Sabtu, 28 Januari 2012

Sorry My Friend 2 Last Part

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Siang ini, gue sampai rumah, bersama kak Ilham, kak Rafa, dan Kak Rangga. Entah kenapa, sejak kejadian 3 bulan yang lalu, pikiran gue seakan kosong. Yang gue fikirin, kenapa gue gak mati aja saat itu. Gue malu sama perbuatan gue selama ini.

“Kamu gak mau ngomong sesuatu?” Kak Ilham menekuk lutut di hadapan gue, mungkin untuk mensejajarkan tingginya. Rupanya mereka benar-benar menginginkan kata keluar dari mulut gue.

Semenjak gue sadar dari peristiwa itu, gue emang gak pernah bicara sepatah katapun. Suara gue mungkin telah habis untuk menangis. “Kak…” Gue memegang pergelangan tangan kak Ilham yang hendak berdiri.

“Kenapa?” Kak Ilham tampak gembira, matanya berbinar. Gue mengalihkan pandangan ke kak Rafa dan kak Rangga, mereka juga kelihatan bahagia. Sebegitukah mereka sayang sama gue?

“Aku mau minta maaf, sama kalian semua.”

“Sayang, kita udah maafin kamu dari dulu. Maafin kita juga, kalau selama ini sikap kita salah sama kamu.” Kak Rangga angkat bicara.

Gue tersenyum kecil, sebenernya gue berharap ada Bisma. Tapi gimana kondisinya? sampai sekarang gue gak tau.

Kak Ilham mendorong kursi roda gue menuju kamar, kali ini dia nempatin gue di kamarnya yang ada di lantai bawah, karna jika di lantai atas, mungkin sulit.

Kak Rafa membaringkan gue di kasur, “Istirahat ya adikku.”

“Iya kakak-kakak ku.. Makasih ya.. Makasih udah selalu ada buat Chika, meskipun Chika udah jahat.”

“Sejahat apapun kamu, kamu adalah adik kami. Kami tinggal ya..” Kak Rafa mengelus rambut gue, dan menyuruh kak Rangga dan kak Ilham mengikuti langkahnya di belakang meninggalkan gue.

Gue gak bisa tidur, gue mau lihat Bisma, dia satu-satunya penyemangat gue.
“Siang mamah..” Seseorang memanggil gue. Siapa yang panggil gue mamah? Cuman Bisma yang boleh.! Gue mengalihkan pandangan gue ke pintu kamar.

“Bisma…” Gue berkata lirih. Bisma datang bersama Salwa,Reza, dan Dicky. Hah Salwa? Di saat gue sakit dia masih sempet sama Salwa?

“Gimana keadaan kamu?”

“Kamu gak marah sama aku Bis?”

“Kok Bis sih? Mana papahnya? Katanya mau manggil papah sampai mati? Gak jadi nih?”

“Aku.. minta maaf.”

“Aku yang minta maaf, coba saat itu aku gak bohongin kamu. Coba saat itu, aku gak bohongi perasaan aku sendiri, kamu gak akan jadi kayak gini.”

“Aku yang minta maaf, aku udah bikin kamu celaka, tapi aku juga gak ngerti.”

Bisma melirik ke arah Reza, “Jadi gini Chik, waktu kamu pulang sekolah bareng Morgan, aku udah jalanin misi kita buat rusakkin remnya Salwa, tapi…” Sekarang berganti, Reza yang melirik Bisma.

“Tapi, aku gak percaya. Kak salwa udah manggil kakak-kakak kamu ke sekolah. Karna kak Salwa bilang Reza ikut terlibat, Akhirnya aku mutusin buat ngendarain mobil kak Salwa sama Reza, buat buktiin omongan kak Salwa tentang cewek dan sahabat aku itu salah.. Yah, walaupun akhirnya ternyata benar.”

“Maafin aku Bis, maafin aku Za, Maaf juga Wa.” Gue berkata sendu.

“Kita udah maafin kamu kok.” Bisma tersenyum. “Makanya kita jenguk kamu ke sini.”

“Kenapa kamu sempet mukulin Reza?”

“Aku kesel aja sama si Jae, masa dia kerja sama sama istri aku gak bilang-bilang. Kerja samanya jahat banget lagi. Sampe mau buat kakak aku celaka.”

“Ka-kak?” Siapa yang di maksud Bisma? Salwa?

“Iya Salwa tuh kakak kandung aku, habis ini kamu pasti mau tanya lagi.” Jawab Bisma, dia seperti tau apa yang gue fikirkan. Tapi kenapa dia gak pernah bilang? “Karna kamu benci sama kakak aku, jadi aku rahasiain ini semua. aku takut kamu juga benci sama aku.” Tuh, kan.! Bisma tuh bisa baca fikiran kali ya? Kok dia tau apap yang gue fikirin. Udah ah.. bodo.!

“Maafin gue ya Wa, gue udah punya niat jahat sama loe. Gue cuman kesel liat loe deket sama Bisma.”

“Iya.. gak pa-pa kok, gue ngerti banget. Loe takut kehilangan Bisma kayak loe kehilangan Ilham. Gue juga minta maaf, waktu itu gue cuman jadi temen curhat Ilham, tentang adiknya yang udah di temukan. Tapi, kita malah jadi akrab, tanpa mikirin perasaan loe.”

Gue tersenyum, akhirnya semua masalah selesai. Tapi, fikiran gue masih ganjil. Gue takut Bisma gak bisa nerima kondisi gue yang sekarang, gue takut, kejadian 3 bulan lalu meninggalkan kenangan dalam buat gue, kenangan gak akan gue lupain. Dimana saat gue berhadapan dengan maut, tapi Morgan menarik tubuh gue. Naas, kaki gue tersangkut di rel kereta. Dan membiarkan kereta itu menindas sepasang kaki gue.

Kaki gue harus di amputasi, hal ini juga yang membuat gue gak pernah bisa mengeluarkan kata-kata. Yang bisa gue keluarkan hanya air mata, bila mengingat kejadian indah saat kaki gue masih ada. Tapi mungkin ini, adalah ganjaran yang tepat buat gue. Gue gak pernah buka mata, akan kasih sayang mereka.

“Kamu mau pah. Nerima kondisi aku yang kayak gini?”

“Aku mencintai kamu apa adanya, Hinata-san.”

“Huuuaaa.. Sasuke-kun.”

Kini gue buka lembaran baru tentang hidup gue. Terimalah apa yang kalian dapat, dendam, itu beresiko ntuk kalian sendiri pada akhirnya…



Maaf ya kalau endingnya jelek... :-D

1 komentar: