Karya : Vhenna
*Cerita ini hanaya Fiktif*
Gue tersadar di ruang yang gak asing lagi. Dimana lagi kalau
bukan kamar gue? Tempat yang kini akan menjadi teman gue saat gue susah.
Gue menemukan kepala. Kepala kak Ilham, tepat di tangan gue, gue
mengelus rambutnya. Rasanya bener-bener lega banget. lega bahwa gue
mempunyai dia sebagai kakak gue.
“Kemu udah sadar de?” Kak
Ilham bertanya cemas setelah bangun dari tidurnya. Matanya yang sayu,
menunjukkan dia seperti kelelahan.
“Udah kak.. Keman yang lain? Terus kok aku bisa ada di sini sih?”
“Kemarin kita temuin kamu pingsan di taman, yang lain udah pada pulang.”
“Kemarin..”
Gue mencoba mengingat-ingat. Kemarin gue mendengar suara cewek. Dan gue
kenal suara itu. Tapi rasanya gak mungkin.! Sudahlah, mending gue tanya
ke kak Ilham. “Kemarin aku denger orang yang bisikkin sesuatu, terus
dia dorong aku.”
“O-Oh.. itu, yaudahlah. Kamu lupain aja
ya sayang. Tidur lagi, masih jam 2 pagi.” Dari mana kak Ilham tau ini
jam 2 pagi? Di kamar ini, gak ada jam dinding. Kak Ilham juga keliatan
gak peke jam tangan kok. Terus matanya kok sayu banget? bisma mana,
lagi? Apa karna sekolah, Jadi dia gak temenin gue?
“Kakak tau ini jam 2 pagi dari mana? Mata kakak juga sayu banget. kakak baru tidur ya..?”
“Lupain ya.. sekarang yang penting kamu tidur aja. Besok kakak mau kamu sekolah.”
“Oh, iya deh kak. Tapi, besok pagi kakak jawab pertanyaan aku ya..!”
“Gak janji..” Kak Ilham mengecak-acak rambut gue. “Kakak malam ini tidur disini gak pa-pa kan?”
Gue
mengangguk, kenapa sih kak Ilham? Dia sekarang tidur di kursi samping
tempat tidur gue. Tangannya juga megang tangan gue kenceng banget. kak
Ilham kayak gak mau kehilangan gue. dia aneh.!
**
Gue menuju
ke ruang keluarga dengan pakaian yang siap berangkat ke sekolah, baru
jam 6 pagi memang. Tapi gak tau kenapa, hari ini gue semangat banget ke
sekolah. Gue mau membuka lembaran baru lagi kali ini.
Gue
liat di ruang keluarga kak Ilham,Kak Rangga, dan Kak Rafa sedang
menonton TV,rupanya mereka menginap semalam. Tapi mata mereka juga sama,
sayu, seperti mengantuk. Atau? Mereka habis menangis? Entahlah..!
“Kakak gak pada tidur ya? Kok matanya sayu semua sih?”
“Gak
kok.! Kita tidur nyenyak sayang.” Kak rafa tersenyum.. kemudian
memperhatikan pakaian gue yang telah rapi sekolah. “Kamu…” Ucapnya
menggantung.
“Mau sekolah kak. Kaki aku yang lumpuh, tapi
cita-cita aku gak lumpuh kan?” Gue berkata mantap. Padahal gue
berbohong. Cita-cita? Apa cita-cita gue? hobby gue, minat dan bakat gue
aja gue gak tau kok.
Mereka saling berpandangan. “Kamu dirumah aja ya sayang…” Kak Rangga memohon. Kenapa sih ni?
“Tapi kan kak..”
“Kalau masalah Bisma, biar kakak yang suruh Bisma ke sini sekarang. Biar dia bisa jagain kamu.”
“Kak, please. Aku mau sekolah.” Semua terdiam. Mereka hari ini benar-benar aneh.
**
“Hallo Sayang..” Bisma menyapa gue yang hampir setengah jam menunggunya. “Kamu yakin mau sekolah?” Lanjutnya.
“Iya dong.. Kamu temenin aku terus kan di sekolah?”
Bisma melihat ke arah kakak-kakak gue. mereka semua mengangguk dan tersenyum seperti dipaksa.
“Kalau gitu gue cabut dulu ya guys..” Bisma berpamitan ke kakak-kakak gue.
“Tha.. tha kakak…” Gue melambaikan tangan dari jendela, setelah mobil Bisma melaju pelan.
“Daaahh..” jawab mereka bersamaan. Lagi-lagi senyumnya terlihat memaksa.
**
Gue
sampai di sekolah,dengan tatapan aneh para pelajar lain. Tapi tak
apalah, gue gak peduli sama omongan orang lain. Gue gak peduli apapun
yang akan orang omongi, yang penting Bisma ada di samping gue sekarang.
“Eh
Chika… kita ketemu lagi ya? Gimana permainan kamu? selesai? Berakhir
kayak gini? Kasian… hahahaha…” Suara tawanya menggema. Gue tau, suara
itu? Suara yang mendesah di telinga gue sebelum gue jatuh. Benar dugaan
gue.
“Permisi ya.. cewek gue bukan yang dulu. Dia gak suka main-main sama orang stress kayak loe.” Bela Bisma.
“Bukannya
cewek loe dulu juga stress ya? Liat aja, gara-gara dia stress
kehilangan loe. Dia sampai rela bunuh diri. Cewek bego.” Dia berkata
lantang.
“Bis.. pulang.” Gue menatap ke depan tanpa arah.
“Iya…”
**
“Kamu pulang de? Udah kakak duga, kamu pasti gak akan betah di sekolah.”
Gue
gak peduli dengan omongan Kak Ilham. Gue terus memutarkan jari-jari gue
ke roda yang menempel di pinggir-pinggir kursi yang gue duduki.
Dengan
langkah agak jauh, gue cuman denger Bisma yang bilang. “Di dalam mobil
dia diem aja.” Hanya itu. Gak ada lagi yang gue denger. Karna gue
langsung masuk ke dalam kamar.
****
Kenapa? Siapa? Dan kenapa?
Kenapa kakak-kakak Gue dan Bisma?
Siapa cewek itu?
Kenapa Chika jadi cewek yang lemah?
Kalau ada salah penulisan. Salahkan ke admin lain.
#Gakmaukenasalah. :-P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar