Karya : Vhenna
*Cerita ini hanya Fiktif*
******
Gue menjalankan kursi roda ke arah jendela. Agar gue bisa liat pemandangan di samping rumah.
Hapuslah air matamu..uh..uh..
Terdengar bunyi hp gue. Gue melihat nama yang tercantum,private number. Nomor siapa nih? Kok gak di kenal?
Sebelum music itu berkumandang lagi, gue segera menekan tombol hijau yang ada di sebelah kiri.
“Hallo
Assalamualaikum.” Sap ague dengan nada selembut-lembutnya. Karna jika
suara gue lebih besar lagi, maka dia akan mudah menebak jika gue sedang
sedih. Gue gak mau siapapun tau, cukup kakak-kakak gue dan Bisma aja.
“Hallo
Chika sayang..” Sambut suara di seberang. Tampaknya gue kenal suara
ini. Ini suara Via.! Iya.. Pasti ini Via. Cewek yang udah bikin gue
jatuh kemarin.
“Ngapain loe telepon gue?”
“Gak ngapa-ngapain. Udah belum nangisnya? Kalau belum gue mau bilang sesuatu.”
“Mau bilang apa?”
“Mau bilang, kalau gue bakal rebut kembali hak gue yang di ambil loe. Gue akan buat Bisma kembali sama gue.”
“Gak akan.! Bisma milik gue. bukannya loe udah meninggal?”
“Gak.!
Gue masih hidup. Kakak-kakak loe itu bohong, Bisma juga bohong. Kasian
banget ya loe dibohongin. Malah gue tinggal di salah satu Rumah Sakit
yang ada di Singapura. Sama orang tua loe yang lagi dinas lagi.”
“Gak
mungkin.!” Gue menggelengkan kepala gue. Gak mungkin mereka semua
bohongin gue. Gak mungkin Bisma da kakak-kakak gue yang lain sejahat
itu. Ini pasti akal-akalan dia aja.
“Kenapa gak mungkin?
Apa loe datang waktu acara kematian gue? Jadi mana loe tau kalau gue
udah mati atau belum? Atau karna mereka yang bilang? Inget Chika, mereka
semua udah bohongin loe. Buktinya gue ada di hadapan loe. Buat balas
semua yang udah loe lakuin ke gue. Termasuk, rebut kembali kekasih gue.
NGERTI?”
“Bisma gak akan kembali ke loe..!!” Gue berteriak sekencang mungkin.
“Liat aja nanti. Apa yang akan dilakuin Bisma sama cewek lumpuh yang gak bisa apa-apa? Dia itu cuman kasian sama loe.”
Tuutt…
Via
menyudahkan pembicaraannya begitu saja. Tapi benar apa kata Via. Apa
bisa gue lakuin? Sekarang gue cuman cewek lemah dan gak bisa apa-apa.
Apa mungkin Bisma setega itu? Gue sayang Bisma. Gue gak mau kehilangan
dia. Kenapa mereka semua bohong? Kenapa mereka menyembunyikan Via?
Cekrekk…
Pintu
kamar gue terbuka, gue menoleh pelan. “Ngapain kalian?” Tanya gue
ketika kak Ilham, Kak Rafa, Kak Rangga dan Bisma mesuk ke dalam kamar.
“Kamu gak pa-pa sayang?” Tanya kak Rangga.
“Menurut kalian?”
“Kita..” Kak Ilham menggantung kata-katanya.
“Silahkan
keluar. Aku gak butuh pembohong kayak kalian.” Ucap gue pelan. Gue
masih bisa menahan air mata gue yang siap berkejar-kejaran di pipi.
“Pembohong
apa sih maksud kamu mah?” Pintar sekali Bisma. Dia memasang muka tak
bersalah sama sekali. Wajahnya tampak bingung. Padahal gue yakin. Bisma
pasti tau.!
“Kalian sembunyiin Via kan?” Kali ini air mata
gue gak sanggup gue tahan lagi. Seketika mereka keluar dengan berlari
riang dari mata gue.
“Ki.. kita..” Kali ini kak Rafa
menjawab, namun dia gak berani lihat ke gue. semua tertunduk. Mereka
Diam.! Itu pasti benar. Pasti mereka melakukannya.
“YES Or NO KAK..!!??” Gue berteriak, suara gue menggema sangat nyata. Biarkan mereka tau kekecewaan gue ke mereka.
“Yes..” Mereka menjawab kompak.
“Sekarang
kalian pergi.” Hati gue remuk mendengarnya, mereka benar-benar tega.!
Tak tahukah mereka perasaan gue sekarang? “PERGI CHIKA BILANG…!!!” Gue
berteriak sekencang mungkin, saat gue melihat mereka masih berdiri di
tempat yang sama.
****
“Maafin kakak Chik.. tapi,
kita punya alasan.” Kak Ilham membuka suaranya, setelah semua orang
pergi. Entah kenapa kak Ilham tak ikut keluar dari kamar gue.
“Alasan
apa lagi? Alasan karna kakak mau lindungin Via dari aku? Supaya aku
gak bunuh Via? Itu maksud kakak?” Kak Ilham diam, dia tak menjawab
pertanyaan gue. sebegitukah mereka menilai gue? sejahat itukah gue?
“Pergi
kak. Please,ijinin Chika sendiri kali ini.” Gue memohon tanpa melihat
wajah kak Ilham. Tapi, suara langkah kakinya terdengar jelas, bahwa ia
telah berjalan menjauh dari tempat gue.
Hapuslah air matamu..uh..uh..
Lagi-lagi
ada telepon. Gue lihat layar hp gue. masih private number. Pasti Via
lagi.! Gue menghapus air mata, dan mulai mengatur pernafasan, agar suara
gue tak terdengar sedih.
Setelah nafas gu mulai stabil, Gue segera menekan tombol hijau di keyboard hp.
“Ngapain lagi loe Vi?”
“Vi? Aduh Chika, gu bukan Via.” Jawab suara lelaki di seberang sana.
“Terus siapa?”
“Gak penting.! Yang penting sekarang, gue tungguloe di Rumah Skit tempat loe di rawat kemarin. PENTING..!”
Tutt.. tutt.. tutt..
Huh..!! mati lagi telephonnya.
RUMAH SAKIT LAGI? Hidup gue gak jauh-jauh dari Rumah Sakit.
Akh siapa lagi sih yang telephone gue?Gue tau sih dengan suaranya, tapi agak kurang yakin.
Terus gimana lagi yang akan terjadi?
Apa yang bakal di lakuin Via lagi?
MAAF kalau BANYAK dan JELEK..
hehehe.. Gak konsen bikinnya, kan sibuk. (tapi koko banyak?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar