Sabtu, 28 Januari 2012

Sorry My Friend 2 Part 5

 “Kenapa Sih? Kanapa kakak gak jadi nampar Chika? Tampar aja sampe kakak puas. Apa lagi salah Chika?” Gue berkata sendu.

“Masih tanya kamu kenapa? Gak kapok kamu sering Kak Rafa pukul, padahal seharusnya wanita itu gak boleh kena pukulan, apalagi dengan kakaknya.” Kak Rangga membela Kak Rafa yang sudah mulai geram.

“Jelas boleh, aku kan cuman adik angkat kalian.” Jawab gue ketus.

“Kakak juga gak nyangka kamu lakuin ini semua ke kakak Chik, apa salah kakak sama kamu? masalah sakit hati kamu dulu? Kamu bilang kamu udah maafin kakak kan? Muna..!” Kak Ilham datang dengan kursi roda. Mungkin karna kondisinya yang masih lemah, ikut memaharahi. Oke..! Bagus Salwa, loe berhasil.!

“Kalian semua kenapa? Apa yang di bilang cewek murahan ini?” Gue bertanya geram.

“Hati-hati kamu Chika, kita lihat dengan mata kepala kita sendiri. Bukan karna Salwa.” Lagi-lagi kak Ilham membela, “Sekarang jujur sama kakak, maksud kamu apa celakain kakak? Apa salah kakak sama kamu?” Sambungnya kemudian.

“Apa? Oke aku jujur sekarang sama kalian semua. buat kak Ilham, kakak tau gimana sakitnya aku waktu tau kakak selingkuh sama Salwa dulu? Kakak tau gimana rasa sakit hati aku waktu kakak dulu coba misahin aku dan Bisma,? Gimana rasanya waktu kakak dulu membentak aku? Membuat tangan kak Rafa bisa berkali melayang ke pipi aku. Dan lebih sakitnya lagi, ketika aku tau kakak adalah kakak kandung aku, tapi selama ini kakak membela Via mati-matian. Itu sakit hati yang akan selalu membekas. Gak akan pudar.” Gue mengutarakan perasaan gue selama ini. Perasaan sakit, kecewa, perih, menyatu.!

“Jadi itu alasannya, akmu belum bisa maafin kakak.?”

“Gak, aku benci kehidupan ini, kenapa Via yang diberi penyakit itu? Via yang jelas-jelas punya ribuan orang yang menyayanginya. Kenapa bukan aku? Yang gak perdah dipeduliin sama sekali.”

Semua terdiam. Dimana Bisma? Bisma yang selalu memberi gue kenyamanan di saat-saat seperti ini. Bisma yang selalu bisa menenangkan gue saat emosi gue mulai gak terkontrol. Bisma, please.. bantu aku.. “Buat kak Rafa sama Kak Rangga, aku minta maaf.” Sebenarnya, gue sayang mereka semua, tapi betapa sakit hatinya gue jika ingat kejadian-kejadian itu.

“Chik, jujur.. kakak, dan kak Rafa kecewa banget sama kamu. kita salah mendidik kamu selama ini.”  Kak Rangga menghampiri gue.

“Maafin Chika kak, Chika gak tau sma siapa lagi Chika berbagi. Kumpulan benci itu, sekarang berkumpul membentuk dendam. Maaf,!” Ingin rasanya gue memeluk kak Ilham, kak Rafa dan Kak Rangga. Gue mau merasakan lagi. Merasakan kehangatan.! Gue akui, pembalasan gue ke kak Ilham telah berakhir, walau rasa benci itu masih ada.

“Sampai kapan dendam ini berakhir?”

“Gak tau.. mungkin selamanya.”

“Chik.. Mamah sama papah kita, dan mamah dan papah kamu, pasti kecewa banget.”

“Aku gak peduli. Bukan urusan aku.” Gue berlari ke lantai atas. Buat apa lagi gue disini? Dengerin ucapan yang gak bermutu itu? Malas.! Gue mau kasih sayang mereka. Kasih sayang yang jarang gue dapetin.

“Bener, kamu gak tau akibat ulah kamu?” Ucap kak Ilham setengah berteriak, karna gue hampir sampai kamar.

“Maksudnya apa?”

Semua terdiam, kenapa sih? Si Salwa juga nangis terus. Cewek cengeng.!

“Apa sih maksud kalian? Emang aku berulah apalagi?”

“Loe gak sadar apa? Emang bukan loe yang berbuat, tapi temen loe, atas perintah loe.” Salwa membuka mulut.

“Alaah… loe, kak Rafa, kak Rangga dan kak Ilham, emang selalu berfikir semua yang salah itu datang dari gue”

“Habis loe tau, loe bakal nyesel bilang semua ini.”

“Udahlah, Kalau kamu mau ini jelas, ikut kami sekarang. Dan kalau kamu nekat gak ikut, penyesalan itu ada di hati kamu selamanya.” Ujar kak Rafa.

“Oke aku ikut.”

Gue turun dari anak-anak tangga itu. Mengikuti langkah kaki mereka menaiki mobil-mobilnya. Memang sekarang di depan rumah gue ada 4 mobil, termasuk mobil Morgan. Kak Rafa, Kak Rangga membawa mobil pribadi mereka, sedangkan Kak Ilham menaikki mobilnya dengan supir, dan gue pastinya. Biar aja Salwa naik Ferrari htam Morgan.

“Kemana kita kak?” Tanya gue ke kak Ilham saat di perjalanan.

“Liat aja nanti, yang pasti ke tempat permainan kamu.”

Maksudnya? Tunggu di  part selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar