Jumat, 20 Januari 2012

YOUR EYES Part 2

Karya : Dinda
*Cerita ini Hanya Fiktif*


“assalamualaikum…” Reza mencium tangan bundanya, begitu juga Ilham.
“waalaikumussalam… sudah pulang? Maaf yah, bunda belum selesai masak. Nunggu bentar nggak papa yah?”
“yah… bunda, Ilham kan udah laper.” Kata Ilham.
“nggak papa kok bun. Emang kenapa? Tumben bunda belum selesai masak jam segini?” Tanya Reza.
“jadi gini, tadi ada sahabat bunda nelfon, jadi kita keasikan ngobrol gitu. Maaf ya sayang?”
“aku sih nggak papa, bun… tapi noh, anak bungsunya bunda udah hampir meleleh gitu.” Kata Reza, diiringi tawa. Ilham hanya cemberut.
“aduh… Ilham, maafin bunda yah? Tapi tenang aja, bunda udah siapin makanan kesukaan kamu.”
“yeee… makasih bunda. Bunda emang bunda yang paling the best deh, mmuach!” Ilham mengecup pipi bunda dan berlari menuju kamarnya.

“Reza… kok ngelamun?” Tanya bunda, saat melihat Reza termenung di ruang tivi.
“nggak papa kok, bun…”
“yang bener…? Jangan bohong sama bunda. Bunda tau lho, kalo si sulung ini lagi ada masalah. Sini, cerita sama bunda…” bunda duduk disampingnya dan menarik kepala Reza agar bersandar di bahunya.
“Reza cape, kesel, sebel, marah, pokoknya gitu deh bun…”
“kok gitu? Emang kenapa? Belum bisa melupakan…” bunda tidak meneruskan kalimatnya, ia tau bahwa menyebut nama Raisha hanya akan membuka luka lama putranya.

“bukan itu. Kalo itu aku udah ikhlas kok, lahir batin malah, tapi…”
“tapi apa?”
“ada cewek gila di sekolahku, nyebelin banget.”
“gila gimana maksud kamu?”
“dia tuh suka banget ganggu aku. Ke mana aku pergi, pasti diikutin. Apa yang aku lakuin, dia lakuin juga. Sebel!”
“wah… dia suka sama kamu tuh!”
“ikh… jangan sampe deh.”
“hush! Jangan ngomong kayak gitu. Udah, sekarang kamu mandi, terus ganti baju. Setengah jam lagi kita makan siang. Oke?!”

********

Huhuhuhu…. Reza mendengar suara tangisan yang berasal dari gudang using belakang sekolah.
“waduh? Siapa yang nangis? Masa’ siang-siang gini ada kunti…” Reza berbicara dengan dirinya sendiri.
Kreeekk. Reza memberanikan diri membuka pintu gudang itu perlahan. Ia mendapati Zaskia sedang menangis di sana. Dasar cewek aneh! Bisa-bisanya dia nangis sendirian di tampat kayak gini! Pikirnya.
“Zaskia… loe kenapa?” Tanya Reza.
“Reza? Kamu ngapain di sini?”
“loe nanya gue ngapain? Harusnya gue yang nanya, loe ngapain siang-siang gini di gudang? Lagi bertapa loe? Nyari Ilham? Noh, adek gue ada…”
“aku lagi sedih Za…”
Reza menatap mata Zaskia. Sepertinya, aku kenal dengan tatapan itu. Kata reza, dalam hati.
“kamu… elo… ah! Loe kenapa sedih?” ribet banget.
“orangtuaku, Za. Mereka kan lagi di luar negeri, mereka bilang, akhir minggu ini mau pulang. Tapi nggak jadi, malah pulangnya baru 2 minggu lagi. Itu kan lama banget…”
“cuma karena itu loe nangis? Cengeng amat sih, amat aja nggak cengeng…”
“hyaaa, Reza! Harusnya kamu hibur aku!” Zaskia menjitak kepala Reza (ya iyalah, masa’ jitak kepala sendiri, kan sakit…)
“gue? Ngehibur loe? Ogah!”
“Reza jahat!”
“biarin! Weeeek…!:P”

*******

Tok! tok! tok! tok! seseorang mengetuk kamar Reza keras sekali malam itu. Siapa sih? Kasar banget ngetuknya. Ini kan jam belajar.
Masuk ! “ teriak Reza.
“Taraaaaaaam !! hay Eca !!“
Cewe gila itu????
“aaaaaah!!” gubrak! Refleks Reza jatuh dari ranjangnya dan tergesa-gesa mengenakan baju, karena saat itu ia hanya mengenakan celana pendek selutut kebangsaannya. Zaskia sendiri menutup mata dengan tangan kanannya. Ia malu.
“eh cewek gila! Kenapa lo bisa ada disini?”
Zaskia malah celingak-celinguk. “cewek gila? Aku maksudnya?”
“aiiiiish, lu tuh ye, udah gila, bodoh lagi!”

“eh, eh, eh…kenapa kok ribut-ribut begini?” bunda datang melerai keduanya.
“ini, cewek gila yang waktu itu aku certain sama bunda, kenapa bisa ada disini coba?!”
“huuussh… Reza. Kok ngomongnya kayak gitu? Ini Zaskia, anaknya temen bunda. Sekitar 2 minggu ke depan, dia tinggal disini karena orangtuanya lagi ada di luar negeri.”
“hah? Apa? Tinggal di sini? Nggak! Nggak! Nggak boleh! Pokoknya nggak boleh!” Zaskia terlihat cemberut.
“eh… Reza kok gitu sih?”
“bodo! Pokoknya cewek gila ini nggak boleh tidur di sini!”
“namanya Zaskia, Eca… bukan cewek gila.”
“biarin aja… lagian dia mau tidur di mana? Di garasi? Kita kan nggak punya kamar lagi.”
“Zaskia akan tidur di kamar Ilham. Dan Ilham tidur berdua sama kamu buat sementara. Ilham aja nggak keberatan. Ya kan, ham…?”
Ilham nyengir. Ia sudah berdiri di belakang bunda dengan membawa tas berisi pakaian dan buku-buku pelajarannya serta selimut. Jiaaah! Kayak orang pindahan aja.

“nggak! Pokoknya Reza nggak mau! Liat dong bun, belum apa-apa dia udah berani masuk-masuk ke kamar Reza.”
“bunda yang suruh dia kok, biar kalian tambah akrab. Apalagi kalian kan satu sekolah.”
“bunda…!”
“oke, sekarang kita makan malam dulu, ayah udah nunggu kita di bawah. Ilham, taro barang-barang kamu di kamar reza. Reza, siapain kasur lipat buat Ilham. Dan zaskia, anggap aja rumah sendiri yah?!”
Bunda turun menuju ruang makan. Ilham meletakkan barang-barangnya. Sedangkan Zaskia masih senyum-senyum di hadapan Reza.
“kenapa loe senyum-senyum kayak gitu? Naksir loe sama gue?” Tanya reza. Tapi Zaskia masih tetap seperti itu. “stress loe!” Rreza meninggalkannya, membiarkan dirinya diam mematung di depan pintu kamar.

*******

Bersambung.
(maaf yah kalo jelek)
Like+comment seikhlasnya ..
(sedikit maksa . hehe ..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar