Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*
Setelah 30 menit gue berada di kamar buat madi dan sarapan.
Akhirnya gue turun dengan memakai kaos the jak yang baru gue beli minggu
lalu di senayan, dan celana setan. maksud gue celana jeans pendek.
Gue
mau denger, apa yang bakal kakak-kakak gue omongin. Jujur gue masih
sakit banget, kak rafa gak pernah ngebentak gue sedikitpun, tapi kenapa
kemarin dia sigitu kasarnya sama gue.? Emang si Via tuh beneran rese
banget.! Gara-gara dia kakak gue jadi kayak gitu.
“Sini sayang, duduk di samping kakak.” Kak Rafa menepuk sofa di sampingnya.
Tuh
kan.! Dia kembali lagi baik, apa emang kata-kata gue kemarin yang
nyakitin hati kak Rafa ya? Ah..! masa bodo. Gue nurut aja, nanti gue di
bentak kayak kemarin lagi. Males kan kalau berantem dan inget kejadian 2
bulan lalu.!
Gue duduk di samping Kak Rafa dan di samping
kak Rangga. Tepatnya, gue di himpit.! Untung gue kecil, coba kalau
badan gue sebesar pretty? Gak bakal muat..!
“Ada apa kak?”
“Kakak
minta maaf, kakak gak bermaksud ngingetin kamu sama status kamu sebagai
anak. Kakak sayang kamu chik, tapi kakak juga gak mau, kamu jadi orang
jahat.” Kak Rafa membelai rambut gue.
“Iya.. Via kan baik sama kamu, masa kamu mau rebut seseorang yang berharga dari dia.” Sambung kak Rangga.
Gue menghela nafas panjang “Iya kak.. aku gak akan pernah sama Bisma lagi.”
“Bener??” Tanya mereka dengan wajah sedikit lega.
“Bener.. kapan sih aku pernah bohong sama kakak?”
“Oke
kalau gitu,makasih ya sayang..! kakak tau kamu tuh emang baik.” Mereka
memeluk gue erat. BAGUS..! gue terhimpit..! sesek banget nih nafas gue.
Rasanya ingin berteriak “LEPASIN GUE HAI PEMILIK OTOT-OTOT BESAR”. Tapi
tentu saja gue gak berani, gue melepas pemukan mereka pelan… pelan..
dan.. yapzz terlepas.. huffttt.. LEGA.!
“Masalah permintaanku?”
“Itu
permintaan bodoh adik kecil” Kak Rafa menyentil hidung gue. Sifatnya
yang biasa kini kembali muncul. Tapi gue gak terima, gue cuman mau tau,
berapa orang yang nangis karna gue tinggalin? Gue mengedepankan ke dua
bibir gue.!
“Kalau kamu pergi, semua orang yang mengenal kamu pasti nangis.” Kak Rangga menjawab di hiasi senyum manisnya.
“Oh ya? Wow..! yaudah ah, aku ke atas dulu, bye kak…” Gue berdiri,dan siap melangkah, tapi tangan gue di tahan Kak Rafa.
“Ngapain
sih di kamar.?” Pertanyaan gak penting.! jika gue gak dalam masa
pura-pura gue pasti bilang ‘Aku mau sms Papah Bisma :P’.
“Aku mau tiduran aja, kepalaku berat banget”
“Ok..! sana tidur”
Gue
berjalan menaiki anak tangga, yang tidak mempunyai ayah dan ibu. Tau
kenapa? Ya.. tentu saja karna gue gak pernah mendengar istilah ibu
tangga atau ayah tangga. Jika gue pernah mendengarnya, gue pasti bilang,
gue berjalan menaiki anak tangga menuju ke ibu tangga, setelah itu baru
ayah tangga. Kemana paman dan bibi tangga? Sudahlah… lupakan.!
Sampai
di kamar gue langsung sms Bisma. Persetan sama apa yang di bilang
kakak-kakak gue tadi. Gue kan Cuma PURA-PURA. Ngapain gue harus relain
Bisma demi Via? Gak berguna.! males bin Ogah deh.
Jemari gue mulai merangkai kalimat selamat pagi yang muncul di layar.
To : Papah..
Selamat pagi pah.! Kmn ja? Kok semaleman g hubungi mamah?
Gue melihat Layar hp, di hiasi dengan pesan yang mondar-mandir, sebelum akhirnya terdapat bacaan terkirim.
From : Papah..
Ad deh..! nnt past ma2h tau. Hehehe..
Ihhh, apa sih si papah? Pake rahasiaan-rahasiaan segala.! Gue bales aja deh, dari pada penasaran.
To : Papah..
Apa atuh pah?
Tapi,,
hingga detik berganti menit, menit berganti jam, jam memutar.. dan
seterusnya.! Tetep aja Bisma gak balas sms gue.! Gue lirik jam dinding
di kamar, sudah jam 13.10. sebenernya gue ingat.! Ingat banget malah,
kalau gue harus segera menuju ke café solaria. Tapi pertanyaan yang
terlintas dari tadi pagi adalah. “gue datang gak yah ke solaria?”
Setelah berfikir 10 menit lebih, Gue putusin buat datang. Gak ada salahnya gue datang.
Gue
bersiap dan segera berlari ke bawah, tadinya gue mau meminta ijin kak
rafa dan kak Rangga. Tapi karna mereka gak ada. Yasudahlah biarkan.!
Gue keluar dan menyetop taxi yang pertama lewat di hadapan gue.
“Café solaria pak.” Gue memberitahu alamat semabari menutup pintu taxi.
Sekitar
15 menit gue sampai di tempat tujuan, gue segera membayar argo taxi dan
berjalan memasuki café. Gue mencari sekeliling café. ‘Nah itu dia’
Gumam gue. Tapi tunggu..! sama siapa Via? Kok dia menangis, apa
cowok-cowok itu menagih hutang padanya? Dia kan bukan emak-emak yang
membeli keriditan panic. Masa menghutang, dan sampai nangis ditagih.!
Gue
perhatikan lagi kedua cowok itu. “Mereka” gue gak bisa melanjutkan
kata-kata gue, gue mau kabur. Tapi telat. Via melihat gue.! Mau gak mau
gue menghampiri dia dan 2 cowok itu. Tatapan mereka tajam. MENGERIKAN..!
‘apa mereka mau makan gue?’ tatapan matanya menginginkan gue buat
teriak.. ‘Papah mamah takut’.
“Hy Vi..” kata gue gugup.
Via gak menjawab, dia memeluk gue erat sambil menangis. Tapi yang gue
takut kali ini bukan karna otot besar, seperti kakak-kakak gue tadi.
Tapi.. jika gue melihat ke depan tatapan cowok itu semakin garang.!
“Gue
ke toilet dulu vi” gue melepas pelukan Via dan berjalan menuju toilet.
Gue gak mau buang air ataupun make-up. Tapi gue mau nelpon bisma. Gue
memainkan jemari di atas keyped hp menulis nama papah.. tersambung..!
“Halo mah..” suara dari sebrang sana menyapa.
“Halo pah, besok mamah mau kita bicara jujur sama Via tentang hubungan kita. Kalau gak.! Kita putus.”
Gue
mematikan hp. Mumpung Via lagi sedih, dan gue bisa bikin dia tambah
sedih. Boto amat dengan tatapan tajam dua orang tadi. Toh, dia gak tau
apa yang gue lakukan di toilet.!
Ada apa denganmu (Via) ?
Siapa 2 orang itu ?
Bagaimana Reaksi Via saat mengetahui hubungan Chika dan Bisma?
Dan gimana kakak-kakak chika jika tau adiknya berbohong ?
Maaf ya jelek.. lagi gak ada inspirasi soalnya..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar