Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*
Aku melajukan mobilku dengan cepat. Entah mengapa,
setelah pulang dari syukuran rumah baru Dicky, aku merasa tidak enak
badan. Jantungku berdegup kencang, perasaanku tak tenang, aku ingin
segera berbaring di tempat tidur.
Tak… tak… tak...
kudengar suara jari seseorang. Seperti jari yang diketukkan pada salah
satu bagian mobilku. Aku melirik ke sampingku.
Kosong!
Tidak ada apa-apa.
Aku
berhenti dipertigaan karena lampu merah. Aku melihat beberapa pengemis
kecil, satu diantara mereka menghampiriku. Bukan! Bukan menghampiriku,
mereka menghampiri kursi disebelahku, dan mengetuknya.
Aku
meliriknya sebentar, berharap ia melihat ke arahku. Namun naas. Dia
justru melihat ke senderan kursi sampingku. Aku menelan ludah, walau
sangat sulit. Bulu kudukku bergidik ngeri. Kulihat lampu lagi, sudah
hijau. Aku segera melajukan mobil dengan cepat.
Tak… tak…
tak… aku mendengarnya lagi, kali ini disertai bau menyan dan melati yang
mengisi mobilku. Aku semakin merinding, ditambah lagi dengan dingin AC
mobilku.
Aku menengok lagi ke sampingku, tak ada lagi.
Kosong!
Namun,
leherku terasa geli. Seperti ada yang memegangnya. Bukan memegang!
Lebih tepatnya memijit. Aku merabanya pelan, meraba leherku yang geli.
Dan… aku merasakan kulit yang hancur. Seperti terkena air panas, atau
semacamnya. Kulit itu seperti mengelupas. Aku sadar, ada yang tidak
beres kali ini.
Aku merabanya lagi, kali ini aku merasa. Se- seperti… seperti… JARI!
Aku
menginjak rem mendadak, dan membuka pintu mobil. Pintu mobil, sengaja
kubuka lebar. Agar saat tangan terlepas, aku dapat langsung pergi. Namun
naas, tangannya sudah tak ada di leherku.
Tak… tak… tak…
lagi-lagi bunyi biadab itu. Aku menoleh melihat ke dalam mobil. Ada
sepasang tangan yang sedang mengetuk pintu mobil dari dalam.
Aku
berlari menghindari tangan itu. Tangan bodoh yang berhasil membuatku
ketakutan setengah mati. Untung rumahku tak begitu jauh dari tempat ini.
Aku mengetuk pintu rumahku kencang. Berharap Reza, kakakku membukanya.
“Kenapa
sih loe Ham? Dikejar setan? Ngetuk kok gak kira-kira!” ujar Reza
langsung. Aku masih susah mengatur nafasku, keringat dingin bercucuran
tak henti, bicarapun aku tak mampu. “Ham…” Reza merangkulku, dia
membawaku ke kamar.
“Loe kenapa? Gue ambil air dulu ya?”
Reza meninggalkanku dikamar. Aku berbaring, memejamkan mata. Sebelum
akhirnya, aku membuka mata dan melihat sosok wanita menempel di
langit-langit kamarku. Wanita dengan wajah hancur seperti terkena api,
atau air panas. Matanya kosong, tak ada bola mata, atau apun, hanya ada
darah yang keluar dari dalamnya. Mulutnya menganga lebar, lebar hingga
ke perut.
Mulutku terkunci. “Ham, loe kenapa?” aku masih tak bisa bergeming melihatnya. Mengerikan.
Aku memeluk erat tubuh kakakku. “Gue takut kak,” ucapnya histeris.
“Takut apa? Emang loe dari mana?” tanya kak Reza, membalas pelukanku.
“Gue
habis dari syukuran rumah Dicky kak. Gak tau kenapa, gue di buntutin
terus sama setan.” Aku meremas baju kak Reza, aku tak ingin sendiri
malam ini. Aku terlalu takut. “Gue tidur sama loe.” Kak Reza mengangguk,
dan mengelus rambut depanku. Dia membawaku menuju kemarnya.
“Kita ke rumah Dicky besok.” ucapnya, setelah kami berbaring di tempat tidur.
#########
Aku
melihat segerombolan orang berada dihalaman rumah Dicky. Dicky sendiri
menghampiriku dan merengek ketakutan. “Gue takut ham” katanya memelukku.
“Kenapa?
Loe lihat cewek itu juga?” tanyaku kemudian. Aku tahu, pasti dia juga
melihatnya. Karena aku juga melihatnya setelah pulang dari rumahnya.
“Iya ham..” Dicky mengangguk dan melepas pelukannya.
“Kenapa dibongkar?”
“Disitu kuburan cewek itu. Dia masuk ke tubuh mama, dan minta dipindah ke TPU di desa sebelah.” Jelas Dicky.
Kami
menghampirinya. Dan melihat wanita itu sama persis dengan wanita yang
menempel di langit-langit rumahku. Tangannya, tak terlihat, tertutup
kain kafan putih. Namun, terlihat darah yang menembus. Mulutnya juga
menganga, menganga lebar. Masih menyeramkan.
Wanita itu di
benar-benar menyeramkan, dia seakan mendapat siksaan yang berat.
Tangannya, aku yakin tangannyalah yang mengikutiku kemarin. Mungkin ini
salahku, karena aku yang menyuruh Dicky bermain dihalaman belakang rumah
ini. Mungkin saja wanita ini marah, hingga ia mengikutiku. Atau, dia
memang sengaja membuntutiku dan Dicky, untuk berpindah tempat di
peristirahatannya.
#########****
Gak serem ya? Maaf ya..
Lagian
authornya penakut, iseng-iseng bikin cerita beginian. Gimana di kamar
kalian? Aman? Gak ada tangan dari kolong tempat tidur? atau sesewatu
yang menempel pada langit-langit kamarmu? Atau yang ada di mobil, atau
lagi duduk, lehernya gak pa-pa kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar