Minggu, 22 Januari 2012

Dirimu Tinggal Kenanggan

karya : Vhenna
*Cerita ini hanya Fiktif*

I HOPE YOU LIKE.


Hari ini hari terakhir ku berada di sekolah SMA.setelah 3 tahun ku menimba ilmu di SMA ini, kini tiba saat aku melangkah ke garis baru. Banyak kenangan yang tertinggal di sini,Bukan kenangan menyenangkan, tapi menyedihkan.
Aku berdiri terdiam menghapus air mata di tengah lapangan sekolah yang sudah sepi, mungkin hanya aku seorang yang berada di sini.
    **Dirimu Tinggal Kenangan**
aku masih berdiri di sini, mengingat kejadian 3 tahun silam, saat pertama kita bertemu.
 Hari itu..sekolah mengadakan pesta imagurasi, ingatkah kau,? kau memberi sepotong coklat hati untukku? Sebagai balasan karna ku member bunga mawar putih.Sungguh takkan ku lupa kejadian malam itu. Hingga saat pagi, ketika kita akan memulai pelajaran untuk pertama kalinya,hampir saja kau terlambat. kau menyapaku dengan senyum paling manis milikmu dan meminta permohonan pertama padaku.
“Boleh aku duduk di samping kamu?” kalimat pertama yang keluar dari mulut mu untukku.
“Dengan senang hati” ucapku tersenyum menyimpan kebahagiaan.
“aku Ulla listya Tanubrata, kamu boleh panggil aku Ulla atau tya, kalau kamu?”kau memalingkan wajah kearahku. gadis anggun, dan baik hati, hanya itu yang terlontar di pikiran ku .
“aku Morgan, aku panggil kamu Ulla aja” tanpa ada jabatan tangan dari kita berdua, kita mengenalkan diri masing-masing.
>>-Jam istirahat
Aku duduk di kantin meja pojok yang sepi, ya.. aku memang tak menyukai keramaian. Tapi sekelompok lelaki menghampiriku.
“siapa cewek yang duduk di sebelah loe tadi Gan?” Rangga,sepupu ku,yang satu kelas denganku menghapiri bersama kakak kelas Yang juga telah ku kenal. Dan langsung duduk di sampingku.
 “Ohh, dia Ulla.”
“Lengkapnya?” Tanya Rangga menyelidik.
“Ulla Listya Tanubrata. Kenapa?
“Oh, itu adik loe Raf,?” Rangga bertanya pada Rafael.
“iya.. ade gue super cantik, sama kayak kakaknya.” Ucapnya pe-de.
“hah? Kakaknya cantik? Gak salah?” semprot ku padanya. “kok loe tau ga?kita kan belum pernah ketemu sama ade Rafa” gantian aku bertanya pada Rangga.
“tau lah,, kan sama-sama Tanubrata, bedanya tuh anak kagak sipit kayak abangnya” sambung Bisma.
“hahaha.. sial loe semua, temen apaan nih?sipit-sipit gini, gue seksi tau.dan bukan seksi atau cantik kayak cewek. Intinya gue cakep deh di banding loe semua. Ekh Loe suka Gan sama adik gue?” Rafa bertanya memainkan matanya yang sipit itu.
“oh.. e-emh, gimana ya?” aku gugup, dan menggaruk-garukkan kepala.
“muka loe merah, kayak orang abis di masak idup-idup, hahaha” ledek Bisma.
“siaall,,” Aku melanjutkan makan. karna aku dekat dengan Rafael, kakak dari Ulla, maka mudah bagiku untuk mendekatinya. Main ke rumahnya, bertukar no ha-pe, chatting, BBM, bahkan sering mengantar jemputnya sekolah.
   **Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini,mengingat saat ku mengungkapkan rasa itu untukmu.
Tepat seminggu setelah menghadapi semester III,Di lapangan ini, saat itu di gelar pertandingan basket antar sekolah.sorak bergembira ketika sekolah kita menang, matamu seakan bersinar seorang diri diantara puluhan pasang mata. Aku menang Lal, aku menang, bahagiaku tersenyum ke arahmu. aku ingin kamu tau ini La di hari kemenangan aku, kemenangan kami, kemenangan sekolah kita. Aku meminjam mike yang di sambungkan dengan speaker.

“Cinta…. Satu kata yang sulit di ungkap.
Cinta… yang ingin ku beri saat bahuku mampu menopangmu.
Cinta… yang bisa menghapus benih mutiara yang mengalir di matamu.
Cinta.. yang selalu berdetak dalam jantungku,
berdenyut dalam nadiku,,
dan berdebar dalam hatiku,
Cinta.. sebuah rasa yang ingin ku rajut untukmu..
‘Ulla Listya Tanubrata’ apa kamu mau, menjadi sesuatu yang berarti untukku?”
Kau menganggukkan kepalamu, tanda setuju kah itu? Ku ingin kau menghampiriku, dan kau menurut, ku Tanya sekali lagi padamu.
“Yes or No”
“Yes….” 1 kata yang singkat, yang kuharap setelah sekian lama tercapai, 1 kata, tapi pasti. Aku memelukmu di depan puluhan mata yang mungkin ikut bahagia .
Lama kita bersama, hingga saat kenaikan kelas itu kau baru memberitahuku tentang penyakit mu. Bukan kau yang mengungkapkan itu, tapi kakakmu, yang ku desak saat ku khawatir kau berbaring di ruang ICU.
   **Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini, mengingat saat terakhir kepergianmu.
Saat itu sudah hampir 1 minggu kau hanya tertidur di kasur tak menyenangkan itu, sadarkah kau, hatiku ini sakit, apa sebenarnya penyakitmu? Kenapa tak kau ceritakan padaku?
“Sabar ya Gan, Gue juga sedih, bahkan kita semua sedih, terlebih Rafa” Rangga menyadarkanku dari lamunan di depan pintu kamarmu. Aku yang dari tadi hanya dapat melihatmu dari jendela kamar itu hanya bisa pasrah, tak bisa berbuat banyak.

“Sebenarnya Ulla sakit apa Raf?” Aku bertanya menahan air mata.
“Se—sebe-ner-nya.. U-U-Ulla it-tu” Rafael menarik nafas, guna untuk mengajaknya sedikit lebih tenang. “dia sakit kanker otak, stadium akhir. Gue juga heran, gue fikir selama ini dia sudah sembuh, tapi gue salah, mungkin selama ini dia nyembunyiin semua ini dari keluarga, dia nyembunyiin sakit yang berasal dari otak, setiap di ajak ceck-up dia gak mau, dia bilang dia udah sembuh. Selalu itu.”

“Terus loe sama keluarga loe percaya gitu aja? HAH?”
“ya.. itu bodohnya kita, selama 5 tahun terakhir dia gak pernah mengeluh sakit, atau apapun, tapi…?” Rafa menundukkan kepalanya, menahan kedua tangannya di wajah. Berusaha tegar, tapi tak mampu, hingga air mata itu turun. “GUE BODOH GAN,GUE BODOH, gue gak pernah ngececk lagi keadaan dia. GUE BODOH.” Rafa menangis terisak saat itu. Belum pernah kulihat sahabat ku yang penuh dengan keceriaan itu menangis, menangis hingga menjerit seperti itu.
“Maafin gue Raf, gue gak bermaksud, tapi gue juga sedih. Baru kali ini gue ngerasain cinta, tapiii,, gue dihadapin suasana kayak gini, gue juga sakit Raf.” Aku angkat bicara, tak kuasa ku membendung ini, dan air mata ini, air mata ini jatuh berkejaran.
>>-- Kepergianmu.
Sudah 1 minggu lebih kau terbaring,hingga akhirnya kau sadar, kau sadar untuk yang terakhir kalinya. Kau menyuruh dokter untuk memanggilku masuk ke ruang mu, aku mengikuti, aku masuk dengan perasaan senang, bercampur takut.
“Gimana keadaan kamu sayang?” ku bertanya penuh harap.
“menurutmu?” kau bertanya, membuatku bingung. “sudahlah, tak penting keadaan ku sekarang, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, terimakasih sama kamu.”
“untuk apa?” ku sela bicaranya.
“Untuk Cinta dalam sisa akhir hidupku, aku kan membawa cintaku untukmu ini hingga mati, terimakasih sayang.. aku bahagia mengenalmu, bersamamu, disampingmu, dan aku bahagia mencintaimu, dank au mencintaiku,” Ucapanmu lemas.. Aku tak sanggup mendengarnya.
“gak, gak boleh ada yang pergi, kau hidup, kau akan hidup bersamaku.”
“ya.. aku hidup bersamamu hingga ajalku tiba, dan sekarang kurasakan ajalku kan tiba.. selamat tinggal sayang.. ragaku akan hilang, tapi hatiku, ada di hatimu.” kau mengusap wajahku penuh perhatian..
“Ullaaaaaaaaaaaaa………… bangun sayang, jangan tinggalin aku, ullaaa, please.. cukup candaan ini, bangun dan buktiin kamu masih bernyawa.” Ku menangis memeluk tubuhmu yang dingin, namun Kau tak sedikitpun menghiraukanku, hingga semua yang menunggu di luar masuk, tak jua kau bangun dari kepura-puraanmu. tapi.. saat rangga berusaha menenangkanku, barulah ku tau ini semua kenyataan.. yah.. kenyataan perih, yang tak mungkin ku lupa.
   ** Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disii memandangi tentang kita di sana, di Unit Kesehatan Sekolah (UKS), tempat yang kini berada tepat 10 kaki dari kakiku berdiri. Saat kakiku lecet setelah bermain basket, kau mengobatiku dengan ketulusanmu.
“Sayang.. kalau main itu hati-hati. Boleh sih semangat kayak tadi, tapi.. kan lebih baik lagi, kalau kamu lebih hati hati, kan kalau udah gini aku yang khawatir”
“iya maafin aku ya honey..” ku tersenyum sambil ku acak-acak rambutmu.
“apa kita akan berpisah?” kau Tanya hal yang tak ku duga.
“Gak, kita gak akan berpisah, sebelum ajal yang memisahkan kita.”
“kamu yakin?” Kau bertanya ragu.
“yakin”
“kalau begitu ku pinjam jarimu”
“untuk apa?” kau tak mempedulikan pertanyaan ku. Kau ambil jariku dan menusuknya dengan jarum kecil. Ngilu memang, tapi ku lihat kau juga melakukan hal sama. Kemudian kau menyatukan darah kita.
“apa ini,? Apa maksudnya?”
“aku suka ini. Aku suka darah keabadian ini, jangan Tanya kenapa ku sebut ini darah keabadian,” kau tersenyum,sambil memperhatikan darah itu.
“aku memang mau menanyakan hal itu..”
“huffftt.. Darah ini adalah darah kita bersama, ku akan bersamamu hingga ajal menjemput. Menurutku, itulah darah keabadian.”
“oohh..”. aku tersenyum, dan kau membalasnya.
   **Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini, dilapangan harapkan keajaiban terulangnya waktu.
“ngapain Gan disini?ayo cepet pulang?” Tanya rangga, aku kira hanya ku yang berada di sini.
“belum, loe ngapain?”
“jemput loe.. ayo cepat”
“bentar..”
Ku datangi UKS itu, ku gigit jari telunjukku, kubiarkan darahnya jatuh di lantai tempatku berdiri.
‘kau benar.. mungkin ragamu tlah jauh, tapi cintamu, dan cintaku, akan abadi.. seperti darah kita yang selalu menemani saat kita mati. Selamat tinggal Ulla, Dirimu tinggal kenangan.’
Ku keluar dari ruang itu, setelah jauh, kutatap lagi ruangnya, seorang wanita melambaikan tangan. Samar ku melihatnya, wanita itu seperti bayangan yang nyata. Ku ingin menghampirinya, tapi langkahku terhenti karna dia menghilang. ‘yah… mungkin itu kau ulla..’ aku melanjutkan langkah kaki menjauhi tempat itu. Kini akan ku jaga cinta keabadian ini, Untuk orang yang ku Cinta. Untuk Ulla.

__TAMAT__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar