Jumat, 20 Januari 2012

Raisha di Hati Reza Part 5 (Last Part)

Karya : Dinda
*Cerita Ini Hanya Fiktif*


Berbekal kendaraan milik ayahnya, Reza dan Ilham bergegas ke rumah sakit tempat Raisha di rawat. Sepanjang perjalanan, pikiran Reza tidak bisa terlepas dari Raisha. Raisha… tunggu aku. Entahlah, Reza merasa sepertinya ini adalah pertemuan terakhir dirinya dengan gadis itu.
“kak, pelan-pelan napa nyetirnya… kayak orang lagi balapan F1 aja. Takut nih…” kata Ilham.
“husssh… bawel lu! Udah, lu diem aja en duduk manis di situ!” perintah Reza.
Sesampainya di rumah sakit, ia segera mencari kamar Raisha. Bougenville no 5, ini dia…
Kreeek… reza membuka pintu kamar itu, sedangkan Ilham menunggunya di luar. Rangga dan orangtuanya menoleh, melihat siapa yang datang. Rangga memberi isyarat untuk meninggalkan Reza dan Raisha hanya berdua.

Reza mendapati gadis yang disayanginyan itu terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya pucat sekali, matanya sayu. Selang infus menggantung di pergelangan tangan kirinya yang menghitam akibat penumpukan zat besi.
Gadis itu tersenyum, Reza membalasnya. Reza menatap matanya dan mengecup keningnya.
“Reza… akhirnya kamu datang juga.” Kata Raisha, suaranya pelan dan nyaris tak terdengar.
“kau menungguku, cantik?” Reza menyentuh tangan Raisha. Dingin.
“iya, aku menunggumu, pengeranku…”
Ada rasa berbunga-bunga dihati Reza saat ia memanggilnya dengan sebutan ‘pangeran’.
“bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya Reza.
“aku baik… kau?”
“seperti yang kau lihat sekarang, aku baik.”
“Dicky sudah menceritakan semuanya padamu?”
“ehm… sudah.” Matanya terasa panas. Ingin menangis.
“Dicky pasti melebih-lebihkannya yah?”
“Rraisha… cukup. Jangan sembunyikan apapun dariku, Sha…”
“kau menangis? Hey… kau ini pria, jangan seperti ini.” Raisha mengusap pipi Reza.
“aku hanya ingin melihatmu sembuh…”
“kau ingin mengabulkan permintaan terakhirku…?”
“Sha, sudahlah…”

“hanya satu…”
“Raisha… jangan katakan yang terakhir…”
“Reza… ayolah, kita harus realistis.”

Reza terdiam.
“baiklah, katakan yang ingin kau pinta dariku”
“katakan bahwa kau mencintaiku, untuk yang terakhir kalinya…”
Sha… jangan katakan ini yang terakhir, aku bahkan masih bisa mengucapkannya padamu berkali-kali lagi di waktu yang akan datang…”
“Reza… katakan yang terakhir kalinya bahwa kau mencintaiku…”
“Rasha…”
“mereka akan menjemputku sebentar lagi…”
“baiklah, baiklah! Dengarkan aku, aku mencintaimu. Aku mencintaimu melebihi aku mencintai diriku sendiri. Kau puas?”
“terima kasih Za, hanya itu yang ingin ku dengar darimu…”
Raisha tersenyum. Genggamannya semakin lama semakin lemah. Mata mereka bertatapan, hingga Reza sadar akan keberadaannya.
“selamat jalan, Raisha… tunggu aku disana…” kata Reza sambil mengusap wajah itu.

*******

Gemerisik dedaunan menemani Reza pagi itu. Dihadapan makam yang masih basah, ia termenung. Nisannya bertuliskan nama ‘Raisha’. Yah, gadis cantik yang baru beberapa bulan ini mengisi hatinya telah pergi untuk selamanya.
“Za…” Dicky menyodorkan sepucuk surat. “dari Raisha, ini amanah, bacalah sekarang. Aku pergi dulu, kuatkan hatimu…” Dicky pergi meninggalkannya sendiri disana.
Dengan perlahan, reza membuka surat itu.

Dear, reza…
Masih ingatkah kamu saat kita pertama jumpa?
Kau mengajakku berkenalan, tapi aku hanya acuh. Saat itu aku berpikir kau hanya laki-laki yang tidak penting dan menganggapku gadis aneh seperti anak-anak yang lain. Tapi ternyata aku salah, kau orang yang sangat menyenangkan. aku belum pernah menemukan orang sepertimu.
Ciuman yang kau berikan saat itu adalah ciuman pertama sekaligus ciuman terakhir yang paling indah buatku. Kau mampu membuatku terbang jauh ke awan.
Ingatkah apa yang kau katakana waktu itu? Kau bilang, kau menyayangiku, Za… ingin kukatakan padamu bahwa perasaanku juga sama. Tapi itu tidak mungkin, aku sadar bahwa waktuku sudah tidak banyak lagi.
Lewat surat ini, aku katakana padamu bahwa aku juga mencintaimu, Za…
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.*
Reza… saat-saat indah bersamamu tak kan pernah aku hilangkan. Walau berat saat ku harus pergi dan meninggalkanmu. Aku akan tetap menjaga hati dan perasaan ini untuk kita.
Reza… ketahuilah, saat kau membaca surat ini, aku akan selalu ada di sisimu, menemanimu membacanya.
Berjanjilah, kau akan melanjutkan hidupmu seperti dulu dengan penuh semangat. Jangan bersedih karena kepergianku.
Ingatlah bahwa aku mencintaimu… aku mencintaimu melebihi aku mencintai diriku sendiri…
Ku tunggu kau pada saatnya nanti…

Raisha.

Reza melipat kembali surat itu. Menciumnya dengan penuh perasaan.
“aku janji, Sha… aku nggak akan lemah. Tunggu aku di sana, Sha… aku akan datang.”



Jujur aku tak kuasa saat terakhir ku genggam tanganmu
Namun yang pasti terjadi kita mungkin tak bersama lagi
Bila nanti esok hari kutemukan dirimu bahagia
Izinkan aku titipkan kisah cinta kita selamanya…
(Krispatih#Demi Cinta)



*dikutip dari aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.


TAMAT.
(maaf yah kalo jelek)
like+comment.
(sedikit maksa .. hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar