di rumah sakit kemarin, dan gadis yang berani-berani membentak gue.

“Eh.. ada Queen Devil disini.” Sindirnya.

“Gue maksud loe? Dasar cewek MUNA.!!”

“Loe bilang gue apa?.”

“Cewek Muna. M-U-N-A. MUNA..!”

#Parrr…
Keringanan tangannya kembali lagi. Dan gue yang terus jadi sasarannya.
“Apa-apaan sih loe Wa? Ngapain loe nampar Chika.?” Bisma datang melerai. Yess..! dia pasti belain gue. Mampus loe Salwa.

“Iya nih pah, dateng-dateng mamah langsung di tampar.”

Bisma mengalihkan pandangan ke gue. “Alaaah.. loe juga sih. Ngapain di layanin?. Biasanya juga gak lemah kayak gini.!” Bisma membentak gue. Kenapa lagi ini? Kenapa Bisma membentak gue?

Nah lho ini kenapa lagi?
Tadi baik. Sekarang kayak gini?
Ada apa denganmu Bisma?

Sorry My Friend 2 Part 2

“Kenapa si loe? Mabok?” Tanya gue masih santai. Gue udah ngerti maksud tujuannya. Pasti karna dia tau tentang rencana gue tadi.

“Alahh.. loe kan yang bikin Ilham kayak gini? Gak tau diri banget si loe Chik. Apa salah dia? Setan loe.!”

“Oh.. hem, hahaha.. pertama, betul.! Gue yang bikin Ilham kayak gitu. Tapi gue gak bermaksud nidurin dia di kasur Mawar itu. Tapi di kasur ICU atau UGD, pasti lebih seru. Kedua, salah dia ya? Hemm.. dia udah buat gue rasain kehancuran dulu. Ngerti?” Jawab gue dengan senyuman kemenangan. Walau pada kenyataannya gue kalah.

“Gila loe, masih bisa loe senyum? Ketawa-tawa kayak gini?”

“Cewek gila tuh elo. Tadi panggil gue setan. Setan itu senang liat orang lain menderita,sekalipun itu kakak kandungnya sendiri. Pertanyaan bodoh.”

Gue pergi meninggalkan cewek itu denga asap yang menggebu-gebu di kepala, telinga bahkan hidungnya. Akh.. tak penting.!
 ***

“Diajak kemana sayang?” Tanya kak Ilham yang melihat gue muncul di depan pintu di ikuti cewek bodoh ini.

“Hehehe.. Tau tuh kak, masa aku suruh nganter dia pipis sih. Gaje banget.!”

“Gue balik duluan Ham, all.. gue balik ya” Cewek itu minta balik? Hah? Gak salah? Pengecut.!

“Iya.. kita juga balik ya Ham, loe disini aja sama adik loe. Bye..” Satu persatu teman kak Ilham yang melingkari tempat tidurnya melesat ke ruangan segar di bawah. Yah..! setidaknya dengan AC alami.

“Mah, kok muka kamu memar gitu sih?” Tanya Bisma. Heran sih, tuh cewek mukul gue sekuat tenaga kali ya? Kok muka gue bisa keliatan sama Bisma sih?

“Tadi kepentok tembok d WC pah..”

“Aduhh.. hati-hati atuh mah..”

“Iya.. maafin mamah ya Pah..”

“Pasti sayang..” Bisma mengelus Pelipis gue yang memar. Agak sakit sih, tapi hangat.!

“Hemm.. anggap gue gak nih?” Kak Ilham berdehem. Menggangu aja.!

“Hehehe… Iya, kok loe bisa kayak gini si Ham? Gimana ceritanya nih?” Bisma mengalihakn pandangan ke Kak Ilham.

“Gak tau Bis, rem gue blong. Ya.. gue sengaja aduin ke pohon aja, sabuk pengaman gue kencengin. Jadi benturan gue gak terlalu parah deh.”

“Kok bisa blong si kak? Emang tuh mobil gak pernah di periksain ke bengkel apa?” Tanya gue. Yah..! biar meyakinkan aja.

“Hehehe.. belum de, gak pernah tuh. Emangpasien di periksain. Males kakak periksain ke bengkelnya”

“Ya ampun Ham, salah loe atuh itu mah..” Jawab Bisma.

“Salah mobilnya dong.” Bantah Ilham.

“Takdir..! bawel-bawel banget sih lelaki juga”
Yang gue bilang bawel, malah senyum-senyum gak jelas. Tapi.. rasanya gue mau bilang. ‘Wooyy.. loe pada bawel banget.! Salah gue tauk..!’ tapi kan gak mungkin.
 ****
Lebih dari 6 jam gue ada di rumah sakit yang penat ini. Mulai dari ngomong hal-hal gaje, nyuapin makan kak Ilham, sampai ketawa yang menurut gue gak lucu.! Ahh.. Gak penting.!

“Hallo Ham, apa kabar..” Sapa Morgan yang baru datang menghampiri kami. “Hallo juga Chik, Ma.” Sambungnya mengalihkan pandangan kea rah gue dan Bisma.

“Iya.. Hallo juga Gan.” Jawab Bisma. Sebenarnya sih gue mau jawab. Tapi Bisma mewakili aja deh, gue males ngomong.

“Sakura kok diem aja sih? Masih marah sama gue?” Apa-apaan nih? Morgan bilang gue sakura? Ah.. itu masa lalu.

“Gak kok, biasa aja. Lagi males ngomong gue Gan.”

“Ohh..”

Gue melihat ekspresi wajah Bisma yang heran. Mungkin heran karna Morgan panggil gue sakura kali ya?

“Sayang.. kamu pulang aja, biar Morgan yang jagain kakak. Jangan lupa makan ya.. Bis, jagain ade gue.” Ucap kak Ilham.

“Iya…” Bisma menggandeng tangan gue dan berlari menjauhi tempat kak Ilham. Kak Ilham baik banget sih? Apa kalau dia tau gue berniat nyakitin dia,dia akan terus baik kayak gini ya? Ahh gak mungkin. Pasti dia marah besar.
“Jadi sekarang panggil Sakura nih sama Morgan?” Sindir Bisma saat diperjalanan pulang kerumah.

“Bukan sekarang pah, tapi dulu. Aku panggil dia Sasuke, dia panggil aku Sakura.”

“Ohh.. Kalau gitu sekarang aku relain deh kamu sebagai sakura Morgan.”

“Maksudnya?”

Bisma mengangkat bahu. Ahh.. kesel banget.! dia seharusnya tau, gue cuman sayang sama dia.
 ***
Saat sampai depan rumah, gue membanting pintu mobil Bisma. Dan langsung masuk ke kamar. Menunggu kabar dari rencana selanjutnya.!

Gue membanting diri di kasur, hari yang melelahkan.!
Drrttt… Drrttt…
From : 08521177xxxx
                Rncana kta ke2 brjln lncar.

To : 08521177xxxx
                Oke.. gw g mau ga2l lg.


Apa yang d maksud Bisma gue bisa jadi Sakura Morgan si Sasuke?
Siapa orang yang membantu gue menjalankan rencana ini?
Dan siapa wanita yang berdebat dengan gue? (Masih belum terlihat)

Sorry My Friend 2 Part 1

“Hallo mamahku sayang…” Ucap Bisma saat baru duduk di samping gue.

“Hallo juga papah..”

“Gimana di rumah baru? Asyik?”

“Biasa aja ah pah rumah mah, bagusan juga rumah aku dulu. Kamarnya juga bagusan kamar aku, apa lagi taman belakang rumahnya.”

“Yah si mamah. Maksud papah teh, kumaha bagaimana dengan suasana barunya?”

“Ah.. bilang dari awal atuh papah, kenapa ngomongnya kayak lidah keseleo gitu? Kumaha bagaimana.! Pemborosan kata aja.”

“Hehehe.. Ayo atuh jawab..”

“Asyik lah pah, aku ketemu sama orangtua aku yang udah di rebut sama Via..” Gue menjawab, di sertai senyum sangat terpaksa.

Gimana rasanya saat kita benci dengan seseorang, di saat itu juga kita harus menempati posisi dia? Jengkel? Pasti.! Apalagi hidup dengan barang-barangnya. Mulai dari kamarnya, bajunya, celananya, semua hal yang berbau dia, sukses gue pakai. Kenapa orang tua itu gak ada persiapan untuk menyambut gue?

“Jangan gitu atuh mah, Pamali kalau kata orang dulu mah. Lagian, Vianya kan dah gak ada”

“Iya.. iya”
Dengan jengkel, gue lanjutkan mengisi teka-teki silang. Dari pada baca pelajaran, mending isi TTS.! Sambil menunggu kabar terbaru tentang rencana gue.

Gue mendengar getaran hp Bisma. Gue yakin, pasti itu bagian rencana gue. Handphone yang baru di berikan mamah kemarin, sengaja gue tinggal di rumah. Gue mau, Bisma temenin gue hari ini ke rumah sakit. Pasti menyenangkan, melihat orang yang gue sayang harus terbaring di rumah sakit.! Upss?

“Hallo.. - Apa? -  Kok Bisa? – Oke, Gue kesana sekarang sama Chika.”

Yess… Betukan gue? Tapi Lagi-lagi impian punya kantong Doraemon ada di benak gue. Apa yang mereka bicarain yah? Dia sekarat? Atau dia kehilangan banyak darah? Huaaa… apapun itu gue gak peduli.! Yang penting bagi gue, dia gak mati dulu. Karna gue cuman mau liat dia menderita,bukan MATI.!

“Chik, sekarang kita ke Rumah Sakit ya.” Bisma hendak menarik tangan gue.

“Kemana loe berdua? Bentar lagi masuk kali Bis.” Tanya Reza di ikuti anggukkan kepala Dicky.

“Gue ijin ke Rumah Sakit. Tolong bilang ke Guru ya”

Tanpa mendengar jawaban dari mereka berdua, Bisma langsung menarik tangan gue menjauhi kelas itu. Kapan acting gue di mulai kalau dia panik kayak gini terus?.

“Kenapa Si pah?” Akting gue di mulai ketika mobil Bisma baru aja keluar dari sekolah.

“Nanti aja ngomongnya, kamu liat sendiri di Rumah sakit ya Mah..”

Huh..! percuma dong gue acting? Liat di Rumah Sakit? Hallo Bisma, gue udah tau sayang…

“Siapa yang Sakit?”

Bisma gak menjawab. Padahal gue mau denger, dia.. sekarang lagi kritis, ayolah.. keluarkan kata-kata sedikit aja. Ahh.. shit.! Gue di cuekkin.

“Sus.. ada pasien yang tadi kecelakaan di jalan Sudirman, kamarnya di mana ya Sus?” Tanya Bisma pada suster yang lewat di depan Rumah sakit.
Baru juga turun dari mobil.!

“Di lantai 3, kamar mawar nomor 14.”

“Makasih sus”

Hah? Kok dia gak di ruang ICU? Atau UGD? Atau apalah itu yang mengerikan. Kenapa hanya di rawat di kamar biasa?
Gue berjalan melalui kamar yang di maksud suster tadi, kamar mawar nomor 14. Huh…!! Dasar Rumah Sakit gila, kenapa banyak lorong-lorong yang menipu? Mana lorong yang harus gue lewatin?

Seperti bisa membaca pikiran gue. Bisma menarik gue ke sebuah lorong ke dua, tepat.! Nomor 14, ada di urutan ke 4.! Berarti, 1 lorong,10 kamar. Kamarnya memang besar. Sangat besar bahkan, sukses membuat gue bertanya heran. Kenapa harus ada kamar sebesar ini untuk orang sakit yang hanya bisa menyusahkan?

Gue melihat dia masih bisa tertawa, walau selang infuse menancap di tangan kirinya. Sialan.! Rencana pertama gue gagal.! Dia gak sakit parah.

“Hai Bis, Hai Chik..” Sapa salah satu wanita yang berdiri melingkarinya.

“Hai..” Jawab gue dengan nada malas. Malas bertemu wanita itu, dan malas melihat rencana gue yang gagal.!

“Hay juga..” Balas Bisma dengan senyuman mengembang.

Ngapain sih Bis harus senyum kayak gitu, bikin gue cemburu aja.!

“Boleh gue pinjem Chika bentar gak?” Ucap cewek itu lagi.

“Silahkan…” Bisma lagi-lagi tersenyum.

“Jangan di apa-apain ya Chikanya.. hehehe” Kali ini orang yang tertidur di ranjang Rumah Sakit itu turut bicara.

“Sipp.. tenang aja” Cewek ini menarik tangan gue menuju ruang sepi. Ini Rumah Sakit atau kuburan sih? Sepi banget.! gerutu gue.

#plarrr…
#plaakk..
Tamparan, bahkan tonjokan mendarat di pelipis gue.
“Loe tuh bener-bener wanita Setan.! Wanita Iblis tau gak.?”

Siapa cewek yang berani cari gara-gara sama gue?
Siapa cowok yang terbaring di rumah sakit?
Apa lagi yang akan di lakukan Chika?

Sorry My Friend Part #9 (Last Part)

“Kak, kok Morgan kayaknya benci banget sama aku? Dia kayak punya alesan lain deh selain masalah Via.” Tanya gue ketika di perjalanan. Gue gak mau mikir lagi sekarang gue kemana.! Nanti jug ague tau sendiri.

“Dia suka sama kamu”

“Hah?”

“Kamu inget gak? Temen kecil kamu yang biasa kamu panggil sasuke karna kalian sama-sama suka kartun naruto?”

“Sasuke-kun?” sejenak gue mengingat “Iya aku ingat.. handi kan?”

“Handi itu morgan.” Apa? Jadi dia sasuke-kun gue itu? Morgan?

Gue berhenti di rumah besar bertingkat 3, rumah yang gak asing.! Tapi gue coba mengelak fikiran ini. Ini gak mungkin.! Gumam gue dalam hati, berusaha menguatkan diri gue sendiri.

Hey.. kenapa banyak orang? Gerutu gue masih gue simpan dalam hati. Seorang wanita paru baya memeluk gue erat. Sangat erat bahkan.! Seperti lala yang mertemu dipsy,atau lala yang bertemu pooh. Entahlah..!

“Maafin mamah sayang.. mamah udah jahat sama kamu” wanita ini menangis? Ada apa ini kenapa mamah? Gak mungkin dia ibu gue.!

“Mamah? Ngapain sih tante sebut-sebut aku kayak gitu? Emang aku anak tante?”

“Kamu anak mamah sayang” ucapan wanita itu membuat gue melirik ke seluruh penjuru ruangan. Gue melihat Bisma yang tersenyum tipis sambil mengangguk meng-iya-kan.

“Kami tau kamu adalah anak kami dari 6 tahun yang lalu” Hey itu kan sejak gue SD

“Selama itu kalian semua nutupin kebahagiaan gue?” Tanya gue menahan air mata.

“Maafin mamah sayang.. 6 tahun lalu kami dan kakak-kakak kamu bertemu saat mencari ke panti asuhan tempat kamu di buang. Ketika tau nama kamu Chika, kami yakin kamu itu anak kami. Tapi mamah gak mau kehilangan senyuman Via, Via selalu membuat kami bahagia” jawabnya.

“Berarti aku gak bisa bikin kalian bahagia? Itu maksudnya?”

“Bukan, saat bicara ke orang tua angkat kamu, mamah dan papah yakin. Yakin jika mereka menyayangi kamu sepenuh hati. Apalagi mamah kamu, mereka sama seperti mamah, sama-sama gak mau kehilangan anak wanitanya. Walau sekedar anak angkat.”

“Iya.. sampai mengabaikan anak yang udah kalian temuin”

“Bukan itu juga sayang, kami sepakat akan memberitahu kamu jika kamu telah SMA, tapi ketika SMA, dokter bilang Via punya penyakit kanker otak, dan usianya gak akan lama lagi”

“KUNO..! emang ini film? Sinetron? Atau cerita fiktif sih?”

“Maafin papah dan mamah ya sayang.. kami gak bermaksud sama sekali. Kami hanya mau memberikan al terindah di sisa hidup Via, yang selalu memancarkan senyuman..”

Gue berjalan lemas ke arah Bisma. Gue mau duduk di sampingnya, gue sandarkan kepala gue ke bahunya, dan membiarkan dia menopang air mata gue. Yah.. seperti biasa, gue lebih tenang kali ini.

“Gak mungkin, berarti Ilham?” gue menggoyangkan kepala gue. Masih sulit banget kayaknya percaya.!

“Gue sengaja, gue juga gak tau Chik. Ternyata rasa nyaman gue selama ini hanya sebatas rasa nyaman gue ke adik gue. Jujur..! gue baru tau ini 2 bulan yang lalu, tepat pas loe bilang loe anak angkat dari panti asuhan kasih bunda dan nama loe Chika..? itu sama dengan cerita mamah.”

Bisma menggenggam erat tangan gue, memaksa gue melirik ke arahnya. “Ini jalan hidup kamu sayang.. keep smiley, aku yakin kamu pasti bisa. Kamu harus ngerti perasaan mereka” Bisma bicara setengah berbisik, kemudian mengeluarkan senyum tipis yang manis. Senyuman ketenangan..!

“Makasih sayang” gue membalas senyuman itu.

“Oke.. aku maafini kalian semua?”

“Makasih sayang” kedua orang tua itu memeluk gue. Bagus..! Tinky Winky, Lala, dan pooh bepelukan. Mana Dipsy?

Gue melepas pelukannya, menghampiri Ilham yang duduk di sofa. “Gak mau peluk aku kakak?”

Gue melihat senyumannya yang hampir 2 bulan ini gak gue lihat karna di rebut Via.!

“Kita pulang ya sayang..”kata-kata Kak Rangga mengagetkan gue. Dari tadi dia diam memperhatikan emosi gue yang berkecamuk dengan rasa senang.!
“Pulang kak?”

“Iya.. kamu disini aja, karna emang ini keluarga kamu sebenarnya..” sambung kak Rafa .

Gue tersenyum mengangguk mengganti kata “Iya” .
“Aku juga pulang ya mah..”

“Iya papah.. makasih ya. Berkat kamu aku tenang.”

“Oke..!”

Gue mengantar ketiga orang itu ke depan pintu rumah gue.! Sekarang gue harus tinggal disini. Di kamar Via, memakai baju Via, mendapatkan kasih sayang yang di rebut Via.

Sekarang kalian sukses mainin hati gue. Tapi nanti? Gue yang akan buat ini permainan baru yang seru.! INGAT..! kita akan main permainan yang lebih seru.! Dan gue? Tetap jadi pemeran utama di permainan nati.! Gue bukan Chika lemah yang dulu.

‘sorry my friend, I see a game there than nature. I'll see you in hellwith the people you care about ..’
(maaf temanku, lihat permainan gue dari alam sana. sampai jumpa di neraka bersama orang-orang yang kamu sayangi..)

Tetap saksikan gue di season ke II.

Sorry My Friend Part #8

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Drrtt.. drrttt..
Getaran hp kak Rangga terdengar jelas. “Apa? Oke.. sekarang gue ke sana sama Rafa ya..” teriak kak Rangga. “Via meninggal” ucapnya pelan.

Dag.. Digg.. Dug..
Meninggal? Kenapa? Apa karna gue? Segitu jahatkah gue?
Gue memperhatikan Kak Rangga dan Kak Rafa yang menatap gue dengan sorotan kecewa. Tanpa perduli dengan gue yang masih menangis, mereka pergi gitu aja. Hay.. Gue bukan patung.! Gerutu gue dalam hati.

Gue kembali ke kamar. Merebahkan badan, dan sejenak melupakan masalah Gila ini dengan sejuta penasaran. Siapa gue?
**##**
2 hari berlalu, gue belum juga boleh ketemu Bisma, hp disita, kamar selalu di kunci, dan yang lebih parah, Gue gak boleh sekolah.

“Kak, aku mau tanya. Boleh?” ucap gue pelan saat kak Rafa sedang mengantar makan malam ke kamar.

“mau Tanya apa?” jawabnya cuek

“Kenapa sih sebenarnya? Aku perlu tau kan siapa aku kak?”

“Kamu? kamu ya adik aku, dan adik Rangga. Kenapa sih?”

“terus apa maksud perkataan kak Rangga kemarin? Kakak mau kasih tau siapa aku dan siapa orang-orang sekeliling aku bukan? Dan kenapa kakak segitunya membela Via?”

“Gak ada apa-apa kok de. Udah deh, jangan di bahas.” Kak Rafa hampir aja ninggalin gue sebelum tangannya gue tahan kini.

“Kak..” Gue menahan air mata ini “aku berhak tau siapa aku”.

Kak Rafa terdiam melepas pegangan tangan gue. Dia mulai melangkah lagi.
“Kalau kakak gak mau jawab, se-enggaknya aku tau siapa Morgan. Orang yang selalu nekat buat aku jauhin Bisma”

“Morgan dan Via adik-kakak, ibunya Via dulu sempat merawat kamu selama 3 bulan, sebelum akhirnya dia gak sanggup dan membuang kamu di panti asuhan,karna dia hanya hidup seorang diri tanpa suami.” Kak Rafa menghela nafas sejenak “Ibu Morgan merasa bersalah, karna saat dia membuang kamu, orang tua kandung kamu terus mencari kamu hingga mereka kecelakaan. Dan ibu Via lah yang banyak mendonorkan darah ke ibu kandung kamu, hingga dia juga lemah karna kekurangan darah dan meninggal”

Apa? Setragis itu kah? Jadi Ibu Via adalah penyelamat ibu kandung gue? Tapi siapa keluarga gue?

“Lalu kak?”

“Lalu mereka juga tinggal di panti asuhan,sama kayak kamu. tapi kemudian Morgan di adopsi oleh sepasang suami istri kaya,yang gak bisa punya anak, pada saat usianya 4 tahun, dan usia Via 2 tahun. Sejak saat itu mereka berpisah. Dan saat Via berumur 3 tahun orang tua Ilham mengadopsi Via”

“Kenapa Morgan tau kalau Via itu adiknya?”

“Cek darah” kali ini di sertai dengan senyuman.

Arrgghh..! berarti ibu kandung gue hutang nyawa ke Ibu kandung Via?  Berarti tandanya gue terlalu jahat kan? Ukkkhh..! maafin gue Via.

“Kak, apa saat kematian Via dia udah maafin aku?”

“itu pertanyaan yang kakak tunggu-tunggu dari kemarin”

“Oh.. ya? Gimana kak?”

“Dia maafin kamu, malah dia yang minta maaf ke kamu. karna menurut dia, dialah yang jadi penghambat cinta kamu sama Bisma. Padahal kakak dan yang lain mau kamu relain Bisma, di menit, atau bahkan detik terakhir Via, tapi cinta kalian terlalu kuat.”

Haii.. dia sempat bilang kayak gitu?Oh.. god. Dia sukses bikin gue kali ini merasa sangat-amat bersalah. Keegoisan gue benar-benar melampaui batas.!

“Emang dia sakit apa kak?”

*Jangan berakhir..
Aku tak ingin berakhir…*

Kak Rafa mengambil handphone yang ada di saku celanya..
“Hallo”

“Oke..! sekarang gue ke sana sama Chika”

“Bye..”
Kenapa sih? Kok bawa-bawa nama gue? Malah gue cuman bisa denger kata-kata dari kak Rafa aja lagi, ini yang dari dulu gue pingin banget punya Doraemon. Gue kan bisa minta alat yang bisa mendengar percakapan orang lain.

 “Kita berangkat sekarang” Kata kak Rafa menarik tangan gue keluar kamar.
gue cuman sekedar memakai celana santai pendek dan kaos The Jak biasa karna sore itu ada pertandingan Persija lawan Persisam, tapi karna gue gak boleh keluar. Terpaksa gue melihat kerja keras Bambang Pamungkas dan kawan-kawan hanya dari station ANTV. Padahal biasanya, gue selalu datag ke GBK (Gelora Bung Karno) dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Persija.

“Kemana kak?” Tanya gue ketika kami sampai dalam mobil. Kali ini gak ada kak Rangga, yang ada cuman Gue, dan Kak Rafa.

“Ke rumah kamu”

What? Ke rumah gue? Kemana rumah gue? Apa lagi penyakit si Via? Saksikan di part terakhir.!

Sorry My Friend Part #7

Karya : Vhenna
*Cerita Ini Hanya Fiktif*



Gue terbangun di tempat yang gak asing banget.! 4 orang di sana berdiri mengelilingi kasur tempat gue terbaring lemah. Rasanya gue mau teriak lagi “Gue bukan mayat yang minta di do’ain dari dalam kubur. Woy..! jadi berhenti natap gue sesinis itu.!”

“Thanks udah jalanin kerjaan loe berdua dengan baik. Sekarang mendingan kita aja yang ngomong sama Chika, kalian jagain Via di Rumah Sakit.” Kata kak Rafa setelah melihat gue sadar. Dia berlalu mengantarkan ke 2 lelaki gila itu samapi depan rumah.

Tau kan siapa lelaki gila itu? Ya..! Ilham dan Morgan. Tapi yang pasti bukan lelaki gila yang memakai celana di lingkarkan ke kepalanya dan pakai kaos kaki di tangannya.

Sekarang tinggal gue sama kak Rangga. Dia menatap gue dengan tatapan sedih. Kalau gue dalam posisi sehat, mungkin gue udah meluk dia dan bilang “Maafin aku kak”. Tapi gue gak bisa, gue tau gue salah.!

“Kenapa kamu bohongin kita untuk yang ke dua kalinya?”

Pertanyaan kak Rangga membuat gue terkejut. Gue baru ingat, dulu gue pernah bohong untuk hal yang sama. Untuk Bisma. Mungkin karna itu Kak Rafa marah banget sama gue.!

“Dan kamu tau.? Karna itu, sekarang Via berbaring di rumah sakit?”

“Aku tau kak.! Bodo amat, yang penting aku seneng. Dia aja yang lemah” Jawab gue ketus, sambil tetap tertidur di kasur.

Kak Rangga terlihat menghela nafas panjang. Dia adalah kakak yang paling tenang, beda dengan Kak Rafa, Kak rafa tegas.

Setelah belum lama terdiam dalam pikiran kami masing-masing, Kak Rafa datang juga dengan wajah kecewa yang teramat sangat. Lagian kenapa sih mereka harus kayak gitu,? hanya karna Via mereka tega memisahkan gue dan Bisma. Apa salah gue?

Kali ini kak Rafa berdiri tepat di samping kananku.
“Kakak tunggu di bawah sekarang.” Ucapnya dan berlalu. Gue bisa mendengar langkah kaki kak Rafa yang semakin menjauh. Di  ikuti suara kaki kak Rangga.

Setelah lama berfikir,gue mutusin buat turun ke bawah. Gue melihat mereka sangat pusing, dari atas sini kelihatan sekali kak rafa yang memijiti keningnya sendiri. Sedangkan kak Rangga menahan wajahnya dengan ke dua tangannya. Kenapa sih? Cuman karna Via kalian kayak gini?.

Gue duduk di sofa yang hanya bisa di duduki 1 orang.dengan posisi mereka berdua ada samping gue. Gue gak mau dekat dengan mereka, nanti gue di apa-apain kayak kemarin lagi.

“Kakak harus kayak gimana lagi minta kamu agar jauhi Bisma?” Tanya kak Rafa dengan nada lirih.

“Kakak gak usah suruh aku. Toh aku gak akan ngabulin permohonan kakak.! Aku gak akan jauhi bisma apapun yang terjadi. Titik..!” Jawab gue lantang. Gue gak mau ada yang misahin gue sama Bisma.! Gue gak suka ada orang yang nentang kemauan gue.

“Sekarang kamu ungkapin aja di sini, kanapa kamu jadi anak super egois?” Kak Rangga gantian bertanya.

Hallo… gue kayak artis narkoba yang di dakwah hakim, jaksa, dan penuntut umum. Atau koruptor yang di Tanya bertubi-tubi oleh wartawan.

“Karna kakak berubah. Kenapa kakak lebih milih Via di banding aku? Kenapa kakak menbela Ilham yang udah jelas-jelas selingkuh sama Salwa? Dan kenapa kakak nekat banget bilang kalau Bisma bukan milikku?” Tanya gue. Itu emang pertanyaan yang udah lama gue pendam.! Sekarang gue harap mereka bisa jawab.!

“Bisma emang bukan milik kamu. kamu merebut kebahagiaan orang lain Chik” Kata kak Rafa dengan Intonasi yang lebih tinggi.

“Kebahagiaan? Kebahagiaan Via bukan Bisma.! Bisma cuman bisa bahagia sama aku.! SAMA AKU.!”

“Oke.. sekarang kamu pilih sahabat dan kakak-kakak kamu, atau Cowok kamu itu?”

What? Gak salah tuh Kak Rafa? Nekat banget sih dia bikin gue sama Bisma pisah. Bodo..! gue jawab aja apa adanya. Gue berdiri dari sofa tempat gue duduk tadi.

“Aku GAK punya sahabat.! Refencer tuh cuman teman, bukan sahabat.! Dan buat kakak-kakak ku sayang.. kakak gak pernah peduli sama aku dan buat apa aku peduli sama kakak”

Kak Rafa menghampiri gue yang masih berdiri di depan sofa. Gue berusaha cuek, tapi tetap aja Hati gue gak menentu.

“Kenapa kamu ngomong kayak gitu. Kita peduli sama kamu, kita sayang sama kamu, makanya relain Bisma untuk sementara waktu.”

What? Sementara waktu? Maksudnya sampai Via sembuh? Ih.. ogah.!

“Aku gak mau, mau Via sakit gak sembuh-sembuh kek, mau Via mati kek, aku gak perduli. Siapa dia? Enak-enaknya mesra-mesraan sama cowok aku yang jelas-jelas udah gak sayang lagi sama dia.”

#Plakkk…

Lagi-lagi pelipis kiri gue jadi amukannya. Kenapa dia jadi nampar gue lagi? Bahkan kali ini tubuh gue sampai terjatuh di sofa.

“Kamu tuh gak tau apa-apa.” Bentaknya lagi.

“RAFA..! maka itu, sekarang kita kasih tau dia semuanya, mulai dari keadaan Via, siapa dia, siapa orang-orang yang ada di sekelilingnya sekarang.”

Apa? Mereka ngomong apa sih? Sebenarnya ada apa ini? Gue pusing..!
Tapi setelah mendengar ‘SIAPA DIA?’ berarti maksudnya aku kan? Siapa aku? Siapa orang-orang sekelilingku? Gue tambah gak ngerti dengan pertanyaan yang satu ini..
Belum jelas tentang siapa Morgan yang datang tiba-tiba. Sekarang aku?

Tunggu gue di part selanjutnya
Maaf kalau jelek ya..
Harap maklum, saya hanya penulis amatiran.

Sorry My Friend Part #6

Karya : Vhenna
*Karya Ini Hanya Fiktif*


Selama jam pelajaran sekolah. Bisma gak berkata sepatah katapun. Walaupun sekedear say hay..! padahal itu gak rugi kan walaupun lagi berantem kayak gini? EGOIS..!

Jam pelajaran akhirnya selesai juga. Dengan malas gue merapikan semua buku-buku, karna Bisma langsung pergi gitu aja bersama Dicky dan Reza.

Saat di lapangan basket gue lihat Bisma,Dicky, dan Reza. samperin gak yah? Ahh.. gue samperin aja. Gue gak mau kebahagiaan gue yang udah gue raih secara susah payah hilang gitu aja.

“Bis…” Gue berkata lirih.

“Hay mah…” Hah? Kenapa lagi sih kamu Bisma? Sekaranng manggil mah.Mamah? Kemudian dia menarik gue dalam pelukannya. Orang aneh..! gerutu gue dalam hati. “Maafin papah ya mah”.

Gue melepas pelukannya perlahan “Maaf untuk apa pah? Mamah yang harusnya minta maaf”.

“Papah gak mau dengerin penjelasan Mamah, sekarang papah tau semuanya dari Dicky dan Reza”

Gue dan Bisma memberi senyuman pada Dicky. Gue gak tau apa yang terjadi jika gak ada Dicky sekarang. Gue pulang menaiki mobil Bisma bersama Dicky dan Reza. sekarang kan gue tinggal di kost-an Dicky, jadi mau gue pulang sama Reza kek, Dicky kek, Apalagi Bisma. Gak ada yang LARANG..!

Sebelum pulang kita sepakat buat makan di restaurant Kartini, yang ada gak jauh dari tempat kost gue yang baru.

Setelah duduk di kursi nomor 30, Dicky langsung memesan makanan. “Gue mau makan…” Sejenak berfikir tanpa melihat menu “Ayam panggang aja ah..” .

“Ya ampiun Dicky, loe ke sini cuman mau pesen ayam panggang,?” Tanya Reza berontak.

“Gak tau.!”

Reza geleng-geleng kepala “Gue sama aja kayak Dicky ah..”.

“Curut,gue kira loe mau marah sama si manyun.” Sambung Bisma.

“Gak lah.. kita kan sehati. Iya gak ky?”

“Gak tau.!”

Kami sepakat memesan 2 ayam panggang dan 2 ayam goreng ala restaurant ini, diikuti 4 jus alpukat. Menunya emang sederhana banget. Tapi rasanya itu lho.. Muanteep tenan.! Makanya restaurant ini sangat terkenal di sekitar sini.

“Pah, kemarin kamu kenapa gak hubungin aku sih?” Tanya gue membuka percakapan.

“Aku kemarin mutusin Via, aku mau kasih dia malam terindah sebelum akhirnya mutusin dia. Gimana? Kamu suka kan?”

“Suka sih, tapi kenapa harus di matiin sih Handphonenya?”

“Biar Via gak bisa hubungin aku dong sayang.” Jawab Bisma. Akhh.. gue lega.! Bisma tuh selalu bisa bikin gue bahagia. Termasuk balas dendam ke Ilham. Karna dia tau tentang Ilham, dan itu lah yang buat kami makin dekat.

Jadi 2 bulan yang lalu saat gue lagi sedih karna gue tau gue hanya sekedar ANAK ANGKAT.! Gue butuh Ilham buat jadi temen curhat gue.! Tapi nyatanya? Gue malah di kasih pernyataan kalau Dia selingkuh dengan Salwa. Sahabat gue.! Gimana? Bayangin rasa sakit hati gue saat itu kan?

Tapi gue bersyukur. Sejak itu gue dan Bisma lebih sering bersama, gue curhat sama dia dan sebaliknya. Gue nyaman bersamanya. Dan sejak itu juga Bisma bilang dia suka sama gue. Dan gue bakal terima dia. Kalau dia mau bantu gue balas dendam ke Ilham.
**##**

“Ekh, loe tau gak? Via di rawat di ruang ICU?” Pertanyaan Reza sukses membuat gue dan Bisma saling menatap.

“Gak tau.!” Jawab Dicky.

“Gue gak nanya ke loe manyun.! Gue Tanya ke pengantin baru yang di depan kita sekarang”

Dicky melihat gue dan Bisma dengan tatapan penagih hutang. “Kapan loe kawin?” tanyanya.

“Gak tau.!” jawab gue. Biarin aja deh tuh anak pusing sendiri. “Loe tau dari mana Za?” sambung gue berganti tatapan ke Reza.

“Tau lah. Tadi tuh pas gue ke kantin, gue sempet dengerin si morgan ngomong di telephone. Katanya gini ‘HAH? Sekarang Via di ruang ICU? Oke.. pulang sekolah gue ke sana bareng Rafa dan Rangga’ gitu”

Gila..! ngapain harus bawa-bawa kakak-kakak gue sih? Berarti gak salah dong pilihan gue kabur dari rumah. Kalau gue masih di rumah mungkin gue udah Mati di hajar si otot-otot besar itu.

“Serius loe?” Bisma masih bertanya tak percaya.

“Serius, gue denger lagi kalau dia punya penyakit yang udah kronis” jawab Reza.

Setelah makan, gue minta mereka langsung pulang aja. Gue males banget bahas si Via lagi. Gue mau tiduran di kasur. CAPEK..! saat Bisma membayar makanan kami, Gue menunggu di depan mobil sendirian, karna Dicky dan Reza sedang asyik mainin PSP milik Dicky di kursi depan Restaurant.

Bisma lama banget sih, tuh anak berdua lagi asyik main PSP lagi. Malah nih jalan sekarang sepi banget.  RESE.! Gue gak berhenti menggerutu.

Namun gue ngerasa sesak nafas saat ada orang yang membekap mulut gue dari belakang. Gue memberontak, tapi justru dia menyeret gue menjauhi tempat itu. Dia menaikkan gue ke mobilnya. Gue sempet meneriaki nama Bisma. Dari kejauhan gue melihat Bisma yang mengejar mobil ini. Tapi mata gue gelap. Sekujur tubuh gue lemas. Dan gue…???

Kenapa sih nih gue?
Siapa sih yang membekap mulut gue?
Dan siapa Morgan? Belum terjawab hingga sekarang.!

Sorry My Friend Part #5

Karya : Vhenna
*Cerita ini hanya Fiktif*



Gue kembali ke tempat Via tadi, dua pasang mata itu masih saja menatap gue sinis. Rasanya gue mau teriak.. "Hay.. Gue bukan maling, jangan liat gue kayak loe liat bang Bego..! maling ayam di kampung sebelah yang di keroyok kayak maling uang gayus".

Gue menempatkan duduk tepat di samping Via. dengan begitu, gue bisa liat 2 pasang mata itu secara dekat dari depan. tapi Via memakai bahu gue untuk topangan air matanya. "emang gue ibu loe" bentak gue dalam hati. Tapi gak apalah, bersikap baik sebentar kan gak masalah.!

"Loe kenapa sih Vi? kok nangis terus?" Gue membelai rambutnya.

"Bisma Chik, dia putusin gue. hiks.. hiks.."

Degg..! Oh ya? Wow..! Hahaha, apa ini kejutan Bisma? tuh anak seneng banget liat gue bahagia. Tapi gue harus berlagak sedih.

"Kok bisa sih? emang kenapa?" tanya gue dengan nada agak sedih, sambil terus membelai rambutnya.

"Ada orang ke tiga antara kami. dia bilang dia udah punya pacar baru."

"Siapa?" Lagi-lagi gue bertanya dengan wajah bego. seperti orang yang tak tau apa-apa.

"Gak tau Chik.. hiks.. hiks.."

Hahaha.. Bagus.! Dengan ini gue bisa liat dia nangis bukan hanya sekali, tapi dua kali. Atau mungkin lebih? Entahlah.! Dan gue bakal liat Ilham sedih, karna adik kesayangannya menderita. yah... menderita.!!

Gue menatap Ilham dan Morgan yang kini ada di hadapan gue. sambil terus membelai rambut Via. Gue menghadiahkan senyuman sinis dengan bibir kanan tersungging ke atas. Gue memberikan dia senyum kemenangan atas rencana gue balas dendam. Rasanya saat ini gue mau bergabung dengan Dora dan Bernyanyi, Berhasil, berhasil, berhasil Hore..!

Namun mereka balas menatap seakan ingin berkata "AWAS LOE CHIKA" tapi gak bisa.!  karna mereka LEMAH depan Via. Buktinya sampai sekarang, mereka masih tetap tutup mulut. iya kan? TOH INI BUKAN SALAH GUE..  Siapa suruh jadi orang TERLALU BERHARAP?

"De.. mending kamu istirahat sekarang. mata kamu tuh sembab gara-gara nangis semalaman. tapi naik taxi di depan ya.. kakak mau ngomong sama Morgan dan Chika. oke.?"

Via mengangguk sok manis. dan meninggalkan kami bertiga.
Ada apa lagi sih nih lelaki-lelaki gila? tapi gak pa-pa deh, gue mau liat reaksi mereka kayak apa.

Senyum sinis gue kembali keluar. "Gimana gue? Hebat bukan? Makanya Ilham sayang.. Jangan pernah nyari gara-gara sama gue.! Gue bisa lakuin apapun yang gue mau."

"Brengsek loe Chik" Hampir saja tangannya menyentuh pelipis gue, sebelum di tahan oleh Morgan.

"Loe liat aja ham, ini belum apa-apa. Loe bisa bayangin gak sakit hati adik loe, kalau dia tau yang merebut pujaan hatinya adalah SAHABAT BAIKNYA? berapa gentong yang harus loe sediain, hahaha.." Kali ini gue benar-benar tertawa Ria, Gue seneng banget.

"Loe boleh dendam ke gue, tapi jangan ke adik gue. ngerti Loe?"

"Hay.. sayang.. Nyakitin adik lloe satu-satunya adalah rancangan balas dendam gue.! FAHAM?"

"Loe tuh jahat banget ya.. kalau Ilham gak bisa buat loe jauhin Bisma, gue yang akan buat Bisma jauhin Loe..!"

Apa-apaan nih si anak baru baru.? berani-beraninya dia bilang gue kayak gitu?  Lagian siapa sih dia? Nyambung aja kayak Listrik.

"Oh ya? Wow.! GUE GAK TAKUT... Bye..." Gue pergi membiarkan mereka berlarut dalam kekesalan.

Gue pulang dan mengemaskan barang-barang sebelum kak Rafa dan Kak Rangga pulang. Gue mau tidur di  kos-kosan Dicky, karna dia yang tau semua masalah gue. dan karna dia adalah teman baik gue dan Bisma.

Gue sampai di Kost-annya dengan waktu kurang dari 1 jam. Lumayan jauh memang, karna dari sekolah saja, kami beda arah. Setelah gue menceritakan semua kejadian. Gue di perbolehkan menginap di kamar Dicky, dan dia menginap di kamar Reja, tepat di samping kamarnya, hingga beberapa malam. Dengan persetujuan Bisma tentunya.

Pagi hari ini gue sangat bersemangat, gue menceritakan kejadian demi kejadian ke Via. Dan wow..! dia menangis dan jatuh pingsan. Huh..! wanita LEMAH.!

Sepanjang pelajaran gue liat Morgan tak konsen di dalam belajar. sesekali dia melirik gue penuh tatapan.. tatapan takut? tatapan marah? tatapan Bersalah? MUNGKIN.! gue gak tau.!

Ketika jam istirahat,Gue lebih dulu berjalan ke kelas. ternyata gak ada orang satu pun. Gue gak peduli, gue masuk dan duduk di bangku gue dan Bisma. Tapi Morgan menghampiri gue, mau ngapain lagi sih ni anak satu? dia gak berhenti natap gue dan yap..! dia mencium gue.!

"Oh.. jadi ini yang bikin loe mau cepet ke kelas" Bisma mengagetkan Gue yang diam tanpa suara di dekap morgan.

Gue berusaha menjelaskan, tapi Bisma gak mau dengar. Bisma emang belum tau cerita gue kemarin. dia berlari entah kemana, Gue panggil namanya, tapi dia gak menghiraukan.!

"Hhahaha.. siapa sekarang yang tertawa? Gue atau Loe?" Morgan bertanya santai sambil tertawa.

Bagus..! Dia berhasil, dan gue harus buat dia MENYESAL.!

HUh.. Siapa sih sebenarnya Morgan?
Gimana dong hubungan gue sama Bisma selanjutnya?
Terus Gimana keadaan Via setelah bangun dari pingsan?
Dan apa yang harus gue lakuin?

Sorry My Friend Part #4

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Setelah 30 menit gue berada di kamar buat madi dan sarapan. Akhirnya gue turun dengan memakai kaos the jak yang baru gue beli minggu lalu di senayan, dan celana setan. maksud gue celana jeans pendek.

Gue mau denger, apa yang bakal kakak-kakak gue omongin. Jujur gue masih sakit banget, kak rafa gak pernah ngebentak gue sedikitpun, tapi kenapa kemarin dia sigitu kasarnya sama gue.? Emang si Via tuh beneran rese banget.! Gara-gara dia kakak gue jadi kayak gitu.

“Sini sayang, duduk di samping kakak.”  Kak Rafa menepuk sofa di sampingnya.

Tuh kan.! Dia kembali lagi baik, apa emang kata-kata gue kemarin yang nyakitin hati kak Rafa ya? Ah..! masa bodo. Gue nurut aja, nanti gue di bentak kayak kemarin lagi. Males kan kalau berantem dan inget kejadian 2 bulan lalu.!

Gue duduk di samping Kak Rafa dan di samping kak Rangga. Tepatnya, gue di himpit.! Untung gue kecil, coba kalau badan gue sebesar pretty? Gak bakal muat..!

“Ada apa kak?”

“Kakak minta maaf, kakak gak bermaksud ngingetin kamu sama status kamu sebagai anak. Kakak sayang kamu chik, tapi kakak juga gak mau, kamu jadi orang jahat.” Kak Rafa membelai rambut gue.

“Iya.. Via kan baik sama kamu, masa kamu mau rebut seseorang yang berharga dari dia.” Sambung kak Rangga.

Gue menghela nafas panjang “Iya kak.. aku gak akan pernah sama Bisma lagi.”

“Bener??” Tanya mereka dengan wajah sedikit lega.

“Bener.. kapan sih aku pernah bohong sama kakak?”

“Oke kalau gitu,makasih ya sayang..! kakak tau kamu tuh emang baik.” Mereka memeluk gue erat. BAGUS..! gue terhimpit..! sesek banget nih nafas gue. Rasanya ingin berteriak “LEPASIN GUE HAI PEMILIK OTOT-OTOT BESAR”. Tapi tentu saja gue gak berani, gue melepas pemukan mereka pelan… pelan.. dan.. yapzz terlepas.. huffttt.. LEGA.!

“Masalah permintaanku?”

“Itu permintaan bodoh adik kecil” Kak Rafa menyentil hidung gue. Sifatnya yang biasa kini kembali muncul.  Tapi gue gak terima, gue cuman mau tau, berapa orang yang nangis karna gue tinggalin? Gue mengedepankan ke dua bibir gue.!

“Kalau kamu pergi, semua orang yang mengenal kamu pasti nangis.” Kak Rangga menjawab di hiasi senyum manisnya.

“Oh ya? Wow..! yaudah ah, aku ke atas dulu, bye kak…” Gue berdiri,dan siap melangkah, tapi tangan gue di tahan Kak Rafa.

 “Ngapain sih di kamar.?” Pertanyaan gak penting.! jika gue gak dalam masa pura-pura gue pasti bilang ‘Aku mau sms Papah Bisma :P’.

“Aku mau tiduran aja, kepalaku berat banget”

“Ok..! sana tidur”

Gue berjalan menaiki anak tangga, yang tidak mempunyai ayah dan ibu. Tau kenapa? Ya.. tentu saja karna gue gak pernah mendengar istilah ibu tangga atau ayah tangga. Jika gue pernah mendengarnya, gue pasti bilang, gue berjalan menaiki anak tangga menuju ke ibu tangga, setelah itu baru ayah tangga. Kemana paman dan bibi tangga? Sudahlah… lupakan.!
Sampai di kamar gue langsung sms Bisma. Persetan sama apa yang di bilang kakak-kakak gue tadi. Gue kan Cuma PURA-PURA. Ngapain gue harus relain Bisma demi Via? Gak berguna.! males bin Ogah deh.

Jemari gue mulai merangkai kalimat selamat pagi yang muncul di layar.

To : Papah..
                Selamat pagi pah.! Kmn ja? Kok semaleman g hubungi mamah?

Gue melihat Layar hp, di hiasi dengan pesan yang mondar-mandir, sebelum akhirnya terdapat bacaan terkirim.

From : Papah..
                Ad deh..! nnt past ma2h tau.  Hehehe..

Ihhh, apa sih si papah? Pake rahasiaan-rahasiaan segala.! Gue bales aja deh, dari pada penasaran.

To : Papah..
                Apa atuh pah?

Tapi,, hingga detik berganti menit, menit berganti jam, jam memutar.. dan seterusnya.! Tetep aja Bisma gak balas sms gue.! Gue lirik jam dinding di kamar, sudah jam 13.10. sebenernya gue ingat.! Ingat banget malah, kalau gue harus segera menuju ke café solaria. Tapi pertanyaan yang terlintas dari tadi pagi adalah. “gue datang gak yah ke solaria?”

Setelah berfikir 10 menit lebih, Gue putusin buat datang. Gak ada salahnya gue datang.
Gue bersiap dan segera berlari ke bawah, tadinya gue mau meminta ijin kak rafa dan kak Rangga. Tapi karna mereka gak ada. Yasudahlah biarkan.!

Gue keluar dan menyetop taxi yang pertama lewat di hadapan gue.
“Café solaria pak.” Gue memberitahu alamat semabari menutup pintu taxi.

Sekitar 15 menit gue sampai di tempat tujuan, gue segera membayar argo taxi dan berjalan memasuki café. Gue mencari sekeliling café. ‘Nah itu dia’ Gumam gue. Tapi tunggu..! sama siapa Via? Kok dia menangis, apa cowok-cowok itu menagih hutang padanya? Dia kan bukan emak-emak yang membeli keriditan panic. Masa menghutang, dan sampai nangis ditagih.!

Gue perhatikan lagi kedua cowok itu. “Mereka” gue gak bisa melanjutkan kata-kata gue, gue mau kabur. Tapi telat. Via melihat gue.! Mau gak mau gue menghampiri dia dan 2 cowok itu. Tatapan mereka tajam. MENGERIKAN..! ‘apa mereka mau makan gue?’ tatapan matanya menginginkan gue buat teriak.. ‘Papah mamah takut’.

“Hy Vi..” kata gue gugup. Via gak menjawab, dia memeluk gue erat sambil menangis. Tapi yang gue takut kali ini bukan karna otot besar, seperti kakak-kakak gue tadi. Tapi.. jika gue melihat ke depan tatapan cowok itu semakin garang.!

“Gue ke toilet dulu vi” gue melepas pelukan Via dan berjalan menuju toilet. Gue gak mau buang air ataupun make-up. Tapi gue mau nelpon bisma. Gue memainkan jemari di atas keyped hp menulis nama papah.. tersambung..!

“Halo mah..” suara dari sebrang sana menyapa.

“Halo pah, besok mamah mau kita bicara jujur sama Via tentang hubungan kita. Kalau gak.! Kita putus.”
Gue mematikan hp. Mumpung Via lagi sedih, dan gue bisa bikin dia tambah sedih. Boto amat dengan tatapan tajam dua orang tadi. Toh, dia gak tau apa yang gue lakukan di toilet.!


Ada apa denganmu (Via) ?
Siapa 2 orang itu ?
Bagaimana Reaksi Via saat mengetahui hubungan Chika dan Bisma?
Dan gimana kakak-kakak chika jika tau adiknya berbohong ?

Maaf ya jelek.. lagi gak ada inspirasi soalnya..!

Sorry My Friend part #3

Karya : Vhenna
*Cerita Ini Hanya Fiktif*




“Apa-apaan sih loe kak.”

“Gue bilang dia temen gue, dan loe gak berhak ngusir dia. Dan buat loe Bisma, mending loe pulang sekarang” Kak Rafa membentak gue dan Bisma.

“It’s ok..! gue balik sekarang, tapi loe gak harus bentak Chika kayak gitu”

“ok..! silahkan, pintu rumah gue terbuka buat loe”

Bisma Pergi meninggalkan kami berempat,setelah sempat mengelus rambut gue sambil tersenyum.
Gue beranjak pergi ke kamar gue.! Gue gak mau liat muka Kak Rafael,Kak Rangga, Dan gue gak mau liat Ilham..! cowok Jahat yang udah bikin gue patah Hati. Tapi kak Rafa menghentikan langkah kaki gue.!

“Mau kemana de? Duduk.! gue mau ngomong sama loe” Kak Rafa tuh kenapa sih? Kok jadi marah-marah gak jelas gitu? Manggil gue, elo lagi.
Tapi gue gak mau cari masalah, gue mengikuti perintah kak Rafa dan duduk di sofa samping kak Rangga.

“Jauhin Bisma, putusin dia, dia bukan milik kamu.” Kali ini kak Rangga yang bicara pelan. Tanpa melihat sediktpun ke arah gue.

“Gue sayang sama Bisma. Dan gue gak mau mutusin dia. Apa hak loe semua ngadilin gue kayak gini?”

“Dia milik Via, adik gue, loe seharusnya bisa ngerti dong, gimana kalau cowok loe di rebut sama sahabat loe sendiri”.
Ilham berkata ketus,tanpa rasa bersalah. dia gak sadar apa, kalau dia juga udah pernah selingkuh di belakang gue sendiri. Sama sahabat sejati gue.!

Gue berdiri dan menghampiri tempat ilham duduk “Loe bener-bener ya..” gue menunjuk wajahnya.
 Kak Rangga dan Kak Rafel menghampiri gue. Mereka bertiga sekarang berdiri tepat di depan gue.
BAGUS..! GUE TERKEPUNG.!

 “Gue udah ngalamin kan sama loe? Dan sekarang bukan salah gue kalau adik loe rasain, apa yang gue rasain, bahkan mungkin lebih.”

“Sejak kapan kami ngajarin kamu jadi pendendam Chika?” Kak Rangga menatap gue sinis.

“Alaah, loe semua gak bakal ngerti apa yang gue rasain. Kalian gak tau apa yang gue alamin, jadi mending kalian diem aja.! Gue udah muak sama sandiwara kalian yang pura-pura mengerti gue, pura-pura perhatian. Tapi nyatanya? Busukk.! Kalian lebih milih adik dari cowok yang udah nyakitin gue.”

#paaaarrrrrr

Kak Rafa geram dan menampar gue. Tamparan pertama yang gue terima selama gue hidup di bumi. Gue menangis tertunduk, gue gak tau harus kayak gimana lagi. Sakit banget rasanya. “Harusnya loe ngaca. Loe itu siapa?” sambung kak Rafa.

“RAFA” Kak Rangga balas membentak.
Semua diam tak bersuara, yang terdengar hanya isak tangis gue.

“Maafin kakak dek..” kak Rafa mencoba memegang wajah gue, tapi gue tepis, kali ini gue bener-bener sakit hati.

“Gue ngaca, gue cuman anak angkat. Anak terbuang yang orang tuanya gak pernah hadir buat nyari gue, anak yang terabaikan, atau mungkin gue anak dari hasil hubungan gelap.ANAK HARAMM..! puas loe kak?” Gue menjawab terisak.
Ya.. 2 bulan lalu gue mengetahui kalau gue anak angkat. Gue menemukan berkas-berkas adopsi orang tua gue,di ruang kerja mamah. Mamah menjelaskan, pada saat itu dia keguguran, Karena kecelakaan mobil.  dan rahimnya harus di angkat. anaknya perempuan, padahal mamah sudah membelikan segala macam perlengkapan, karna mamah masih sangat berharap punya anak perempuan, akhirnya mamah mengadopsi anak di panti asuhan kasih bunda, anak yang baru di buang orang tuanya 4 hari yang lalu.

Hanya secarik kertas bertuliskan Chika dan tanggal lahir 03-07-1995. Tapi kemudian mamah bilang, mamah gak mau kehilangan gue. Mamah mau gue selalu ada buat dia, mamah mau gue jangan pernah pedulikan masalah ini, anggap semua gak terjadi.! Gue menurut.. Toh..! orang tua gue disana gak pernah peduli sama keadaan gue.!

“Sekali lagi maafin kakak de, kakak gak bermaksud buat..”

“Buat bilang kalau gue anak angkat. Gak pa-pa gue terima. Gue emang anak angkat kok.”

“De.. kak rafa cuman gak mau kalau kamu merebut kebahagiaan anak yang gak bersalah, kalau kamu bisa lebih santai. Mungkin kak rafa gak akan semarah tadi” Kak Rangga lagi-lagi bicara dengan tenang.

“Gue emang selalu salah, kenapa gue gak boleh rebut kebahagiaan orang lain? Tapi kenapa orang lain selalu merebut kebahagiaan gue?”

Gue berlari menaiki tangga. Gue lanjutkan menangis di atas tempat tidur. Air mata ini gak berhenti menetes. Jika di kumpulkan, mungkin air mata ini sudah 3 gentong penuh.
Gue menangis semalaman, berdo’a agar gue besok udah gak ada di bumi, gue mau liat, apa mereka semua sedih atau gak kehilangan gue.

***#***

 Gue terbangun saat seseorang mengetuk pintu kamar gue.

“Masuk” ucap gue dengan nada masih sangat ngantuk.!
Kak Rangga dan Kak Rafa datang membawa sarapan buat gue.

“gimana keadaan kamu?” Tanya kak Rafa.

“aku baik kak, kok tuhan gak ngabulan permintaan aku ya? Dia gak sayang sama aku.!”

“Kamu minta apa sayang..?” Tanya kak Rafa lagi.

“Aku minta sekarang aku mati, aku minta, aku gak ada di bumi lagi. Aku mau lihat, berapa orang yang menangis karna kehilangan aku.”

Sejenak gue melihat mereka bertatapan kemudian tersenyum ke arah gue.

“Kamu makan dulu ya. Nanti kita bahas lagi tentang permintaan kamu.” jawab kak Rangga.

Gue mengangguk. Mereka meninggalkan gue di kamar sendirian. Pandangan mata gue tertuju pada BB yang gak gue sentuh dari kemarin. Ternyata ada 5 pesan gak penting, dan ada 1 pesan dari Via.

From : Via
Minggu ini, gue tunggu loe di café solaria biasa, jam 2 siang.

“mau ngomong apa sih ni anak?” ucap gue pelan.

Setelah membaca sms dari Via, gue melihat jam menunjukkan pukul 10 pagi. Wow.! Lelap juga tidur gue. Tapi kenapa Bisma gak juga hubungin atau telepon gue ya tadi malam? padahal biasanya walaupun malam minggu,dia jalan sama Via. Bisma tetap hubungi gue.


Ngapain ya Via?
Dan apa yang akan di bahas kakak-kakak Chika?
Terus kenapa Bisma?
Siapa orang tua Chika?
(banyak banget ya misterinya?)
Saksikan di Part selanjutnya ya…