Jumat, 20 Januari 2012

YOUR EYES Part4 (Last Part)

Karya: Dinda
*cerita ini hanya fiktif*



Hari ini Reza bangun begitu terlambat. Bagaimana tidak, ia bangun pukul tujuh kurang 15 menit. Yang ia salahkan pertama kali adalah Zaskia.
“cewek gila! Bawel! Tumben banget loe nggak bangunin gue?!” Reza berteriak-teriak sambil mengenakan dasinya.
“eca, kenapa sih? Pagi-pagi udah heboh. Berisik tau.” Bunda menegurnya dari ruang makan.
“cewek gila, eh Zaski mana? Tumben dia nggak bangunin aku, gara-gara dia, aku jadi kesiangan.”
“si cantik udah pulang ke rumahnya.”
Reza mual mendengar bunda menyebutnya dengan ‘si cantik’.
“pulang? Emang orangtuanya udah balik?”
“belum. Tapi katanya, dia kangen sama suasana rumah.”
Yes! Merdeka! Akhirnya cewek gila itu pergi juga! Reza berteriak dalam hati.
“heh, kenapa kamu bengong kayak gitu?”
“ehm… nggak kok bun, emangnya kapan dia pulang?”
“kemarin waktu kamu lagi ekskul basket.”
“oh…” Reza ber-o panjang.
“udah sana, berangkat! Jam tujuh tuh.”
“iya, assalamualaikum…” Reza mencium tangan bundanya.
“wa alaikum salam…”

*******

Reza gembira akhir-akhir ini karena Zaskia sudah tidak lagi mengganggu hari-harinya. Gadis itu sekarang seperti menghindar. Tapi hati kecilnya mengatakan bahwa ia merindukannya. Ia merindukan suara bawel zaskia, pembawaannya yang ceria, dan matanya. Ah! Reza menepis semua perasaan itu.

Reza resah dengan semua perasaan yang mengalir di hatinya. Tuhan, aku kenapa sih? Terakhir kali aku ngerasain perasaan ini sama Raisha, itupun hampir setahun yang lalu. Kata Reza, dalam hati. Ia memberanikan diri untuk menemui Zaskia.
“Zaskia, aku mau ngomong.” Kata Reza, saat Zaskia sedang membaca info di madding.
“ngomong aja…” Zaskia acuh. Ni cewek kenapa sih? Kemarin-kemarin getol banget ngejar-ngejar gue, sekarang malah cuek. Batinnya.
“loe kenapa sih ngehindarin gue kayak gini?”
Zaskia menoleh, “itu kan yang kamu mau.”

“ah, gue? Gue… gue nggak bilang gitu.” Reza mengelak.
”gitu gimana? Kamu yang bilang dari awal nggak suka sama aku. Kamu bilang, kamu nggak mau liat muka aku lagi. Sekarang aku jauhin kamu, salah juga?”
Reza tidak bisa mengatakan apa-apa. Mata itu lagi! Tatapan mata Zaskia mampu membuatnya berdebar-debar.

“shit! Gue nggak perduli sama semua itu! Pokoknya gue nggak mau loe jauh-jauh dari gue!” Reza menunjuk-nunjuk wajah Zaskia. Kata-kata Reza membuatnya bingung. Reza pun tidak sadar apa yang dia ucapkan.
“kamu bilang apa? Nggak mau jauh-jauh? Dulu kamu yang nyuruh aku jauh-jauh. Sekarang kamu nggak bolehin aku jauh-jauh dari kamu. Nggak konsisten banget sih.”
“bodo! Terserah! Loe nggak boleh jauh-jauh dari gue! Titik!” Reza hendak pergi, tapi Zaskia mencegahnya.
“Za…”
Reza melirik lengannya yang dipegang Zaskia. “apa…?” tanyanya.
“temui aku, nanti malam di taman kota.” Zaskia kemudian meninggalkannya yang masih bingung. “cewek yang aneh…” ia geleng-geleng.

*******

Malam itu tiba. Zaskia telah menantinya dengan membawa sebuah buku berwarna biru di tangannya.
“hay, Zas… udah lama?” sapa Reza.
“belum. Duduk Za…” ia menggeser duduknya agar Reza dapat duduk disampingnya.
“ada apa loe nyuruh gue ke sini?”
Zaskia menoleh, menatap wajah Reza lama.
“loe kenapa sih?” Reza merasa aneh dengan sikap Zaskia saat ini.
“liat mata aku, Za… apa kamu kenal dengan tatapan ini?”
“apaan sih loe…”
“Za, liat aku… liat mata aku”
“apa-apaan sih loe!”
“Reza, liat mata aku!”
“nggak mau. Loe makin hari makin aneh aja tau nggak!” Reza memalingkan wajahnya.
“Reza, liat aku!”. Zaskia menarik wajahnya. “liat mata aku! Apa kamu kenal dengan tatapan ini?” Reza menatap mata Zzaskia. Ia merasakan debar-debar yang sangat hebat di hatinya. Ia menepis tangan Zaskia dan berdiri.
“loe tuh sebenernya siapa sih? Kenapa gue ngerasa kayak pernah ngeliat loe?!”
Zaskia menunduk.
“kamu sadar akan hal itu Za…?”
“gue sadar! Sadar banget! Mata loe, tatapan loe itu…”
“Raisha. Iya kan?” Reza terkejut mendengar nama itu disebut.
“gimana loe bisa tau? Loe siapanya Raisha?”
“aku bukan siapa-siapanya. Tapi mata ini, memang mata milik Raisha…”
“apa?? Maksud loe apa??”
“mata ini adalah mata Raisha, Za!!” Zaskia tidak mampu menahan tangisnya. “ini mata Raisha! Setahun yang lalu, sebelum aku bertemu kamu, aku hanya seorang gadis buta. Raisha, dia mendonorkan matanya untuk aku, untuk gadis yang baru saja ia kenal  2 hari sebelum kematiannya. Selama 2 hari itu aku menjadi sahabatnya. Ia banyak menceritakan tentang kamu, tentang bagaimana bahagianya dia saat kamu mengajaknya ke danau. Dan dia minta sama aku supaya aku menjadi sahabat kamu! Itulah alasan kenapa aku nggak pernah nyerah untuk deket sama kamu.” Zaskia mengatur nafasnya.

Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
“buku itu… bukankah itu milik…”
“Raisha, ini memang buku miliknya. Buku ini juga kan yang menghantarkan kamu untuk tau rumahnya…” Reza mengambil buku itu dari tangan Zaskia dan mengusap sampulnya. Yah, ini memang diary milik Raisha.

“cuma ini yang ingin aku sampaikan sama kamu, Za. Aku rasa, kamu perlu tau hal ini. Diary itu, lebih baik kamu yang simpan. Aku pergi…” Zaskia hendak pergi, namun Reza mencegahnya.
“jangan pergi, ku mohon…”
“aku harus pergi, lepaskan…”
“nggak akan aku biarin kamu pergi.” Reza menariknya ke dalam pelukan.
“Za… lepasin aku.”
“nggak akan. Aku nggak mau kamu pergi.”
“Reza…”
“aku sayang kamu, Zas. Ku mohon…”
“aku nggak bisa. Kalo kamu bilang sayang hanya karena mata ini, aku nggak mau…”
“nggak Zas. Aku sayang kamu. Aku nggak bisa pungkiri hal itu lagi. Aku suka dengan semua perhatian yang kamu kasih buatku… ku mohon, jangan pergi. Cukup Raisha yang tinggalin aku, jangan kamu…” Reza menangis.
“aku juga sayang kamu, Za… aku sayang kamu…” Zaskia mengeratkan pelukannya.

Reza dan Zaskia menghabiskan malam itu berdua di temani bintang-bintang yang gemerlap di angkasa. Tuhan, terima kasih karena telah mengirimkannya untukku. Dan Raisha, jangan pernah berpikir aku akan menghilangkanmu dari sini… Kata Reza, dalam hati sambil menunjuk dadanya.


*******

TAMAT.
(maaf yah kalo jelek)
Like+comment seikhlasnya ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar