Sabtu, 28 Januari 2012

Sorry My Friend 2 Part 1

“Hallo mamahku sayang…” Ucap Bisma saat baru duduk di samping gue.

“Hallo juga papah..”

“Gimana di rumah baru? Asyik?”

“Biasa aja ah pah rumah mah, bagusan juga rumah aku dulu. Kamarnya juga bagusan kamar aku, apa lagi taman belakang rumahnya.”

“Yah si mamah. Maksud papah teh, kumaha bagaimana dengan suasana barunya?”

“Ah.. bilang dari awal atuh papah, kenapa ngomongnya kayak lidah keseleo gitu? Kumaha bagaimana.! Pemborosan kata aja.”

“Hehehe.. Ayo atuh jawab..”

“Asyik lah pah, aku ketemu sama orangtua aku yang udah di rebut sama Via..” Gue menjawab, di sertai senyum sangat terpaksa.

Gimana rasanya saat kita benci dengan seseorang, di saat itu juga kita harus menempati posisi dia? Jengkel? Pasti.! Apalagi hidup dengan barang-barangnya. Mulai dari kamarnya, bajunya, celananya, semua hal yang berbau dia, sukses gue pakai. Kenapa orang tua itu gak ada persiapan untuk menyambut gue?

“Jangan gitu atuh mah, Pamali kalau kata orang dulu mah. Lagian, Vianya kan dah gak ada”

“Iya.. iya”
Dengan jengkel, gue lanjutkan mengisi teka-teki silang. Dari pada baca pelajaran, mending isi TTS.! Sambil menunggu kabar terbaru tentang rencana gue.

Gue mendengar getaran hp Bisma. Gue yakin, pasti itu bagian rencana gue. Handphone yang baru di berikan mamah kemarin, sengaja gue tinggal di rumah. Gue mau, Bisma temenin gue hari ini ke rumah sakit. Pasti menyenangkan, melihat orang yang gue sayang harus terbaring di rumah sakit.! Upss?

“Hallo.. - Apa? -  Kok Bisa? – Oke, Gue kesana sekarang sama Chika.”

Yess… Betukan gue? Tapi Lagi-lagi impian punya kantong Doraemon ada di benak gue. Apa yang mereka bicarain yah? Dia sekarat? Atau dia kehilangan banyak darah? Huaaa… apapun itu gue gak peduli.! Yang penting bagi gue, dia gak mati dulu. Karna gue cuman mau liat dia menderita,bukan MATI.!

“Chik, sekarang kita ke Rumah Sakit ya.” Bisma hendak menarik tangan gue.

“Kemana loe berdua? Bentar lagi masuk kali Bis.” Tanya Reza di ikuti anggukkan kepala Dicky.

“Gue ijin ke Rumah Sakit. Tolong bilang ke Guru ya”

Tanpa mendengar jawaban dari mereka berdua, Bisma langsung menarik tangan gue menjauhi kelas itu. Kapan acting gue di mulai kalau dia panik kayak gini terus?.

“Kenapa Si pah?” Akting gue di mulai ketika mobil Bisma baru aja keluar dari sekolah.

“Nanti aja ngomongnya, kamu liat sendiri di Rumah sakit ya Mah..”

Huh..! percuma dong gue acting? Liat di Rumah Sakit? Hallo Bisma, gue udah tau sayang…

“Siapa yang Sakit?”

Bisma gak menjawab. Padahal gue mau denger, dia.. sekarang lagi kritis, ayolah.. keluarkan kata-kata sedikit aja. Ahh.. shit.! Gue di cuekkin.

“Sus.. ada pasien yang tadi kecelakaan di jalan Sudirman, kamarnya di mana ya Sus?” Tanya Bisma pada suster yang lewat di depan Rumah sakit.
Baru juga turun dari mobil.!

“Di lantai 3, kamar mawar nomor 14.”

“Makasih sus”

Hah? Kok dia gak di ruang ICU? Atau UGD? Atau apalah itu yang mengerikan. Kenapa hanya di rawat di kamar biasa?
Gue berjalan melalui kamar yang di maksud suster tadi, kamar mawar nomor 14. Huh…!! Dasar Rumah Sakit gila, kenapa banyak lorong-lorong yang menipu? Mana lorong yang harus gue lewatin?

Seperti bisa membaca pikiran gue. Bisma menarik gue ke sebuah lorong ke dua, tepat.! Nomor 14, ada di urutan ke 4.! Berarti, 1 lorong,10 kamar. Kamarnya memang besar. Sangat besar bahkan, sukses membuat gue bertanya heran. Kenapa harus ada kamar sebesar ini untuk orang sakit yang hanya bisa menyusahkan?

Gue melihat dia masih bisa tertawa, walau selang infuse menancap di tangan kirinya. Sialan.! Rencana pertama gue gagal.! Dia gak sakit parah.

“Hai Bis, Hai Chik..” Sapa salah satu wanita yang berdiri melingkarinya.

“Hai..” Jawab gue dengan nada malas. Malas bertemu wanita itu, dan malas melihat rencana gue yang gagal.!

“Hay juga..” Balas Bisma dengan senyuman mengembang.

Ngapain sih Bis harus senyum kayak gitu, bikin gue cemburu aja.!

“Boleh gue pinjem Chika bentar gak?” Ucap cewek itu lagi.

“Silahkan…” Bisma lagi-lagi tersenyum.

“Jangan di apa-apain ya Chikanya.. hehehe” Kali ini orang yang tertidur di ranjang Rumah Sakit itu turut bicara.

“Sipp.. tenang aja” Cewek ini menarik tangan gue menuju ruang sepi. Ini Rumah Sakit atau kuburan sih? Sepi banget.! gerutu gue.

#plarrr…
#plaakk..
Tamparan, bahkan tonjokan mendarat di pelipis gue.
“Loe tuh bener-bener wanita Setan.! Wanita Iblis tau gak.?”

Siapa cewek yang berani cari gara-gara sama gue?
Siapa cowok yang terbaring di rumah sakit?
Apa lagi yang akan di lakukan Chika?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar