Jumat, 20 Januari 2012

Raisha di Hati Reza Part2

Karya : Dinda
*cerita ini hanya fiktif*



“Raisha!” Raisha menoleh, mencari sumber suara yang memanggilnya.
“hay Sha…” sapa Reza, tapi Raisha hanya diam. “kamu udah terima buku yang kemarin?” Tanya Reza.
“udah, makasih yah…” Raisha kemudian pergi meninggalkan Reza yang masih terbengong-bengong.
“udah? Gitu doang???  Alamaaak…” Reza menepuk jidatnya.

*******

“eh bro, gue udah ketemu sama adik loe!” kata Bisma, mengejutkan Reza yang sedang memasukkan bakso ke mulutnya (ya iyalah, masa ke mulut orang lain:)
“uuupss, sori bro.. baju lu kena kuah yah?” Bisma nyengir.
“dikit sih, tapi nggak papa kok. Terus? Adik gue gimana menurut lo?”
“anaknya asik, tapi kok nggak mirip ama lo sih??”
“mana gue tau.. dari pabriknya udah kaya gitu geh.”
“kata Ilham, kemarin lu ke rumahnya si Raisha yah?” pertanyaan yang santai, tapi sukses membuatnya tersedak.
Ember banget sih tuh anak! Reza menggerutu dalam hati.
“iya, kenapa?”
“nggak papa. Lu suka ma dia yah?”
“nggak, enak aja…”
“halah… ngaku aja deh lu.”
“nggak. Apaan sih lu. Lagian kita juga baru ketemu kemarin ini.” Reza menyembunyikan wajahnya yang saat itu berwarna merah, kuning, atau bahkan hijau (pelangi kaleee).
“hey… nyantai aja bro. kalo lu suka juga nggak papa kali.”
“iya, tapi guenya nggak. Udah ah, kelas yuk! 5 menit lagi bel masuk bunyi nih.”
Pandangan matanya berhenti pada satu sosok. Raisha! Ia menyesal mengajak bisma masuk kelas saat itu. Ingin berlama-lama di sana, tapi Bisma menariknya untuk segera pergi.

*******

Bel pulang sekolah berbunyi, tapi Reza tidak segera pulang. Ia ingin megenal lebih jauh seluk beluk sekolah barunya itu. Ia membiarkan Ilham pulang duluan dengan membawa motornya. Iseng ia naik ke lantai atas, tempat yang jarang dikunjungi orang.

Raisha? Sedang apa dia disini?
Reza dapat melihat buku yang dibaca gadis itu adalah twilight. Buku favoritnya juga sih. Raisha belum menyadari kehadirannya hingga ia menyapa, mengejutkan lebih tepatnya.

"suka baca buku yah?” Tanya Reza.
“Reza? Kamu? Kamu ngapain di sini?” Raisha melihat-lihat kemungkinan Reza membawa orang lain ke tempat itu.
“cuma iseng. Pengen cari suasana lain aja. Tenang aja, aku cuma sendirian kok.” Reza menjawab seolah tau apa yang dipikirkan gadis itu.
“syukur deh… aku nggak terlalu suka banyak orang.”
“kamu suka baca buku yah?”
“iya, kamu sendiri?”
“lumayan lah.. novel, komik, manga, aku suka.”
“pernah baca ini?” Raisha menyodorkan buku yang di bacanya.
“twilight. Pernah, dua kali.”
“o yah? Bagian mana yang kamu suka?” Tanya Raisha.
“dialog Bella yang bunyinya gini: ada 3 hal yang aku yakini. Pertama, Edward adalah seorang vampire. Kedua, ada sebagian dari dirinya yang aku tidak tau seberapa dominan yang haus akan darahku. Dan yang ketiga…”
“aku mencintainya. Aku mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri.” Raisha melanjutkan kalimat Reza. Lantas mereka tersenyum bersama.

“aku pernah berharap menjadi seorang Edward Cullen.” Kata reza.
“o yah? Kenapa?”
“aku pikir menyenangkan jadi dirinya. Bisa kau bayangkan, melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Melihat dunia dari sisi yang berbeda. Waw…”
“pasti akan sangat menyenangkan…”
Obrolan mereka masih terus berlanjut hingga beberapa saat lamanya. Reza anak yang menyenangkan ternyata. Begitu pikir Raisha.

*******

Pukul 5 sore, Reza dan Raisha baru pulang kerumahnya masing-masing. Rasa bahagia menyelimuti hati keduanya, terutama Reza.
“ECA!!! Dari mana kamu??!” teriak bunda dari pintu dapur.
“eh, bunda…” reza nyengir.
“sini kamu, sini… dari mana kamu hah?” bunda menjewer telinganya.
“adaw… aw, aw… sakit bun, ssshh, bunda, lepasin dong…”
“dari mana kamu? Jam segini baru pulang? Ehm?”
“iya, iya… tapi lepasin dulu, ini…” Akhirnya bunda melepaskan jewerannya.

“jelasin sama bunda, dari mana kamu?”
“iya, ntar dulu,  kan sakit telingaku bun…”
“ya udah, sekarang jelasin ke mana aja kamu tadi? ilham udah pulang dari siang, tapi kamu malah baru pulang sore begini…”
“abis pacaran tuh bun…” teriak Ilham, dari balik pintu kamarnya.
“eh, elu tuh! Ikh!” Reza sudah bersiap melempar Ilham dengan sepatunya.
“REZA!! Jawab pertanyaan bunda!”
“iya! Bunda nggak sabaran banget sih? Lama-lama aku lempar sepatu juga deh.”
“apa kamu bilang???”
“nggak kok, nggak… ya udah, eca kasih tau yah, tadi itu aku abis liat-liat sekolah, terus ketemu temen baru, kita ngobrol-ngobrol sampe lupa waktu deh…”
“bener?? Kamu nggak bohong??” bunda bertanya dengan tatapan menyelidik.
“beneran… suerr.. gak bohong kok.” Reza mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya (?).
“ya udah, kamu ganti baju gih, sebentar lagi ayah pulang.”
“siap boss…”

*******

“kasyikan nyepi lagi, Cha?” Tanya Rrangga, saat Raisha baru saja akan memasuki kamarnya.
“ehm… iya kak. Kakak nggak kuliah?” Raisha mencoba menutupi rasa gembiranya.
“iya, dosennya ada seminar, jadi kakak pulang cepet.”
“oh…” Raisha ber-o panjang.
“tadi om Wisnu telfon.”
“terus, dia bilang apa?”
“katanya, lusa kamu harus cek up.”
“iya, makasih ya kak…”
“kamu capek yah Cha? Harus bolak-balik rumah sakit kayak gini?” Rangga mengelus pipi adiknya itu.
“kakak, apaan sih? Aku nggak papa kok.”
“maafin kakak yah? Cuma ini yang bisa kakak lakuin untuk kamu.”
“kakak bicara apa? Ini sudah lebih dari cukup. Kehadiran kakak selama ini di sampingku adalah yang paling penting buatku.”
“harusnya kakak bisa…”
Raisha memotong kalimat Rangga. “kak, udah yah? Jangan bahas ini lagi.. Icha capek, mau istirahat dulu…”
“ya sudah, lain kali jangan pulang sore- sore lho…”
Raisha memasuki kamarnya. Ia menangis diam-diam.

*******

Kenapa Raisha menangis?
Adakah yang disembunyikannya?
Kalau ada, apa itu??
Tunggu di part selanjutnya!



Bersambung.
(maaf kalo jelek)
like+coment yah...
(sedikit maksa)

1 komentar: