Karya : Vhenna
*Cerita ini Hany Fiktif*
Seharusnya ini yang last part. Tapi karna terlanjur, yaudah deh, gak
pa-pa. maaf ya kalau jelek or kebanyakan, aku ngerjainnya Subuh.
I HOPE U LIKE.
Bisma terlihat agak marah. Dia gak lagi senyum seperti tadi.
“ Kenapa?”
“Kenapa manggil aku sasuke-kun?”
Ya ampun.! Gue lupa. Sasuke-kun kan panggilan buat Morgan. Kenapa gue jadi mikirin Morgan ya? Aduuhh… Chika Bodoh.!
“Hhehe.. maaf Naruto. Aku lupa.”
“Kita tinggal ya…” Dicky yang dari tadi diam ikut bicara.
“Iya.. kenapa gak dari tadi sih?” Jawab Bisma, sekaligus bertanya balik.
“Maunya.” Dicky neloyong kepala Bisma dan pergi keluar di ikuti Reza dan Salwa.
“Pah,
apa dengan kejadian itu. Rasa percaya kamu gak akan ada lagi buat aku?”
Tanya gue. Gue gak mau kalau sampai Bisma gak percaya lagi sama dia.
“Maksudnya?”
“Ya… apa dengan peristiwa kemarin, kamu gak akan percaya sama kata-kata yang aku ucapin?”
Gue
bisa lihat raut wajah Bisma yang tersenyum. Kenapa dia senyum? Kenapa
gak jawab pertanyaan gue? “Mah, aku percaya kamu, dan akan selalu
percaya sama kamu. asal kamu janji, gak akan ada lagi kebohongan dan
rahasia antara kita.”
“Aku janji.” Gue menunjukkan jari kelingking gue, menunggu Bisma melingkarinya. Tapi Bisma malah menepis.
“Kayak anak kecil.” Iiiihhh.. Bisma.!!! kenapa dia bilang kayak anak kecil sih?
“Jangan
manyun gitu ah.. emang kayak anak kecil tauk.” Gue masih cemberut, tapi
Bisma selalu punya ide. Dia merebahkan badannya di kasur gue. Jadi dia
tidur tepat di samping gue. Bisma memiringkan tubuhnya menghadap ke gue.
Jantung gue deg-degan banget, hati gue cenat-cenut, peluh gue menetes,
padahal AC di kamar cukup dingin. Ahh Bisma mau ngapain sih?
“Aku
gak bisa suruh kamu tatap aku kayak kemarin-kemarin kalau aku duduk di
situ.” Maksudnya? Apa maksudnya tatapan yang memaksa gue selalu maafin
dia? Yang selalu bikin gue tenang?
Bisma menarik dagu gue.
Bisma… aduh, gue gak bisa ngomong. Gimana saat orang yang kita cintai,
tiduran di hadapan kita sekarang. Sedangkan jarak wajah gue ke wajah
dia. Gak sampai 5 centi.
Desahan nafas Bisma jelas terasa berhembus ke wajah gue. “I Love You Hinata.” Ucapnya kemudian.
Gue
gugup. Bisma tuh selalu bisa bikin gue kayak orang linglung. “Hemm.. I
Love You too Naruto.” Jawab gue dengam mata tertutup, gue gak mau liat
Bisma, entar gue gak bisa ngomong gara-gara gugup lagi.
“Melek
dong ahh.. gak enak banget sih diliatnya.”Ikh… suara ‘Ahh’ nya tuh
mendesah banget, kenapa sih nada bicaranya harus kayak gitu?
Gue
coba membuka mata gue perlahan. –huuuaaa- sekarang makin dekat lagi,
‘kakak… Chika deg-degan..’ Gue membatin. Gue memejamkan mat ague lagi.
“Yeh.. baru juga sedetik, kok merem lagi sih mah?”
Tau ahh gelap.! Dia gak tau apa gue deg-degan kayak gini?
“Mah…”
Lagi-lagi Bisma berkata mendesah. Bikin gue gak tahan. Gue masih gak
bisa buka mata. “Hahahaha” Terasa Bisma yang melepaskan pegangannya di
dagu gue. Dan suaranya agak jauh sekarang. Gue coba ,e,buka mat ague,
Bisma emang gak terlalu dekat sekarang. “ Kamu lucu deh, kenapa tadi aku
gak photo muka kamu lagi kayak gitu aja ya? Hahaha.. linglung banget
muka kamu mah.”
Ikh.. apaan sih? Masa muke gue dibilang
kayak orang linglung sih? Tapi mungkin iya sih. Tapi kan Bisma sendiri
yang bikin gue linglung.
“Ikh.. papah, aku fikir kamu mau ngapain.” Ahhh.. aku Keceplosan.! Tuh kan Bisma mulai natap gue lagi.
“Emang kamu mau apa?” Bisma tersenyum.
“Eng-nggak
pa-pa kok.” Bisma natap gue lagi. Dia menarik dagu gue yang tadi baru
di lepas, dan lagi-lagi mendekatkan wajahnya. Tapi kali ini gue gak
mejamin mata. Tunggu aja keberanian Bisma sampai mana. Jujur..! meskipun
kita terlihat mesra, tapi gue dan Bisma cuman baru sekali ciuman.
“Ngapain kalian?” Morgan datang mengagetkan. Ahh.. padahalkan gue dikit lagi kena bibirnya.
“Biasa orang pacaran. Ngapain lagi?” Bisma menjawab kemudian bangkit berdiri di samping Morgan.
“Ohh..”
“Ngapain Gan?” Tanya gue. Kayaknya Bisma gak suka deh liat Morgan datang.
“Gak, cuman liat keadaan loe aja. Gue ke ruang tamu lagi ya..” Morgan meninggalkan kamar gue.
“Ke taman belakang yuk mah, boring di sini terus.”
“Ayo..”
Bisma
mengambil kursi roda gue, dia membopong tubuh gue, hingga duduk di
kursi roda. Bisma mendorong kursi roda gue ke taman belakang rumah.
“Aku tinggal dulu ya.. mau ngambil photo. Aku mau kita photo-photo disini.”
“Iya..”
Gue
memperhatikan bunga-bunga yang mulai tubuh. Dari belakang gue mendengar
jejak langkah seseorang. “Pah,” gue panggil Bisma dan gak ada jawaban.
Apa itu bukan Bisma? dia meraih pegangan tangan di krsi roda gue. “Ayo
Chika, kita mulai dari awal permainannya.” Dia mendorong kursi roda gue
hingga gue terjatuh. Kepala gue kayak terbentur sesuatu yang keras.
Entah batu atau apa, rasanya ngilu bercampur sakit yang teramat sangat.
Siapa orang itu? Nantikan di part selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar