Sabtu, 21 Januari 2012

Penghuni Lain... (cerpen)

Karya : Vhenna
*Cerita ini Hanya Fiktif*



Aku melajukan mobilku dengan cepat. Entah mengapa, setelah pulang dari syukuran rumah baru Dicky, aku merasa tidak enak badan. Jantungku berdegup kencang, perasaanku tak tenang, aku ingin segera berbaring di tempat tidur.

Tak… tak… tak... kudengar suara jari seseorang. Seperti jari yang diketukkan pada salah satu bagian mobilku. Aku melirik ke sampingku.
Kosong!

Tidak ada apa-apa.
Aku berhenti dipertigaan karena lampu merah. Aku melihat beberapa pengemis kecil, satu diantara mereka menghampiriku. Bukan! Bukan menghampiriku, mereka menghampiri kursi disebelahku, dan mengetuknya.

Aku meliriknya sebentar, berharap ia melihat ke arahku. Namun naas. Dia justru melihat ke senderan kursi sampingku. Aku menelan ludah, walau sangat sulit. Bulu kudukku bergidik ngeri. Kulihat lampu lagi, sudah hijau. Aku segera melajukan mobil dengan cepat.

Tak… tak… tak… aku mendengarnya lagi, kali ini disertai bau menyan dan melati yang mengisi mobilku. Aku semakin merinding, ditambah lagi dengan dingin AC mobilku.

Aku menengok lagi ke sampingku, tak ada lagi.

Kosong!

Namun, leherku terasa geli. Seperti ada yang memegangnya. Bukan memegang! Lebih tepatnya memijit. Aku merabanya pelan, meraba leherku yang geli. Dan… aku merasakan kulit yang hancur. Seperti terkena air panas, atau semacamnya. Kulit itu seperti mengelupas. Aku sadar, ada yang tidak beres kali ini.

Aku merabanya lagi, kali ini aku merasa. Se- seperti… seperti… JARI!

Aku menginjak rem mendadak, dan membuka pintu mobil. Pintu mobil, sengaja kubuka lebar. Agar saat tangan terlepas, aku dapat langsung pergi. Namun naas, tangannya sudah tak ada di leherku.

Tak… tak… tak… lagi-lagi bunyi biadab itu. Aku menoleh melihat ke dalam mobil. Ada sepasang tangan yang sedang mengetuk pintu mobil dari dalam.

Aku berlari menghindari tangan itu. Tangan bodoh yang berhasil membuatku ketakutan setengah mati. Untung rumahku tak begitu jauh dari tempat ini.

Aku mengetuk pintu rumahku kencang. Berharap Reza, kakakku membukanya.

“Kenapa sih loe Ham? Dikejar setan? Ngetuk kok gak kira-kira!” ujar Reza langsung. Aku masih susah mengatur nafasku, keringat dingin bercucuran tak henti, bicarapun aku tak mampu. “Ham…” Reza merangkulku, dia membawaku ke kamar.

“Loe kenapa? Gue ambil air dulu ya?” Reza meninggalkanku dikamar. Aku berbaring, memejamkan mata. Sebelum akhirnya, aku membuka mata dan melihat sosok wanita menempel di langit-langit kamarku. Wanita dengan wajah hancur seperti terkena api, atau air panas. Matanya kosong, tak ada bola mata, atau apun, hanya ada darah yang keluar dari dalamnya. Mulutnya menganga lebar, lebar hingga ke perut.

Mulutku terkunci. “Ham, loe kenapa?” aku masih tak bisa bergeming melihatnya. Mengerikan.

Aku memeluk erat tubuh kakakku. “Gue takut kak,” ucapnya histeris.

“Takut apa? Emang loe dari mana?” tanya kak Reza, membalas pelukanku.

“Gue habis dari syukuran rumah Dicky kak. Gak tau kenapa, gue di buntutin terus sama setan.” Aku meremas baju kak Reza, aku tak ingin sendiri malam ini. Aku terlalu takut. “Gue tidur sama loe.” Kak Reza mengangguk, dan mengelus rambut depanku. Dia membawaku menuju kemarnya.

“Kita ke rumah Dicky besok.” ucapnya, setelah kami berbaring di tempat tidur.
#########

Aku melihat segerombolan orang berada dihalaman rumah Dicky. Dicky sendiri menghampiriku dan merengek ketakutan. “Gue takut ham” katanya memelukku.

“Kenapa? Loe lihat cewek itu juga?” tanyaku kemudian. Aku tahu, pasti dia juga melihatnya. Karena aku juga melihatnya setelah pulang dari rumahnya.

“Iya ham..” Dicky mengangguk dan melepas pelukannya.

“Kenapa dibongkar?”

“Disitu kuburan cewek itu. Dia masuk ke tubuh mama, dan minta dipindah ke TPU di desa sebelah.” Jelas Dicky.

Kami menghampirinya. Dan melihat wanita itu sama persis dengan wanita yang menempel di langit-langit rumahku. Tangannya, tak terlihat, tertutup kain kafan putih. Namun, terlihat darah yang menembus. Mulutnya juga menganga, menganga lebar. Masih menyeramkan.

Wanita itu di benar-benar menyeramkan, dia seakan mendapat siksaan yang berat. Tangannya, aku yakin tangannyalah yang mengikutiku kemarin. Mungkin ini salahku, karena aku yang menyuruh Dicky bermain dihalaman belakang rumah ini. Mungkin saja wanita ini marah, hingga ia mengikutiku. Atau, dia memang sengaja membuntutiku dan Dicky, untuk berpindah tempat di peristirahatannya.
#########****

Gak serem ya? Maaf ya..
Lagian authornya penakut, iseng-iseng bikin cerita beginian. Gimana di kamar kalian? Aman? Gak ada tangan dari kolong tempat tidur? atau sesewatu yang menempel pada langit-langit kamarmu? Atau yang ada di mobil, atau lagi duduk, lehernya gak pa-pa kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar