karya : Vhenna
*Cerita ini hanya Fiktif*
I HOPE YOU LIKE.
Hari ini hari terakhir ku berada di sekolah
SMA.setelah 3 tahun ku menimba ilmu di SMA ini, kini tiba saat aku
melangkah ke garis baru. Banyak kenangan yang tertinggal di sini,Bukan
kenangan menyenangkan, tapi menyedihkan.
Aku berdiri terdiam
menghapus air mata di tengah lapangan sekolah yang sudah sepi, mungkin
hanya aku seorang yang berada di sini.
**Dirimu Tinggal Kenangan**
aku masih berdiri di sini, mengingat kejadian 3 tahun silam, saat pertama kita bertemu.
Hari
itu..sekolah mengadakan pesta imagurasi, ingatkah kau,? kau memberi
sepotong coklat hati untukku? Sebagai balasan karna ku member bunga
mawar putih.Sungguh takkan ku lupa kejadian malam itu. Hingga saat pagi,
ketika kita akan memulai pelajaran untuk pertama kalinya,hampir saja
kau terlambat. kau menyapaku dengan senyum paling manis milikmu dan
meminta permohonan pertama padaku.
“Boleh aku duduk di samping kamu?” kalimat pertama yang keluar dari mulut mu untukku.
“Dengan senang hati” ucapku tersenyum menyimpan kebahagiaan.
“aku
Ulla listya Tanubrata, kamu boleh panggil aku Ulla atau tya, kalau
kamu?”kau memalingkan wajah kearahku. gadis anggun, dan baik hati, hanya
itu yang terlontar di pikiran ku .
“aku Morgan, aku panggil kamu Ulla aja” tanpa ada jabatan tangan dari kita berdua, kita mengenalkan diri masing-masing.
>>-Jam istirahat
Aku duduk di kantin meja pojok yang sepi, ya.. aku memang tak menyukai keramaian. Tapi sekelompok lelaki menghampiriku.
“siapa
cewek yang duduk di sebelah loe tadi Gan?” Rangga,sepupu ku,yang satu
kelas denganku menghapiri bersama kakak kelas Yang juga telah ku kenal.
Dan langsung duduk di sampingku.
“Ohh, dia Ulla.”
“Lengkapnya?” Tanya Rangga menyelidik.
“Ulla Listya Tanubrata. Kenapa?
“Oh, itu adik loe Raf,?” Rangga bertanya pada Rafael.
“iya.. ade gue super cantik, sama kayak kakaknya.” Ucapnya pe-de.
“hah?
Kakaknya cantik? Gak salah?” semprot ku padanya. “kok loe tau ga?kita
kan belum pernah ketemu sama ade Rafa” gantian aku bertanya pada Rangga.
“tau lah,, kan sama-sama Tanubrata, bedanya tuh anak kagak sipit kayak abangnya” sambung Bisma.
“hahaha..
sial loe semua, temen apaan nih?sipit-sipit gini, gue seksi tau.dan
bukan seksi atau cantik kayak cewek. Intinya gue cakep deh di banding
loe semua. Ekh Loe suka Gan sama adik gue?” Rafa bertanya memainkan
matanya yang sipit itu.
“oh.. e-emh, gimana ya?” aku gugup, dan menggaruk-garukkan kepala.
“muka loe merah, kayak orang abis di masak idup-idup, hahaha” ledek Bisma.
“siaall,,”
Aku melanjutkan makan. karna aku dekat dengan Rafael, kakak dari Ulla,
maka mudah bagiku untuk mendekatinya. Main ke rumahnya, bertukar no ha-pe, chatting, BBM, bahkan sering mengantar jemputnya sekolah.
**Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini,mengingat saat ku mengungkapkan rasa itu untukmu.
Tepat
seminggu setelah menghadapi semester III,Di lapangan ini, saat itu di
gelar pertandingan basket antar sekolah.sorak bergembira ketika sekolah
kita menang, matamu seakan bersinar seorang diri diantara puluhan pasang
mata. Aku menang Lal, aku menang, bahagiaku tersenyum ke arahmu. aku
ingin kamu tau ini La di hari kemenangan aku, kemenangan kami,
kemenangan sekolah kita. Aku meminjam mike yang di sambungkan dengan
speaker.
“Cinta…. Satu kata yang sulit di ungkap.
Cinta… yang ingin ku beri saat bahuku mampu menopangmu.
Cinta… yang bisa menghapus benih mutiara yang mengalir di matamu.
Cinta.. yang selalu berdetak dalam jantungku,
berdenyut dalam nadiku,,
dan berdebar dalam hatiku,
Cinta.. sebuah rasa yang ingin ku rajut untukmu..
‘Ulla Listya Tanubrata’ apa kamu mau, menjadi sesuatu yang berarti untukku?”
Kau menganggukkan kepalamu, tanda setuju kah itu? Ku ingin kau menghampiriku, dan kau menurut, ku Tanya sekali lagi padamu.
“Yes or No”
“Yes….”
1 kata yang singkat, yang kuharap setelah sekian lama tercapai, 1 kata,
tapi pasti. Aku memelukmu di depan puluhan mata yang mungkin ikut
bahagia .
Lama kita bersama, hingga saat kenaikan kelas itu kau
baru memberitahuku tentang penyakit mu. Bukan kau yang mengungkapkan
itu, tapi kakakmu, yang ku desak saat ku khawatir kau berbaring di ruang
ICU.
**Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini, mengingat saat terakhir kepergianmu.
Saat
itu sudah hampir 1 minggu kau hanya tertidur di kasur tak menyenangkan
itu, sadarkah kau, hatiku ini sakit, apa sebenarnya penyakitmu? Kenapa
tak kau ceritakan padaku?
“Sabar ya Gan, Gue juga sedih, bahkan
kita semua sedih, terlebih Rafa” Rangga menyadarkanku dari lamunan di
depan pintu kamarmu. Aku yang dari tadi hanya dapat melihatmu dari
jendela kamar itu hanya bisa pasrah, tak bisa berbuat banyak.
“Sebenarnya Ulla sakit apa Raf?” Aku bertanya menahan air mata.
“Se—sebe-ner-nya..
U-U-Ulla it-tu” Rafael menarik nafas, guna untuk mengajaknya sedikit
lebih tenang. “dia sakit kanker otak, stadium akhir. Gue juga heran, gue
fikir selama ini dia sudah sembuh, tapi gue salah, mungkin selama ini
dia nyembunyiin semua ini dari keluarga, dia nyembunyiin sakit yang
berasal dari otak, setiap di ajak ceck-up dia gak mau, dia bilang dia
udah sembuh. Selalu itu.”
“Terus loe sama keluarga loe percaya gitu aja? HAH?”
“ya..
itu bodohnya kita, selama 5 tahun terakhir dia gak pernah mengeluh
sakit, atau apapun, tapi…?” Rafa menundukkan kepalanya, menahan kedua
tangannya di wajah. Berusaha tegar, tapi tak mampu, hingga air mata itu
turun. “GUE BODOH GAN,GUE BODOH, gue gak pernah ngececk lagi keadaan
dia. GUE BODOH.” Rafa menangis terisak saat itu. Belum pernah kulihat
sahabat ku yang penuh dengan keceriaan itu menangis, menangis hingga
menjerit seperti itu.
“Maafin gue Raf, gue gak bermaksud, tapi gue
juga sedih. Baru kali ini gue ngerasain cinta, tapiii,, gue dihadapin
suasana kayak gini, gue juga sakit Raf.” Aku angkat bicara, tak kuasa ku
membendung ini, dan air mata ini, air mata ini jatuh berkejaran.
>>-- Kepergianmu.
Sudah
1 minggu lebih kau terbaring,hingga akhirnya kau sadar, kau sadar untuk
yang terakhir kalinya. Kau menyuruh dokter untuk memanggilku masuk ke
ruang mu, aku mengikuti, aku masuk dengan perasaan senang, bercampur
takut.
“Gimana keadaan kamu sayang?” ku bertanya penuh harap.
“menurutmu?”
kau bertanya, membuatku bingung. “sudahlah, tak penting keadaan ku
sekarang, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, terimakasih sama
kamu.”
“untuk apa?” ku sela bicaranya.
“Untuk Cinta dalam
sisa akhir hidupku, aku kan membawa cintaku untukmu ini hingga mati,
terimakasih sayang.. aku bahagia mengenalmu, bersamamu, disampingmu, dan
aku bahagia mencintaimu, dank au mencintaiku,” Ucapanmu lemas.. Aku tak
sanggup mendengarnya.
“gak, gak boleh ada yang pergi, kau hidup, kau akan hidup bersamaku.”
“ya..
aku hidup bersamamu hingga ajalku tiba, dan sekarang kurasakan ajalku
kan tiba.. selamat tinggal sayang.. ragaku akan hilang, tapi hatiku, ada
di hatimu.” kau mengusap wajahku penuh perhatian..
“Ullaaaaaaaaaaaaa…………
bangun sayang, jangan tinggalin aku, ullaaa, please.. cukup candaan
ini, bangun dan buktiin kamu masih bernyawa.” Ku menangis memeluk
tubuhmu yang dingin, namun Kau tak sedikitpun menghiraukanku, hingga
semua yang menunggu di luar masuk, tak jua kau bangun dari
kepura-puraanmu. tapi.. saat rangga berusaha menenangkanku, barulah ku
tau ini semua kenyataan.. yah.. kenyataan perih, yang tak mungkin ku
lupa.
** Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri
disii memandangi tentang kita di sana, di Unit Kesehatan Sekolah (UKS),
tempat yang kini berada tepat 10 kaki dari kakiku berdiri. Saat kakiku
lecet setelah bermain basket, kau mengobatiku dengan ketulusanmu.
“Sayang..
kalau main itu hati-hati. Boleh sih semangat kayak tadi, tapi.. kan
lebih baik lagi, kalau kamu lebih hati hati, kan kalau udah gini aku
yang khawatir”
“iya maafin aku ya honey..” ku tersenyum sambil ku acak-acak rambutmu.
“apa kita akan berpisah?” kau Tanya hal yang tak ku duga.
“Gak, kita gak akan berpisah, sebelum ajal yang memisahkan kita.”
“kamu yakin?” Kau bertanya ragu.
“yakin”
“kalau begitu ku pinjam jarimu”
“untuk
apa?” kau tak mempedulikan pertanyaan ku. Kau ambil jariku dan
menusuknya dengan jarum kecil. Ngilu memang, tapi ku lihat kau juga
melakukan hal sama. Kemudian kau menyatukan darah kita.
“apa ini,? Apa maksudnya?”
“aku
suka ini. Aku suka darah keabadian ini, jangan Tanya kenapa ku sebut
ini darah keabadian,” kau tersenyum,sambil memperhatikan darah itu.
“aku memang mau menanyakan hal itu..”
“huffftt.. Darah ini adalah darah kita bersama, ku akan bersamamu hingga ajal menjemput. Menurutku, itulah darah keabadian.”
“oohh..”. aku tersenyum, dan kau membalasnya.
**Dirimu Tinggal Kenangan**
Aku masih berdiri disini, dilapangan harapkan keajaiban terulangnya waktu.
“ngapain Gan disini?ayo cepet pulang?” Tanya rangga, aku kira hanya ku yang berada di sini.
“belum, loe ngapain?”
“jemput loe.. ayo cepat”
“bentar..”
Ku datangi UKS itu, ku gigit jari telunjukku, kubiarkan darahnya jatuh di lantai tempatku berdiri.
‘kau
benar.. mungkin ragamu tlah jauh, tapi cintamu, dan cintaku, akan
abadi.. seperti darah kita yang selalu menemani saat kita mati. Selamat
tinggal Ulla, Dirimu tinggal kenangan.’
Ku keluar dari ruang itu,
setelah jauh, kutatap lagi ruangnya, seorang wanita melambaikan tangan.
Samar ku melihatnya, wanita itu seperti bayangan yang nyata. Ku ingin
menghampirinya, tapi langkahku terhenti karna dia menghilang. ‘yah…
mungkin itu kau ulla..’ aku melanjutkan langkah kaki menjauhi tempat
itu. Kini akan ku jaga cinta keabadian ini, Untuk orang yang ku Cinta.
Untuk Ulla.
__TAMAT__
Tidak ada komentar:
Posting Komentar